Bab 24

215 36 26
                                    

~AUBREY~

Aku sedang bersiap-siap ingin ke kondominium Liam. Hari ini, aku berencana ingin memberitahunya perihal kehamilanku.

Sebenarnya, aku ingin memberitahunya kemarin saat kami bertemu. Tapi, karena alasan adanya urusan mendadak, Liam membatalkan pertemuannya denganku. Jadi, aku mengurungkan niatku untuk memberitahunya kemarin dan memilih untuk memberitahunya hari ini.

Setelah semuanya siap, aku mengambil tas, ponsel dan dompet lalu keluar kamar.

"Ellie, aku berangkat dulu.", aku berkata pada Ellie.

"Ya, Aubrey. Hati-hati. Semoga semuanya berjalan dengan lancar.", ucap Ellie padaku.

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Semoga saja. Terimakasih, Ellie."

Setelah itu, aku keluar dari apartemen dan menuju ke kondominium Liam.

***

Aku menekan bel pintu kondomium Liam. Dalam hati, aku merasa gugup karena takut membayangkan bagaimana reaksi Liam saat tahu bahwa saat ini aku sedang mengandung anaknya. Namun, aku sangat berharap bahwa Liam akan memberikan respon yang baik.

Setelah menunggu selama beberapa saat, pintu kondominium Liam terbuka. Lalu, terlihat Liam yang kini berdiri membukakan pintu. Selain itu, penampilannya juga terlihat berantakan. Dia seperti baru bangun tidur.

"Liam..."

"Aubrey, kau datang?", tanyanya sedikit terkejut.

Sebelumnya, aku memang tidak memberitahu Liam perihal kedatanganku ini. Karena sejak kemarin, Liam sangat sulit dihubungi. Aku sudah menelponnya beberapa kali. Tapi, Liam tidak menjawab panggilan dariku. Jadi, aku memutuskan langsung datang ke kondominiumnya saja. Itu sebabnya, Liam sedikit terkejut saat melihat kehadiranku.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaannya tadi.

"Oh ya, mari silahkan masuk.", ucapnya padaku.

Namun, aku merasa ada yang aneh pada diri Liam kali ini. Aku merasa bahwa ekspresi dan nada bicaranya tidak riang atau bersemangat seperti biasa. Dia terlihat malas, kacau dan berantakan. Bahkan, dia juga tidak mencium atau memelukku seperti kebiasaannya setiap kali bertemu denganku sejak kami resmi menjadi sepasang kekasih beberapa minggu yang lalu.

Liam membuka pintunya lebih lebar dan aku masuk ke dalam. Terlihat ruang tamu kondominiumnya sedikit berantakan. Terdapat sepatu dan jaket yang tergeletak sembarangan di lantai serta beberapa kaleng bir di atas meja ruang tamu.

"Maaf karena ruang tamuku berantakan. Semalam, aku ketiduran di sofa ruang tamu.", ucap Liam sambil membereskan jaket dan sepatu yang ada di lantai serta kaleng bir kosong yang ada di atas meja.

"Tidak masalah.", kataku memaklumi.

"Silahkan duduk, Aubrey.", ucap Liam setelah kondisi sofa ruang tamunya lebih rapi dan bersih dari barang berceceran.

Aku duduk di sofa. Sedangkan, Liam berjalan masuk ke kamarnya untuk meletakkan jaket dan barang-barangnya tadi.

"Kau ingin minum apa?", tanya Liam yang sudah kembali keluar dan berjalan ke dapur.

"Aku tidak minum. Aku baru saja sarapan dan masih kenyang.", jawabku.

"Baiklah.", balas Liam.

Entah kenapa aku merasa bahwa suasana diantara kami berdua saat ini sangat canggung, tidak seperti biasanya dimana kami langsung bersikap romantis atau Liam yang sering kali mencairkan suasana dengan sikapnya yang riang dan banyak bicara saat bersama denganku.

Choose Me, My Boy! (Kim-McKenna SERIES #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang