Suna Rintarou x Kita Shinsuke
[SunaKita].
.
.
Warning: Angst, Sad, Rejection, Harsh Words, Rude Behavior, Hurt/Comfort, Drama, BL.
.
.
.
Typo(s), Lil OOC and Non!AU.
(Non!AU = situasi kurang lebih sesuai dengan kondisi pada kenyataannya [anime]. Hanya saja jalan ceritanya yang akan dirubah)
.
.
.
I make this story' full with my heart so if you'll want please vote and comment this chapter.
-Cinnamon.
Happy Reading
"Seperti tebakanku, Kita-san menyukai Suna!"
Kata-kata itu terus menerus terputar di ingatannya, entah sudah keberapa kali itu ia pikirkan di dalam benaknya ia masih tak bisa bisa mempercayai hal itu begitu saja.
Beberapa kali ia nampak kosong dengan pandangan mata yang terus menerus menatap ke arah bukunya sendiri membuat orang yang sedari tadi belajar bersamanya memandang aneh ke arahnya.
Pemuda bermata sipit itu enggan bertanya, dia hanya diam seraya sesekali melihat ke arah bukunya yang sudah terpenuhi coretan tangannya.
Sedari tadi ia berusaha bersikap acuh tak acuh pada apa yang sedang lawan bicaranya pikirkan, yang mana membuatnya untuk tetap mengerjakan beberapa soal yang baru saja di berikan.
Genggamannya pada pulpen ia eratkan, jujur saja Suna bukan penyuka suasana canggung walau dia tak menyukai lawan bicaranya. Biasanya ia akan to the point ataupun meninggalkan situasi tersebut agar ia tak kerepotan sendiri.
Tapi di kasus ini, Suna sendiri lah yang membuat suasana di antara keduanya canggung.
Jika saja ia tak bertanya kenapa belakangan ini Kita memperhatikannya mungkin hal seperti ini tak terjadi.
Kita sendiri saat mendengar pertanyaan itu ia langsung terdiam, pikirannya terbang sejenak dan kalimat Atsumu tadi lah yang terputar di benaknya.
Fakta yang di ketahui si sulung Miya bahwa ia menyukai Suna.
"Ano... Kita-san? Aku sudah selesai" Buku di sodorkan sampai menyentuh ujung jemari Kita.
Hal itu refleks membuat Kita terbangun dari lamunannya tadi, dia mengerjap sejenak kemudian menjatuhkan pandangannya ke buku milik Suna. Mencoba membuang pikirannya tadi dengan fokus mengoreksi soal yang baru saja ia beri.
Suna sendiri nampak menghela nafasnya lega, ia pikir menyadarkan Kita dari lamunannya adalah hal buruk ternyata tidak.
"Ah, kenapa aku lupa memfotonya? Bukannya tadi itu Kita-san sedang lengah? Bodohnya diriku" dalam hati Suna meruntuki kebodohannya, dia benar-benar lupa untuk mengambil satu foto saat kakak kelasnya itu lengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Him but...
RomanceKisahku tak seperti di novel kebanyakan, dimana kamu akan jatuh cinta padaku jika aku mengungkapkan perasaanku. Ini patah hati pertamaku dan kuharap ini juga yang terakhir. Terima kasih telah mengijinkan diriku mencintaimu walau kau tak membalasnya...