Part 7

814 101 74
                                    


Subang larang masih memapah Putra nya secara perlahan.. tubuh Putra nya dapat di rasakan sedikit hangat dan itu membuat nya resah..

Sementara itu Kian Santang mencoba menormalkan rasa sakit nya yang belum juga mereda..

Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja kedua kaki nya sakit dan itu cukup membuat nya terkejut

Mereka berjalan dalam keheningan sampai di Wisma Walangsungsang..

Subang larang mendudukkan Putra nya di ranjang megah itu dan meluruskan kaki jenjang nya secara perlahan agar lebih nyaman..

"Nak.. " Panggilnya lirih

Mendengar panggilan lirih Bunda nya Kian Santang menatap tepat Manik hangat sang Bunda

"Maafkan Bunda untuk kejadian tadi pagi.. Sungguh bukan maksud Bunda mengatakan hal yang seperti itu kepada mu Putra ku. " Jelasnya Seraya menggenggam kedua tangan Putra nya

Kian Santang masih setia mendengar kan tidak ingin memotong ucapan sang Bunda untuk nya..

"Bunda hanya.. Sangat khawatir dengan kondisi mu sekarang.." Lanjut nya lirih

Untuk beberapa saat mereka terdiam.. Subang larang hanya memandang kedua tangan Putra nya yang masih berada di genggaman nya..

Sedangkan Kian Santang memandang hangat sang Bunda di rasa Bunda tidak akan mengatakan lagi.. Kian Santang membalas nya

"Bunda.. "

"Bunda tahu..? Aku tidak pernah menyalahkan siapapun apalagi pada Bunda.. Jika di ingat kembali perkataan Bunda memang menyakitkan..."

"Tapi aku sadar dan aku berfikir.. Bunda mengatakan nya tanpa sengaja karena Bunda merasa sangat khawatir kepada ku.. "

"Tapi Bunda juga jangan menyudutkan kejadian yang menimpa ku dulu dengan Raka ataupun Yunda. "

"Ingat lah Bunda.. Saat itu kami masih kecil.. Belum bisa berfikir mana yang salah dan mana yang benar.. "

"Mana yang berbahaya dan tidak berbahaya. "

"Belum bisa berfikir mana yang di larang dan mana yang tidak di larang.. Kami akui memang dulu cukup kami cukup nakal.." Lanjut nya lirih

Mendengar penjelasan panjang dari Putra nya Subang larang merasa malu..

Di pandang Putra nya yang juga tengah menatap nya dengan senyuman menenangkan

Dengan segera di peluknya tubuh hangat Putra nya dengan erat seakan tidak ingin melepaskan nya..

Kian Santang pun membalas pelukan erat sang Bunda untuk menenangkan..

"Bunda harap diri mu sehat selalu nak.. Terus lah tersenyum.."

Melepaskan pelukan mereka.. Bunda menangkup keduanya pipi tembam Putra nya dengan lembut..

"Mungkin ke depannya diri mu akan menghadapi banyak rintangan dan rasa sakit yang akan kamu lalui nak. "

"Bunda melepaskan mu dulu untuk mengembara selama lima tahun karena Bunda yakin diri mu bisa mengatasi nya. "

"Tapi mengingat kejadian kemarin dan kondisi mu menjadi lebih buruk dari sebelumnya.. Bunda tidak bisa lagi mentolerir nya kembali.. "

"Jangan pernah membuat diri mu dalam keadaan yang berbahaya kembali nak. " Ujar Subang larang memberikan kata-kata agar dapat di mengerti oleh Kian Santang

Kian Santang hanya terdiam dan masih menatap lekat sang Bunda dirinya mendengar kan dengan seksama dan tidak ingin membantah

Melihat Putra nya hanya terdiam Subang larang menghela nafas pelan seraya mengelus pelan pipi tembam Putra nya..

Pewaris Tahta PadjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang