Happy Reading❤
Ketakutan terbesarku adalah kehilangan dirimu
-Infinity
Seorang laki-laki berseragam putih abu berdiri di atap sekolah dengan rokok yang sudah terbakar di tangan kanannya. Dia adalah Archakra Jonathan, setelah jam pelajaran pertama selesai, dia pergi ke atap sekolah karena merasa bosan di dalam kelas.
Sudah beberapa hari teman yang selalu dia jadikan bahan untuk ribut, kini belum juga masuk sekolah. Itu membuat seorang Arca merasakan rindu. Yaa, kini dia sedang terserang merindukan gadis berambut sebahu dengan mata menyipit yang sangat menyebalkan.
Arca mengeluarkan ponselnya mencari kontak nama di sana. Setelah ketemu dia menelpon seseorang yang dia beri nama 'Lavanya'.
"Apa?" Sahut seseorang di sebrang telpon dengan nada ketus yang membuat Arca tersenyum.
"Cupu banget lo, enggak sekolah sampe berhari-hari." Arca memasukan tangan kirinya ke saku celana, dia menatap langit cerah berwarna biru.
"Kangen lo sama gue?"
"Enggaklah. Lo ngapain sih pake pulang kampung segala?" Arca berdecak sebal.
"Kepo lo. Besok juga gue balik,"
"Yaudah."
"Lo ngapain nelpon gue?"
"Suka-suka gue lah!" Arca berjalan ke ujung atap sekolah. Matahari yang mulai trik malah membuatnya semakin berjalan ke tempat yang lebih panas.
"Gue tau, sekarang lo lagi ada di atap sekolah."
Perkataan Vanya di sebrang telpon membuat Arca tersenyum. Lavanya selalu saja tau, keberadaannya ketika sedang seperti ini. Seakan Vanya adalah seorang peramal baginya, dia bahkan selalu mengerti mood dirinya yang terkadang berubah-berubah.
Lavanya bahkan satu-satunya gadis yang selalu memberika perhatian padanya. Dia juga orang yang selalu dirinya cari ketika membutuhkan seseorang untuk mencurahkan isi hatinya.
"Dasar peramal." ucap Arca menahan senyum di bibirnya.
"Masuk kelas sana! Sekarang pelajaran matematika, ayok buruan!"
"Enggak." Arca menolak keras.
"Dalam waktu lima menit, lo belom ada di kelas. Siap-siap lo gue diemin satu minggu!"
Ancaman Vanya selalu berhasil membuat seorang Archakra Jonathan yang keras kepala tergoyah. Dia selalu takut jika di diamkan oleh Vanya. Karena diamnya Vanya benar-benar akan membuatnya tidak di pedulikan lagi oleh gadis ini.
"Mulai ngancam lo?! Gue bosen di kelas Vanya,"
"Buang rokok yang ada di tangan lo sekarang! Masuk kelas dalam waktu lima menit."
Lagi-lagi Vanya tau jika Arca kini tengah mengisap rokok yang ada di tangan kanannya. Dengan senyum yang mengembang Arca membuat rokok yang masih setengah kemudian menginjaknya hingga asapnya tidak lagi ada.
"Satu, dua, ti--"
Dengan cepat Arca berlari menuruni tangga, jika dia menuruti kemauan Vanya, bisa habis dia oleh seorang Lavanya Carolyn si gadis sadis dan menyebalkan.
Arca mengeluarkan keringat karena berlari menuruni tangga dari lantai empat ke lantai dua. Sungguh dia benar-benar merasa lelah.
"Permisi, saya boleh masuk bu?" tanya Arca di ambang pintu kelas dengan keringat di dahinya.
"Kemana aja kamu Archakra?" tanya Bu Gina, guru mata pelajaran matematika.
"Dari atap bu. Tadi saya ketiduran di sana," sahut Arca.
"Jangan di ulangi lagi."
"ARCA SENGAJA BOLOS BU! SAYA SAKSINYA."
Vanya ikut menyahuti di sebrang telpon. Yang membuat Arca menggigit bibir bawahnya. Sungguh gadis ini selalu saja membuatnya kesal. Dia juga bodoh kenapa bisa lupa mematikan panggilan telponnya.
"Itu suara Lavanya kan? Enggak mungkin dia bohong sama ibu." tegas Bu Gina.
Di sebrang telpon Vanya tertawa puas karena berhasil membuat Arca kesal hari ini.
"Dia bohong bu," Arca menyimpan tangan kirinya yang sedang memegang ponsel ke belakang.
"Duduk Arca. Kamu ibu kasih poin!"
Lavanya siap-siap Arca membalas dendam padanya. Dia sudah membuat Arca mendapatkan poin lagi. Sudah banyak poin yang dia dapat, lalu sekarang bertambah lagi akibat ulah dari teman yang paling menyebalkan baginya.
********
Vanya tengah terduduk menuliskan sesuatu di atas buku berwarna pink. Bisa di bilang buku itu selalu dia buka untuk menuliskan beberapa untaian kata yang tidak bisa dia utarakan. Maka dia akan menuliskannya di dalam buku itu.
Terkadang dia juga sering menulis sebuah puisi di sana. Puisi untuk seseorang yang mampu membuatnya jatuh cinta dengan cara sederhana hanya lewat tatapan mata.
Vanya mengakui di buku ini bahwa dirinya jatuh cinta pada Arca. Dan buku ini adalah kunci dari isi hati seorang Lavanya Carolyn yang terkenal dengan misterius. Karena dia tidak pernah sekalipun menceritakan hidupnya pada siapapun. Termasuk kedua sahabatnya, mereka hanya tau Lavanya seorang anak broken home dan itu sudah cukup.
"Vanyaaa!" teriakan sang ibu membuat Vanya segera menutup bukunya dan menghampiri sang ibu.
"Iya bu?" Sahut Vanya.
"Kamu makan dulu sini," ajak ibu.
Vanya menganggukan kepalanya kemudian mencuci tangan dan mengambil piring untuknya.
"Kamu kapan ke rumah Gistara? Udah hampir satu minggu kamu di sini, kamu pasti ketinggalan banyak materi di sekolah Lavanya," Ibu menuangkan nasi di piring Vanya.
"Ibu enggak suka aku di sini?" tanya Vanya.
"Bukan gitu, kamu kan sekolah di sana, mau sampai kapan kamu izin tidak sekolah?"
"Nanti juga kan Vanya bakal pindah,"
"Karena itu, kamu nikmati waktumu di sana," ucapan sang ibu membuat Vanya terdiam.
Benar. Dia harusnya menikmati sisa waktunya di SMA Gemilang. Karena sebentar lagi akan memasuki ujian kenaikan kelas dan mau tak mau itu adalah hari terakhir dirinya di sana.
Vanya bingung bagaimana dia akan bilang pada teman-temannya, bahwa dirinya harus pindah sekolah. Sungguh Vanya tidak sanggup mengatakan semua ini, apalagi mengatakan pada Arca.
"Iya bu, besok Vanya balik lagi."
"Maafin ibu,"
Note :
Hallooooo I'm back wkwk
Maaf ya kemarin-kemarin gak bisa up soalnya gue sibuk😂 biasa sok sibuk aja gitu😂😂Jangan lupa tinggalkan jejak💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [TERBIT]
Novela Juvenil"Kita layaknya bilangan tak hingga di bagi dengan bilangan tak hingga maka hasilnya adalah bilangan tak pasti" -Infinity Layaknya bilangan tak hingga kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Tidak pernah tau akan bertemu siapa dan jatuh cinta pa...