I Love Him but... (8)

188 40 3
                                    

Suna Rintarou x Kita Shinsuke
[SunaKita]
.
.
.

Warning: Angst, Sad, Rejection, Harsh Words, Rude Behavior, Hurt/Comfort, Drama, BL.
.
.
.
Typo(s), Lil OOC and Non!AU.
(Non!AU = situasi kurang lebih sesuai dengan kondisi pada kenyataannya [anime]. Hanya saja jalan ceritanya yang akan dirubah)
.
.
.
I make this story' full with my heart so if you'll want please vote and comment this chapter.
-Cinnamon.

Happy Reading

Keduanya tetap berdiam untuk beberapa waktu. Tak ada yang berniat membuka percakapan seorang pun. Suna nampak fokus dengan ponselnya sementara Kita hanya diam seraya memandang lurus ke depan dengan pandangan kosong.

Entah apa yang pemuda dengan surai abu terang serta ujung hitam itu pikirkan sampai membuatnya tak sadar jika Suna telah memanggilnya berulang kali.

Suna menepuk pundaknya guna menyadarkan lamunan pemuda itu yang mana membuat Kita terjengkit kaget karena hal tersebut.

"Ada apa Suna?" Tanyanya seraya memandang lawan bicaranya.

Suna mendekat, ia kini duduk di sebelah Kita seraya memasangkan satu buah earphone ke telinga Kita sementara yang lain ia pasang ke telinganya sendiri.

Tanpa banyak omong ia memutar lagu yang baru-baru ini dia dengar dari playlist musiknya.

Penyanyi laki-laki mulai bernyanyi, lalu di susul dengan instrumen tambahan. Keduanya mendengarkan dalam diam, saling meresapi arti dari lagu yang mereka dengar saat ini.

"Rewrite the stars?"

Saat sampai di reff, Kita membuka matanya. Menoleh ke arah Suna yang masih menutup matanya sambil terdiam akan lagunya.

"Jika tak salah itu bermaksud menulis ulang takdir. Bintang di angkasa di ibaratkan sebagai takdir tiap orang. Bintang-bintang di langit memiliki pemiliknya sendiri dan lagu ini berkisah tentang dua orang yang ingin menulis ulang takdir mereka dengan perumpamaan bintang" tungkas Suna seraya membuka sedikit matanya, ia kemudian mendongak ke atas dimana atap platform serta gantungan lampunya ada disana.

Membayangkan jika dirinya berdiri di dekat Aurora dan memohon pada semesta untuk menulis ulang takdirnya.

"Apa kamu... Sedang menyesali takdirmu yang sekarang?" Kita bertanya dengan hati-hati, takut jikalau ia salah bicara pada pemuda tersebut.

Suna melirik ke arahnya, lantas tersenyum tipis. "Sedikit, aku hanya ingin agar keluargaku gak terlalu sibuk sama pekerjaan mereka"

Kita turut menunduk, ia tahu bagaimana rasanya. Keluarganya jarang berkumpul terlebih kakak perempuannya yang belum pernah ia lihat lagi setelah 6 tahun tak berjumpa.

"Oh ya, Kita-san bisa mulai menjadi sedikit santai jika mendengarkan lagu. Orang-orang akan menganggap Kita-san punya hobi baru selain membaca buku" ujar Suna seraya menunjuk ke arah earphone yang masih berada di telinga pemuda tersebut.

Tangan Kita secara reflek menyentuh telinganya, pandangannya mengerjab untuk beberapa detik mencoba mempertimbangkan hal tersebut.

"Sebenarnya kurang nyaman jika harus mendengarkan lewat earphone terus menerus tapi mungkin aku bisa menggunakannya saat berangkat dan pulang" katanya lantas melepas earphone tersebut.

I Love Him but...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang