PART 21

4.6K 198 0
                                    

HAI SEMUA

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA ❤✨

HAPPY READING ❤✨





"Ya ampun. Kamu kenapa sih? Kok jadi aneh gini," ucap Dewi saat Dewa masih saja ingin mengantarnya sampai kedalam rumah.

"Lo sakit kan?"

"Pusingnya udah hilang? Perlu ke rumah sakit?" Lihat lah betapa cerewetnya Dewa sekarang.

"Hei, astaga. Kamu kok jadi aneh gini, aku cuma pusing biasa."

"Lo pingsan ditoilet juga karena pusing biasa. Lo emang sering pusing?" sewot Dewa karena Dewi tak mendengarkan perkataannya.

Dewi meringis mengingat hari dimana ia pingsan di toilet karena pusingnya yang kumat disaat tidak tepat. Sama halnya seperti sekarang, ia juga merasakan pusing yang hebat tapi tetap saja ia bilang kepada Dewa kalau ia hanya pusing biasa.

Dewi tidak ingin menyusahkan orang lain termasuk Dewa. Baginya diberi pekerjaan sebagai guru les dirumah Dewa saja ia sudah bersyukur dan merasa berhutang budi pada keluarga Dewa. Apalagi jika sekarang Dewa harus mengantarnya ke rumah sakit? Tidak, tidak.

"Nggak kok, mungkin karena kecapean doang."

"Pinter banget bohongnya," sarkas Dewa menatap tajam Dewi.

Ditatap tajam Dewa membuat Dewi kikuk sendiri, ia membenarkan anak rambutnya untuk menghilangkan rasa groginya.

"Denger ya, aku itu nggak papa, udah sehat kok. Lagian kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba aneh gini."

"Gue khawatir sama lo, ngerti nggak sih?!"

Ups, sepertinya Dewa keceplosan. Dewi terdiam mendengar ucapan yang keluar dari mulut Dewa. Dengan jantung yang berdetak kencang, Dewi berusaha menetralkan perasaanya yang campur aduk sekarang. Khawatir? Sungguh? Ia tak salah dengarkan?

Haruskah Dewi senang? Tidak, tidak. Ia tak ingin termakan ucapan manis seseorang, terlebih lagi yang mengucapkannya adalah Dewa. Tapi sangat munafik jika ia tidak baper dengan perkaatan Dewa barusan. Bahkan rasanya sekarang Dewi ingin pingsan karena ulah Dewa.

"L-lupakan, maksudnya gue cuma khawatir kalo lo sakit terus siapa yang ngajarin Jovi? Kan kasihan adik gue." Oke, jangan lupakan kalau Dewa mempunyai gengsi yang sangat tinggi.

Dewi mengangguk kaku, "Oh, aku pikir tadi--"

"Lo mikir apa?" balas Dewa.

"Nggak, hehe."

"Lo mikir gue khawatir sama lo?" sahut Dewa dengan smirknya.

Dewi melotot dengan gelengan kecil, "Enggak kok, perasaan kamu aja kali!" elak Dewi.

"Perasaan gue ngerasain hal sama kayak yang lo rasain."

Siapapun tolong tampung Dewi jika ia pingsan saat ini juga. Apa-apaan Dewa ini? Apa ia sedang menggombal? Dewi memalingkan wajahnya kearah lain dengan semburat merah dipipinya. Ternyata cowok dingin dan ketus seperti Dewa bisa juga membuat hati Dewi menghangat.

"Pipi lo kenapa?" tanya Dewa yang menyadari pipi Dewi yang memerah, Dewa yakin gadis itu pasti blushing.

"Ha? Pipi? Memangnya kenapa?" refleks Dewi memegang kedua pipinya yang memanas.

"Kok merah? Lo blushing ya?" goda Dewa menahan tawa.

"Ih, nggak!" elak Dewi membuang wajahnya kearah lain.

Dewa & Dewi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang