15. Mari Saling Jatuh Cinta

455 56 21
                                    


Debaran jantung Trisha semakin tak keruan ketika wajah Ervan perlahan-lahan mendekat. Tak ada lagi jarak, setelah akhirnya kedua bibir mereka menyatu.

Mata gadis itu membulat, sejurus  kemudian ia memejam--larut dan pasrah menerima pangutan Ervan--sementara ia hanya diam tidak membalas pangutan pria itu. Ini terlalu mendadak, ini juga ciuman pertamanya.

Angin berembus pelan, mengajak ilalang menari bersamaan dengan dedaunan yang jatuh di atas permukaan air danau.

Ervan menarik wajah dengan jakunnya yang naik turun menelan ludah. Sementara Trisha menunduk, menyembunyikan wajah memerahnya.

"Tris ...."

Dengan sisa kecanggungan, Trisha mengangkat wajah, kemudian menatap pria yang baru saja melambungkannya pada pengalaman ciuman pertama.

Ibu jari Ervan mengusap lembut bibir Trisha yang basah. "Maaf, aku lancang."

Saat ibu jari Ervan mengusap lembut bibirnya, saat itu juga tubuh Trisha terasa panas dingin.

"Apa sekarang kamu paham perasaanku ke kamu, Tris?"

Trisha terdiam, masih berusaha mengembalikan akal sehatnya yang sempat melayang. Gadis itu bahkan belum bisa mencerna dengan baik ucapan Ervan.

"Apa itu artinya kamu ...." Meski Ervan sudah menciumnya, tetapi gadis itu butuh pengakuan Ervan secara resmi.

"Ya, aku menyayangimu."

Trisha merasakan kelegaan. Ia terus menatapi Ervan yang juga tengah manatapi dirinya. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan, ia berhambur ke pelukan Ervan. "Aku juga menyayangimu, sangat."

Meski sempat mematung sesaat, akhirnya Ervan membalas pelukan Trisha--erat. Ia meletakkan dagu di puncak kepala gadisnya. Ya, sebut saja begitu, bukankah mereka baru saja jadian?

Semua upaya mendekatimu memang sudah kususun dengan rapi, tapi jatuh hati padamu, enggak pernah ada dalam rencanaku. Ini sungguh di luar dugaan! Ervan merunduk, menghidu aroma rambut Trisha yang masih berada dalam dekapannya. Trisha merasakan tangan kokoh kekasihnya itu semakin erat memeluknya, Trisha memejam.

"Van ...."

"Hmm?"

Trisha sedikit menarik diri, membuat dekapan Ervan melonggar. Gadis itu mendongak. "Mari saling jatuh cinta?"

Sempat terdiam sejenak, akhirnya Ervan mengangguk setuju. "Ide bagus."

Trisha tersenyum puas dengan jawaban Ervan, dan untuk pertama kalinya Ervan membalas senyum gadis itu. Mulai hari ini mereka resmi menjalin hubungan.

Mobil golf yang dikendarai Trisha beranjak meninggalkan danau. Sesekali Trisha menoleh ke arah Ervan yang duduk di sampingnya--tengah memandang lurus ke depan--gadis itu mengulum senyum.

"Van ...."

Ervan menoleh tanpa suara.

"Lain kali, datanglah lagi, aku akan mengenalkanmu pada orang tuaku."

"Harus, ya?"

"Aku udah janji akan mengenalkan ke mereka, seseorang yang sedang dekat denganku."

Ervan kembali melempar tatapannya ke depan. "Aku merasa enggak layak."

"Ervan!"

Tatapan mereka bertemu.

"Kamu layak," tegas gadis itu.

Ervan menatapi gadisnya yang masih fokus pada kemudi. Aku lebih layak kamu benci atas semua kebohongan ini. "Oke, kapan-kapan aku datang lagi." Jawaban Ervan mendapat tolehan antusias dari gadis di sampingnya disusul senyum manis yang membuatnya sulit menampik ketertarikannya pada gadis itu.

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang