[SELESAI] [17+] Im Yesha, gadis yang terjebak di markas Geng pembunuh bayaran, ia benci dihadapkan dengan situasi seperti itu, namun pada akhirnya ia memilih untuk mengikuti permainan sang pemimpin, yaitu Jung Jaehyun.
Bijaklah dalam memilih bacaan...
Guys! Aku lupa kasih tau kalian, ada beberapa paragraf baru di chapter 00, di paling awal banget..
Silahkan dibaca, tapi gak dibaca juga gakpp, itu cuma scene tambahan 😍😍.
. .
Spam komen yuk! Jangan lupa vote juga ya, Terimakasih 😍😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari dimana Yesha menghilang dari rumah Zero.
(Ingat ya, ini cuma flashback!)
Ara berdiri di depan jendela kamarnya, tiba-tiba ponselnya berdering dari nomor tak di kenal, ia pun menjawab panggilan itu.
"Siapa ini?"
"Ini aku, Yesha."
Ara terdiam sejenak dengan dahi berkerut.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak ke rumah Mark? Dia sudah menunggumu sejak lama," tanya Ara yang terdengar marah.
"Maaf, aku terjebak di rumah sebuah geng, geng pembunuh pembayaran, aku dicurigai seorang mata-mata ketika tak sengaja melihat salah satu anggotanya membunuh seseorang di kaki gunung."
"Pembunuh bayaran?" Tanya Ara dengan suara pelan.
"Ya, pembunuh bayaran Geng Zero, m-mereka malah menjadikanku anggota mereka, aku takut, aku ingin pulang."
Ara kembali terdiam satu tangan yang terkepal di samping tubuhnya.
"Aku takut.."
"Kau tidak membocorkan siapa dirimu kan? Dan soal keluarga kita," tanya Ara.
"Tidak membocorkan apapun."
"Bagus- aku-"
"Aku ingin pulang.."
"Sungguh? Kau bilang 3 bulan," Ara ikut berucap lirih.
"Aku tidak bisa ke rumah mark, geng Zero akan menemuiku, aku takut Mark kenapa-kenapa."
"Baiklah, kau akan pulang, tapi dengan satu syarat," ujar Ara.
"Apa itu?"
"Pulang ke rumah sekarang, aku harus pergi menemui seseorang hingga pagi, pukul 9 pagi kau harus sudah ada di halaman belakang, kita harus bertukar lagi," ujar Ara.
"Kim Ara," desis Ara karena tak mendengar sahutan dari seseorang di sebrang sana.
"Iya, Yesha."
Ara tersenyum kecil, kemudian ia memutuskan sambungannya, ia harus bersiap untuk pergi.
