Im Seul sudah sadar terlebih dahulu sejak beberapa menit yang lalu. Ia menunggu Jeno yang masih belum sadarkan diri. Untung saja, cidera yang di alami Jeno ini tak terlalu parah, jadi laki-laki itu tak perlu dibawa ke rumah sakit besar, sudah ada dokter khusus yang menangani Jeno tadi. Ketika tangan Im Seul memegangi tangan Jeno, jari-jemari laki-laki itu bergerak. Im Seul langsung melihat ke wajah Jeno yang juga mulai bergerak.
Im Seul langsung memanggil dokter yang baru saja menangani Jeno. Kemudian dokter itu kembali mengecek keadaan Jeno.
"Syukurlah, dia sudah sadar. Kau tidak perlu khawatir lagi," ucap sang dokter sambil melempar senyum.
"Syukurlah, terima kasih dokter."
"Kalau begitu saya pergi dulu," pamit dokter tersebut.
"Iya dokter silakan."
Im Seul menatap kepergian sang dokter. Sedangkan Jeno masih terus melihat ke arah Im Seul dengan penuh tanda tanya.
"Siapa kau?" pertanyaan Jeno membuat Im Seul menoleh panik.
"Astaga?! Apa kau amnesia?" Im Seul memegangi wajah Jeno panik.
Gadis itu melihat-lihat kepala Jeno walau berakhir tak menemukan apapun.
"Kau amnesia? Tidak- tidak! Tidak mungkin! Dok!"
"Ya! Diam," bisik Jeno.
"Apa sih kau ini? Aku tidak amnesia tahu," ucap Jeno.
"Lalu? Lalu? Kenapa kau bertanya aku siapa? Kau berpura-pura ya?" Im Seul mendelik membuat Jeno semakin tak kuasa menahan tawanya.
"Hahahahaa... astaga, lihat kau memakai rambut palsu. Penyamaranmu benar-benar bagus sampai aku tidak mengenalimu Im Seul-i," jelas Jeno yang sadar kalau orang di depannya adalah Im Seul.
Jeno pikir, ada anggota baru yang menggantikan Im Seul karena sedari awal pertandingan ia tak melihat Im Seul. Ternyata setelah mendengar suara familier Im Seul, membuat Jeno tersadar bahwa orang yang menunggunya sedari tadi adalah Im Seul.
Jeno menjelaskan hal tersebut kepada Im Seul.
"Oh jadi kau tidak mendekat padaku karena kau tidak tahu aku itu aku?" tanya Im Seul.
"Hahahaa iya."
"Aduh..." Jeno mengaduh membuat Im Seul langsung khawatir.
"Ya ampun kau kenapa?" Im Seul kembali khawatir.
"Aku berbohong." Jeno memberikan cengiran.
"Ish dasar."
"Kemarin kau kemana?" tanya Jeno.
"Ah itu ya?" Im Seul mengingat kejadian dimana ia melihat Soobin tengah berciuman di ruang kesehatan.
"Aku mencarimu ke rumah tapi tidak ada."
"Aku ke toserba dulu," alibi Im Seul.
"Membeli makanan? Wanita kalau patah hati banyak makan ya?" ledek Jeno.
"Ish tidak juga."
"Kalau aku menyukaimu bagaimana?"
Pertanyaan Jeno berhasil membuat Im Seul mendelik.
"M—maksudmu?"
"Aku— a...ku menyukaimu." Jeno kembali mengulang kalimatnya.
Entah bagaimana, tiba-tiba kalimatnya itu ingin keluar begitu saja.
Im Seul menatap nanar ke arah Jeno. Di sisi lain, ada Soobin di luar ruang kesehatan sedang mendengar percakapan keduanya.
"Kau tahu kan, kemarin aku baru saja melihat hal yang menyakitkan? Kau tau kepergianku setelah melihat adegan kak Soobin dengan gadis itu pertanda apa? Aku yakin kau tidak bodoh."
Jeno diam.
"Aku tidak munafik. Sikapmu kemarin-kemarin membuatku sedikit nyaman. Tapi perasaan tidak mudah untuk di hilangkan, kan?"
"Aku bisa membantumu," ucap Jeno.
"Ya, aku tahu itu. Tapi, aku tidak mau menjadikan orang lain sebagai pelampiasan. Aku akan menghargai perasaanmu dengan cara aku akan berteman denganmu."
"Memang kau tidak bisa menerima begitu saja?" tanya Jeno mulai berkaca-kaca.
"Jika kau mau menunggu, aku tidak akan melarangmu. Aku hanya akan menjalani ini dengan semestinya. Aku tidak bisa terus menyukai kak Soobin karena kejadian kemarin, dan aku tidak bisa menerima mu begitu saja karena luka kemarin. Maafkan aku."
Im Seul menunduk, Jeno mengembuskan nafas beratnya. Kalimat Im Seul jelas membuat hatinya terluka. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
"Jeno-ya kau sudah bangun?"
Suara seseorang membuat dua remaja itu menoleh. Guru Sehun datang dari balik pintu, kemudian di susul oleh Soobin, Nari, Jaemin, Yeonjun, Chaewon, dan Jisung.
"Astaga, kau sudah sadar dari tadi?" Guru Sehun kembali bertanya.
"Iya guru."
"Padahal Soobin dari tadi menunggumu di luar,"
Kalimat itu membuat Jeno, Im Seul, dan Soobin sendiri mendelik.
"Jadi Soobin mendengar percakapanku dengan Im Seul dari tadi?" Batin Jeno.
Tamat
Mampus dah, endingnya acak-acakan:( maapkan aku ya, dari awal kurang memuaskan, makasih yang udah baca cerita gajelas ini. Makasih buat partner yang udah mau pengertian sama aku:( lopyu
KAMU SEDANG MEMBACA
REMINISCE : LAST LOVE
Fanfiction【Lee Jeno】 "Takdir itu indah, ya. Bisa-bisanya mempertemukan dua keistimewaan menjadi sebuah perasaan tanpa kepastian"