Bab 26

279 38 26
                                    

~AUBREY~

Aku bercerita sambil menangis pada Ellie mengenai respon dan penolakan Liam saat aku memberitahunya perihal kehamilanku tadi.

"Liam hanya menyalahkanku, Ellie. Dia tidak mau bertanggungjawab atas kehamilanku. Bahkan, sepertinya dia juga tidak mau mengakui anak yang ada di dalam kandunganku ini sebagai anaknya. Sekarang, aku jadi merasa menyesal kenapa tadi aku memberitahu Liam perihal kehamilanku ini. Jika hanya penolakan dan kata-kata menyakitkan seperti ini yang kudapatkan darinya, lebih baik aku tidak perlu memberitahunya.", kataku dengan terisak.

Ellie yang sejak tadi memelukku, kini mengelus punggungku.

"Aku tahu bahwa kau adalah wanita yang kuat, Aubrey. Dengan atau tanpa Liam, kau pasti bisa melewati semua ini. Kau harus kuat untuk dirimu sendiri dan juga untuk anak yang sedang kau kandung saat ini. Jangan hiraukan Liam. Karena dia sudah menolakmu. Berarti, dia tidak pantas untukmu. Kau terlalu baik untuk pria brengsek seperti Liam.", Ellie menyemangatiku.

Setelah menangis selama beberapa saat, aku menjauhkan tubuhku dari pelukan Ellie.

"Sekarang, aku ingin pulang ke Korea.", aku berkata seraya menghapus sisa air mata yang mengalir di pipiku.

"Sekarang? Maksudmu, sekarang juga?"

"Tidak sekarang juga. Masih ada beberapa hal yang harus kuselesaikan. Aku harus menemui paman dan bibi serta Amelia dan Archer dulu untuk mengatakan bahwa aku akan kembali ke Korea."

"Apakah kau juga akan mengatakan pada mereka bahwa sekarang kau sedang mengandung anak Liam?"

Aku menggeleng.

"Tidak. Aku tidak akan mengatakan itu pada mereka. Aku tidak ingin membuat kekacauan dengan memberitahu mereka terkait masalahku dengan Liam ini. Karena aku tahu bahwa Liam dan keluarga besarnya itu saling menyayangi. Jika mereka tahu tentang perbuatan Liam padaku, aku takut mereka akan kecewa, marah lalu menyalahkan Liam. Dan itu akan berpotensi merusak kehangatan serta keharmonisan keluarga besar mereka. Jadi, biarkan aku sendiri saja yang menyimpan dan menanggung semua ini. Aku juga mohon padamu agar kau tidak memberitahu Archer tentang kehamilanku ini, Ellie."

Ellie menatapku dengan tatapan prihatin.

"Sebenarnya, sangat tidak adil jika kau yang harus menanggung semua ini sendiri, Aubrey. Seharusnya, Liam juga ikut bertanggungjawab atas masalah ini. Tapi, aku memahami alasanmu. Jika kau memang tidak ingin aku memberitahu Archer atau keluargamu yang ada di sini, maka aku tidak akan melakukannya."

"Dan aku juga ingin meminta tolong padamu agar mengurus segala urusan yang tersisa terkait dengan kontrak pemotretanku di perusahaan Archer yang sudah selesai. Karena aku akan pulang ke Korea lebih dulu. Jika aku berlama-lama di sini, aku takut orang-orang akan menyadari tentang kehamilanku ini.", aku meminta tolong pada Ellie lagi.

"Tentu, Aubrey. Kau jangan khawatir tentang masalah itu. Karena itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Kau bisa pulang ke Korea lebih dulu. Sedangkan, aku akan menyelesaikan sisa urusan pekerjaan kita di sini."

"Terimakasih, Ellie. Aku sangat beruntung karena memiliki sahabat dan rekan kerja yang sangat baik dan memahamiku seperti dirimu.", kataku padanya.

Ellie tersenyum.

"Sama-sama, Aubrey.", balas Ellie.

Kemudian, kami berpelukan lagi.

"Sekarang, aku akan memgompres wajahku dengan air dingin agar tidak terlihat sembab. Karena nanti siang, aku akan ke rumah Amelia lalu ke kondominium Archer serta ke rumah paman dan bibi. Aku harus segera bertemu mereka agar besok aku bisa pulang ke Korea.", ucapku setelah melepaskan diri dari pelukan Ellie.

"Ya, Aubrey."

Setelah itu, aku bangun dari ranjang dan keluar kamar untuk menyiapkan kompres air dingin.

***

Aku sudah bertemu dengan Amelia, Archer serta paman dan bibi untuk mengatakan bahwa aku akan segera pulang ke Korea. Saat aku mengatakan itu, mereka sempat terkejut dan penasaran dengan alasan kenapa aku buru-buru pulang ke Korea. Karena sebelumnya aku mengatakan pada mereka bahwa aku akan berlibur di Seattle selama satu bulan setelah pemotretanku di perusahaan Archer selesai.

Tapi, aku beralasan bahwa ada urusan mendadak di Korea yang harus kuselesaikan. Dan untung saja, mereka semua percaya serta tidak bertanya lebih lanjut.

Aku juga bersyukur saat berkunjung ke rumah Amelia kemarin, aku tidak bertemu dengan Chris karena Chris sedang keluar. Jika ada Chris di rumah Amelia, aku pasti akan menangis karena tidak sanggup menahan diri untuk tidak bercerita mengenai masalah yang terjadi antara aku dan adiknya. Jadi, aku hanya menitipkan salam untuk Chris serta untuk orang tuanya pada Amelia.

Sekarang, aku sedang berkemas karena besok pagi aku akan berangkat ke Korea. Saat aku tengah sibuk menata dan memasukkan pakaianku ke dalam koper, tiba-tiba terdengar suara pintu kamarku diketuk lalu dibuka. Ternyata, itu Ellie.

"Ada apa, Ellie?", tanyaku ragu.

"Aubrey, ada Liam di depan.", Ellie berkata padaku.

Seketika, aku membelalak terkejut.

"Apa? Ada Liam di depan? Apa kau sudah mempersilahkannya masuk?", tanyaku terkejut dan sedikit panik.

Ellie menggeleng.

"Aku belum mempersilahkannya masuk. Karena aku tidak ingin ikut campur dalam urusan kalian. Liam datang untuk menemuimu. Jadi, hanya kau yang berhak mempersilahkannya masuk atau tidak.", kata Ellie padaku.

"Untuk apa Liam datang ke sini?", tanyaku heran lebih pada diriku sendiri.

"Mungkin, dia datang karena berubah pikiran.", Ellie menjawab dengan santai lalu duduk di ranjang sebelahku.

"Maksudmu?"

"Maksudku, mungkin Liam datang karena dia berubah pikiran. Dan mungkin saja, saat ini dia datang dengan maksud baik ingin bertanggungjawab atas kehamilanmu ini."

Aku tersenyum miris mendengar tebakan Ellie.

"Itu tidak mungkin, Ellie. Kemarin, terlihat jelas bahwa Liam menolak kehamilanku ini. Tidak mungkin dia berubah pikiran lalu mau bertanggungjawab. Apalagi, hanya dalam waktu satu hari."

"Siapa yang tahu? Tapi, jika dilihat dari ekspresinya yang tampak menyesal, aku bisa melihat bahwa dia datang ke sini dengan niat baik.", Ellie menjeda kalimatnya lalu menatapku serius. "Aubrey, sekarang keluarlah dan temui Liam. Kau harus berbicara dengannya. Mungkin saja, Liam datang karena berubah pikirkan dan bersedia bertanggungjawab atas kehamilanmu. Atau mungkin, dia datang untuk menawarkan solusi terbaik atas masalah kalian ini."

"Begitukah?", tanyaku ragu.

"Ya. Dan jika benar Liam datang dengan niat baik ingin bertanggungjawab, maka kau harus menerimanya. Jangan lagi berpikir tentang ego atau harga dirimu yang kemarin disalahkan atau ditolak oleh Liam. Karena yang harus kau pikirkan sekarang adalah anakmu. Saat kau memikirkan apakah kau akan menerima atau menolak sesuatu yang mungkin ditawarkan oleh Liam, kau harus berpikir dengan melihat dari sudut pandang anakmu. Ambil keputusan yang menurutmu terbaik dan tidak menyakiti anakmu nanti. Apa kau bisa melakukan itu, Aubrey?", Ellie berbicara serius padaku.

Walaupun dalam hati aku merasa ragu, tapi aku mengangguk.

"Baiklah, Ellie. Terimakasih atas sarannya. Aku akan melakukan seperti apa yang kau katakan.", kataku menerima sarannya.

Ellie tersenyum.

"Bagus. Kuharap, kau dan Liam akan menemukan solusi terbaik atas masalah ini."

Aku juga ikut tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah. Kalau begitu, sekarang ayo keluar. Kau persilahkan Liam masuk. Sedangkan, aku akan pergi ke kedai kopi yang ada di seberang gedung apartemen untuk memberikan kalian privasi agar kalian bisa berbicara dengan lebih nyaman.", Ellie berkata lagi.

Kemudian, aku dan Ellie keluar dari kamar dan menuju ke depan.

***

Choose Me, My Boy! (Kim-McKenna SERIES #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang