I Love Him but... (16)

145 25 13
                                    

I Love Him but...

.

.

.

Warning: Angst, Sad, Rejection, Harsh Words, Rude Behavior, Hurt/Comfort, Drama, BL.

.

.

.

Typo(s), Lil OOC and Non!AU.
(Non!AU = situasi kurang lebih sesuai dengan kondisi pada kenyataannya [anime]. Hanya saja jalan ceritanya yang akan dirubah)

.

.

.

I make this story' full with my heart so if you'll want please vote and comment this chapter.

-Cinnamon.

Siang yang cerah ini keduanya habiskan dengan berkeliling kota Tokyo yang ramai.

Banyak pejalan kaki yang berlalu lalang kesana kemari menuju tempat yang berbeda.

Suna dan Kita berjalan berdampingan menuju stasiun, mereka hendak menuju ke Asakusa yang letaknya sedikit jauh dari tempat mereka sekarang.

Bahkan keadaan di dalam kereta tersebut pun ramai dengan orang, Kita beberapa kali sempat terdorong mundur. Mengingat tubuhnya yang lebih mungil dari lelaki biasanya membuatnya terlihat lemah dan mudah di sakitin.

Suna yang peka segera memindahkan tempat mereka, menggandeng tangan kakak kelasnya tersebut dan membawanya ke sebelah pintu.

Yang di gandeng hanya diam, tak berniat bertanya atau memberontak, dia baru akan bertanya kala Suna mengkabedon dirinya di sebelah pintu dengan wajah santai seolah tak terjadi apa-apa.

Perbedaan tinggi mereka terlihat jelas, dimana Suna yang lebih tinggi mengkabendo dirinya yang jauh lebih rendah dari pemuda sipit itu.

Wajahnya memanas, mata besarnya memperhatikan Suna yang masih diam seraya memainkan ponselnya. Satu tangannya ada di sebelah tubuh Kita dengan jarak yang begitu dekat.

Kita bahkan bisa menghirup aroma parfum yang digunakan pemuda itu, membuatnya candu akan aromanya.

"Jantungku selalu berdetak kencang karena perlakuan Suna, sensasinya memang aneh. Tapi aku menyukainya." Batinnya seraya menahan sebuah senyum. Dia tak tahu kenapa akhir-akhir ini dia selalu bisa tersenyum lepas jika bersama pemuda sipit itu.

Dia seolah menjadi orang yang lebih hidup daripada dirinya yang sebelumnya. Seolah Suna adalah pemegang bentuk emosinya.

Maniknya bergerak ke atas, melihat sekali lagi pahatan rupa Suna yang begitu sempurna baginya. Bagaimana rahang tegas itu terlihat, dada bidang serta tatapan mata tajam yang seolah menghipnotis setiap orang yang menjadi miliknya.

I Love Him but...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang