PART 24

4.1K 181 4
                                    

HAI SEMUA

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA ❤✨

HAPPY READING ❤✨





Dewi membuang wajahnya kearah lain, detak jantungnya kian menggila mendengar pertanyaan Dewa. Lebih baik ia menyudahi obrolan mereka, bisa-bisa wajah Dewi nantinya akan seperti kepiting rebus yang sudah merah padam.

"Aku mau jualan, kamu mau pulang atau gimana?" tanyanya yang sudah keluar dari rumah dan tak lupa mengunci pintu rumahnya yang terkesan sederhana itu.

"Ikut."

"Yakin?" tanyanya.

"Lo liat muka gue bercanda?" sahut Dewa ketus.

Dewi terkekeh kecil sambil membenarkan anak rambutnya yang terlihat berantakan. "Kita naik sepeda, kamu yakin mau ikut?" tanya Dewi memastikan.

"Sekali lagi lo nanya, gue cium ya lo?!" kesalnya kepada Dewi.

Bukannya takut, Dewi malah melontarkan kalimat yang malah membuat Dewa semakin kesal. "Nggak boleh halu," kata Dewi terkekeh kecil.

Sudah berapa kali Dewa bilang kalau ia mau ikut namun Dewi terlihat tidak yakin kepada lelaki itu. Memangnya kenapa kalau naik sepeda? Jika disuruh jalan kaki juga Dewa bakal ikut.

Dewa membantu gadis itu mengeluarkan sepedanya dari samping rumah Dewi. Dewi memang sengaja menyimpan sepeda lamanya disana dan sepeda itu ia gunakan untuk hal-hal seperti berjualan, atau belanja ke pasar.

"Kok lo nggak pernah naik sepeda ke sekolah?" tanya Dewa.

"Nggak mau, entar rusak. Apalagi murid-murid di sekolah pada jahil, termasuk kamu!" kata Dewi dengan tangan yang menunjuk wajah Dewa.

Dewa memutar malas kedua matanya dan menepis pelan tangan Dewi. "Gue baik."

"Baik dari jonggol," gumam Dewi kecil tapi masih terdengar ditelinga Dewa.

"Apa lo bilang?!"

"E-eh maksud aku, kamu baik hehe."

• • •

"Dewa, kamu berat banget ih!" keluh Dewi.

"Lemah," cibir Dewa santai.

Dewi mendengus kesal sembari mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga. Kini mereka tengah berada diperjalanan pulang menuju rumah Dewi. Keripik pisang yang tadi Dewi buat sudah ia jual ke warung yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Dan sekarang mereka pulang kembali ke rumah Dewi. Dengan posisi Dewi yang membonceng Dewa menggunakan sepeda sederhana milik Dewi. Pada saat pergi tadi Dewa yang membonceng gadis itu dan disaat pulang Dewa meminta untuk tukar posisi. Dewi yang mengayuh sepeda, sedangkan Dewa yang duduk santai diboncengan.

Tak jarang gadis itu mendengus kesal, Dewa benar-benar menyusahkannya saja. Ia sudah mengayuh dengan sekuat tenaganya namun tetap saja sepedanya berjalan dengan sangat pelan karena Dewi tidak sanggup mengayuh sekuat tenaga Dewa tadinya.

"Timbangan kamu berapa? Berat banget loh ini!" kesalnya terus mengayuh.

Dewa terkekeh kecil mendengarnya. Sesekali ia berjaga-jaga ketika sepeda itu mulai oleng ke kanan maupun ke kiri karena Dewi tak bisa menjaga keseimbangan mereka.

"Gue ringan gini lo bilang berat."

"Berat gini dibilang ringan," balas Dewi mengikuti gaya bahasa Dewa.

Dewa & Dewi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang