Jeno berlari sekuat tenaga. Setelah meninggalkan Im Seul sendirian, ia pergi ke rumah Jaemin untuk mencari laki-laki itu. Ia tak ingin rumor yang di takutkan oleh Im Seul akan terjadi.
Sesampainya di rumah Jaemin yang terbilang cukup besar, Jeno langsung menekan bel rumah Jaemin.
"Siapa?" seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu gerbang setelah beberapa detik Jeno menekan bel.
"Bibi, Jaemin sudah berada di rumah?"
"Belum. Tadi Jaemin pamit ingin membeli ramyeon, tapi sampai sekarang belum kembali. Mungkin sedang mengantri," jelas Park Semi.
"Baiklah terima kasih bibi. Maaf mengganggu istirahatmu." Sebelum mendapat jawaban dari nyonya Semi.
Wanita itu hanya kebingungan sambil bertanya, "Kenapa anak itu?"
Jeno kembali berlari mencari Jaemin ke tempat-tempat yang memungkinkan. Jeno kembali ke kedai ramyeon untuk memastikan Jaemin kembali atau tidak. Ia juga ingin menemui Im Seul karena tak sempat pamit akan mengejar Jaemin. Tapi Jeno tak menemukan siapapun disana.
Hingga saat ia melewati toserba, tanpa sadar Jeno menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toserba.
Keduanya mengaduh setelah jatuh tersungkur. Jaemin yang baru saja melihat sebuah tabrakan tak sengaja hanya bisa membuka mulutnya terkejut. Pikirannya tak sadar untuk membantu salah satu.
Jeno berdiri terlebih dahulu dan langsung membantu seorang laki-laki berumur tiga puluhan.
"Maafkan aku paman, maaf," ucap Jeno penuh penyesalan.
"Kau ini kalau berlari lihat-lihat."
"Aku tidak sengaja paman. Aku tidak tahu ada orang yang keluar dari toserba."
"Lihat! Semua barang belanjaku rusak karenamu," omelnya.
"Aku akan ganti paman, sebentar."
Jeno merogoh sakunya untuk mengambil dompet. Setelah mendapatkannya, Jeno mengambil beberapa lembar uang dan di berikan kepada laki-laki asing itu.
"Maafkan aku paman, ini sebagai pengganti belanjaanmu. Sekali lagi maafkan aku."
"Kau pikir aku mau di sogok untuk memaafkanmu," ketusnya sambil merampas uang dari tangan Jeno.
Laki-laki itu jongkok untuk merapikan belanjaannya ke dalam kantong plastik, lalu laki-laki itu pergi tanpa mengucapkan terima kasih karena sudah mendapat ganti rugi dari Jeno.
"Astaga, dasar orang tua." Jaemin yang sedari tadi diam langsung angkat bicara. Jeno menoleh ke arah Jaemin dan langsung memberikan tatapan lega.
"Tidak bisa di sogok, tapi uangnya di ambil," lanjut Jaemin sambil mendekat ke arah Jeno.
"Berapa uang yang kau berikan?" tanya Jaemin.
Sadar bahwa orang yang tengah ia cari berada di dekatnya, Jeno langsung merangkul leher Jaemin menggunakan lengannya. Membuat laki-laki itu membungkuk dan meminta Jeno untuk melepaskannya.
Jeno tak mendengarkan permohonan Jaemin yang seperti orang kesakitan itu. Ia malah lebih merapatkan lengannya.
"Aku mencarimu dari tadi. Uangku menghilang karenamu," ucapnya kesal.
"Ya! Ya! Leherku hampir putus."
"Putus saja. Aku akan menguburmu nanti."
"Aisshh.. kau mendoakanku cepat mati huh?"
"Cepat hapus fotonya," pinta Jeno tanpa menjawab pertanyaan Jaemin.
"Foto apa? Ya lepaskan!" tanya Jaemin. Wajah Jaemin memerah karena terhimpit lengan Jeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
REMINISCE : LAST LOVE
Fanfic【Lee Jeno】 "Takdir itu indah, ya. Bisa-bisanya mempertemukan dua keistimewaan menjadi sebuah perasaan tanpa kepastian"