PART 18

4.5K 222 1
                                    

HAI SEMUA

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA ❤✨

HAPPY READING ❤✨





Hembusan angin disore hari membelai wajah mulus gadis berambut panjang yang ia biarkan tergerai begitu saja. Mata teduhnya melirik ke kanan dan ke kiri seperti menunggu sesuatu.

Hari sudah semakin sore namun dirinya belum juga menemukan angkutan umum disekitarnya. Bukan tidak ada angkutan umum, hanya saja setiap angkutan yang lewat selalu saja penuh dan tak ada tempat untuk dirinya.

"Huftt, pada penuh semua," gumam Dewi pelan.

Hingga sebuah klakson motor sport membuat dirinya terkejut dan langsung menoleh kearah sumber suara. Dewi mengernyit bingung, siapa lelaki yang ada dihadapannya saat ini? Lelaki tersebut terkekeh kecil melihat wajah lucu Dewi yang terlihat sedang kebingungan.

Lelaki tersebut melepaskan helm nya kemudian tersenyum manis kearah Dewi, "Hai!" sapanya dengan ramah.

Mata teduh Dewi terbelalak, "Kamu?!" pekiknya.

Lelaki itu terkekeh kecil, "Masih ingat sama gue?" tanya nya dengan menaik turunkan alis tebalnya.

Dewi tersenyum dengan mengangguk kecil, "Devian kan? Yang kemarin nolong aku sama Dewa?"

Devian mengangguk, ya lelaki tersebut tidak lain adalah Devian. "Sendirian aja? Nunggu siapa? Nunggu Dewa?"

Dewi mendelik, "Nggak kok, aku nunggu angkutan umum."

Devian mengangguk paham sembari membentuk hurufnya seperti huruf O. "Kalau gitu bareng gue aja."

"Eh, nggak perlu, entar malah ngerepotin kamu lagi."

Devian lagi-lagi terkekeh, "Nggak kok, yuk gue anter!"

"Nggak Vi, lagian aku mau ke tempat kerja aku."

Devian mencebik kesal, "Ck! Kok Vi sih? Gue Devian, panggil gue Dev jangan Vi. Entar dikira nama gue Vivi lagi, kan nggak lucu."

Dewi terkekeh mendengarnya, "Iya deh, Dev gitu kan?" katanya yang dijawab anggukan mantap Devian.

"Yaudah yuk gue anter."

"Ng--"

"Tenang, gue nggak culik lo kok. Gue cuma mau minta maaf sama lo karena gara-gara permasalahan gue sama Dewa, lo jadi kena imbasnya."

"Nggak papa kok."

"Ayo naik, entar keburu malem loh!"

Dewi menoleh kearah langit yang kian lama kian menggelap, sepertinya jika ia menunggu satu atau dua jam lagi maka langit akan semakin gelap dan malam pun akan tiba. Menghela nafas, Dewi pasrah. Ia mengangguk mengiyakan dengan senyuman kecilnya.

"Yaudah, iya aku ikut."

Devian tersenyum senang ia mengkode Dewi untuk segera naik ke motornya, "Lets go, cantik!"

Dewi naik ke motor sport Devian dengan bantuan uluran tangan dari Devian karena motor lelaki itu sangat tinggi hingga membuat Dewi susah untuk menaikinya, ditambah lagi kakinya yang baru sembuh dari lukanya.

"Pegangan, entar lo jatuh gue nggak tanggung jawab ya," ucapnya bercanda.

"Iya, ini pegangan kok." Dewi memegang pundak Devian sebagai tempat pegangannya.

Dewa & Dewi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang