PART 55

3.6K 152 19
                                    


HAI SEMUA

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA ❤✨

HAPPY READING ❤✨





Cup!

Dewi membeku dengan mata yang mengerjap-ngerjap pelan. Terkejut? Tentu saja. Dengan santainya Dewa malah mencium pipinya. Siapapun tolong bawa Dewi pergi sekarang juga.

Tubuhnya rasanya ingin pingsan lagi saking lemasnya. Dewi menatap tidak percaya kearah Dewa. Jangan tanya kondisi jantungnya sekarang. Sudah pasti berdisko tidak karuan.

"Nakal," bisik Dewa ditelinga Dewi.

Dewi yang tersadar pun refleks menjauhkan dirinya dari Dewa. Tangannya juga ikut refleks memukul lengan Dewa kuat.

"Kamu yang nakal! Tadi kan aku belum pilih!" omel Dewi ketus.

"Kelamaan. Lo gemesin, gue gatahan pengen cium," ucap Dewa.

Blushing, astaga Dewi blushing lagi. Sudah-sudah, hentikan semua ini. Dewi tidak tahan lagi, rasanya ingin berteriak dengan kencang karena blushing dan salah tingkah.

Ia memalingkan wajahnya yang sudah merah padam agar Dewa tidak bisa melihat rona merah itu.

"Lihat ke sini. Blushing lo udah hilang," kata Dewa membuat Dewi jadi mendadak kesal. Maksudnya apa? Dewa mengejek Dewi yang sedang blushing, begitu?

Dewi menatap kesal Dewa, wajahnya kini ia tekuk. "Ejek terus," sinis Dewi.

"Denger dulu, gue mau ngomong serius."

"Waktu dan tempat dipersilahkan."

"Lo bakal ikuti pengobatan medis."

Mata Dewi membola menatap Dewa tidak percaya. "Kok gitu?! Kan aku udah bilang kalo aku nggak mau--"

"Harus mau Dewi. Gimana mau sembuh kalo lo nolak pengobatan medis. Kondisi lo bisa parah kalo lo begini terus."

Dewi menghembuskan nafas gusar. Bagaimana menjelaskannya kepada Dewa kalau tidak punya cukup uang untuk pengobatan dirumah sakit.

Memangnya siapa yang tidak ingin sembuh? Dewi mau sembuh tapi kondisi ekonominya tidak memungkinkan.

"Kamu nggak ngerti. Aku nggak mau ikut pengobatan medis Wa. Aku baik-baik aja. Aku selalu minum obat tepat waktu," kata Dewi mencoba menjelaskan.

"Biaya rumah sakit lo nggak perlu bingung, gue tanggung semuanya."

Dewi mendelik dan menggeleng kuat. Tidak, ia tidak ingin merepotkan orang lain lagi. "Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak mau ikut pengobatan medis. Cukup minum obat aja udah mendingan Wa," tolak Dewi.

Dewa berdecak pelan. "Tolong nurut kali ini aja. Gue sayang sama lo, gue nggak mau kehilangan lo. Apa lo nggak sayang sama diri lo sendiri?"

Dewi memejamkan matanya sebentar untuk menenangkan pikirannya. Kemudian menatap Dewa dengan raut wajah sendu.

"Sayang, sayang banget. Justru karena aku sayang diri aku makanya aku berusaha tetap semangat setiap hari. Tapi ini beda Wa."

"Terserah, gue udah tanda tangani berkasnya dan mulai hari ini pengobatannya dimulai," ujar Dewa.

"Apa?! Hari ini?!"

"Memangnya kenapa?" tanya Dewa.

"Bukannya itu terlalu kecepatan. Maksud aku gini-- oke fine aku ngaku kalah. Aku takut Wa, aku takut ikut pengobatan. Pasti rasanya sakit kan?" cicit Dewi diakhir kalimat.

Dewa & Dewi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang