I Love Him but... (3)

241 45 8
                                    

I Love Him but...

.
.
.

Warning: Angst, Sad, Rejection, Harsh Words, Rude Behavior, Hurt/Comfort, Drama, BL.
.

.
.

Typo(s), Lil OOC and Non!AU.
(Non!AU = situasi kurang lebih sesuai dengan kondisi pada kenyataannya [anime]. Hanya saja jalan ceritanya yang akan dirubah)
.
.
.
I make this story' full with my heart so if you'll want please vote and comment this chapter.
-Cinnamon.

Jalanan sudah sepi, tak banyak kendaraan yang berseliweran di jalanan. Yang lewat mungkin hanya ada beberapa saja.

Kedua orang itu masih tetap diam selama di perjalanan, tak ada yang berniat membuat obrolan agar suasana canggung di antara keduanya hilang.

Bulan yang semula tertutupi oleh awan kini mulai bersinar terang, membuat jalanan yang mereka lalui tersorot dan menjadi lebih terang daripada tadi.

Kita mendongak ke atas, mata besar cokelat keemasannya itu menatap ke arah bulan penuh yang ada di atas langit.

"Bulannya..."

Langkah kaki Suna berhenti, dia menoleh ke arah kakak kelasnya tersebut yang masih asyik memandang ke atas. Menatap sang bulan yang begitu terang di atas mereka.

"Tsuki ga kirei desu ne"

Kita menoleh ke arah Suna, manik matanya melebar untuk sejenak saat memandang ke arah pemuda bermata sipit tersebut.

Paras Suna yang mendongak dan tersiram oleh sinar rembulan nampak begitu indah dimatanya. Kelopak mata panjang yang tertutup serta rahang tegas nan kokoh tersebut entah mengapa adalah sebuah pemandang terindah yang pernah Kita lihat.

Ia memalingkan wajahnya, merasakan wajahnya panas karena memandang terus menerus ke arah adik kelasnya tersebut.

"Ah, ayo Kita-san"

"Ya"

Keduanya kembali berjalan, mulai memasuki kawasan perumahan masing-masing dan kemudian berpisah di belokan.

Suna lurus sementara Kita berbelok ke kiri, pemuda dengan warna surai ganda itu tak lupa mengingat pada Suna untuk segera beristirahat setelah sampai rumah dan di tanggapi anggukan serta lambaian dari pemuda sipit tersebut.

Dalam langkahnya yang teratur, Kita memikirkan kembali ucapan Suna tadi. Dia seperti sangat familiar dengan kata-kata itu.

Seperti sebuah pengandaian.

Langkahnya terhenti, ada satu hal yang tiba-tiba saja masuk ke kepalanya saat berpikir bahwa itu tadi adalah sebuah pengandaian.

"Ah, tak mungkin"

Dia kembali berjalan, tak memperdulikan pemikiran aneh yang masuk.

Itu mustahil bukan?

🦊🦊🦊

Lapangan sekolah nampak penuh dengan para siswa yang masih berolahraga. Beberapa juga ada siswa lain yang ikut untuk bermain sepak bola.

I Love Him but...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang