2

95 7 3
                                    

Happy reading 🤗

○●○

"Kuemu tidak dilanjutkan?" Tanya Guin.

"Tidak. Kamu sudah jauh-jauh ke sini, pasti ada hal penting, kan?" Granger menatap Guin yang terus tersenyum.

"Iya, sangat penting." Ucap Guin.

"Jadi, ada apa?" Tanya Granger. Ia mengisyaratkan Guin untuk duduk di sofa, begitu juga dirinya yang sudah menempatkan sofa di sebelah Guin.

"Aku merindukanmu. Makanya aku datang. Itu hal yang sangat penting, bukan?" Ucap Guin. Granger menatap Guin bingung.

"Tidak ada hal penting yang lain?" Tanya Granger memastikan. Ia hanya tidak percaya bahwa Guin datang menemuinya hanya karena hal tersebut.

"Apa menurutmu perasaanku tidak penting?" Tanya Guin dengan wajah sedih. Granger langsung menyadari ucapannya yang salah.

"Ah, bukan, bukan begitu maksudku. Kukira ada hal lain yang sangat mendesak. Maafkan aku, Guin." Ucap Granger merasa bersalah. Guin tetap teguh pada wajah sedihnya.

"Ayolah, jangan pasang ekspresi begitu. Aku kan bingung harus apa." Ucap Granger menghela napas. Guin cemberut dan melebarkan kedua tangannya.

"Hm?" Granger memasang ekspresi bingungnya.

"Ck. Dasar lelaki yang tidak peka! Ayo, peluk aku sekarang!" Seru Guin sedikit kesal. Granger tersenyum dan maju untuk menyambut pelukan hangat dari kekasihnya.

"Kalau kamu bilang dengan jelas begitu, aku jadi tahu maksudmu." Ucap Granger seraya menepuk kepala Guin dengan irama yang pelan.

"Tapi, tidak semua yang kita inginkan dapat diutarakan begitu saja. Kau harus lebih pandai membaca situasi." Ucap Guin membela diri.

"Iya, iya. Lain kali aku akan belajar." Granger terkekeh mendengar jawaban Guin yang merajuk. Baginya, Guin sangat lucu saat tengah marah seperti ini.

"Jadi, kau ingin apa sekarang?" Tanya Granger.

"Itu, aku membawakanmu kue jahe. Dan juga, jangan lupakan pesta malam yang akan di adakan di Istana Land of Dawn. Kamu tidak lupa, kan?" Tanya Guin.

"Mana mungkin aku lupa." Ucap Granger. Ia melepas pelukannya untuk melihat ekspresi gadisnya yang seperti sedang mengintimidasi.

"Bagus. Jangan lupa bawa hadiah untukku. Karena aku akan berdandan sangat cantik." Seru Guin senang.

"Aku tidak percaya." Ucap Granger, wajahnya tersenyum jahil.

"Apa kau bilang?" Guin menatapnya kesal.

"Kubilang, aku tidak percaya kau akan berdandan cantik." Ucap Granger mengulangi ucapannya.

"Keterlaluan! Kau sama seperti Alucard, menyebalkan!" Seru Guin kesal, ia hendak memukul lengan Granger namun tangannya dikunci oleh laki-laki tersebut.

"Karena bagiku, setiap hari kau sudah sangat cantik. Aku tidak bisa membayangkan definisi yang lebih cantik dari dirimu yang sekarang." Ucap Granger kemudian mengeluarkan senyum maut yang berhasil membuat Guin malu.

"Siapa yang mengajarimu membual?" Tanya Guin dengan wajah memerah malu.

"Aku tidak membual, aku jujur." Ucap Granger.

"Ah sudahlah. Lebih baik kita makan kue jahenya sekarang. Ajak gadis yang tadi juga, kita makan bersama-sama." Ucap Guin untuk menepis rasa malunya. Granger terkekeh mendengar penuturan gadisnya.

"Baiklah, aku siapkan teh dulu, ya. Ling mungkin sebentar lagi akan datang menjemput Wanwan pulang. Tapi, kita bisa tunda mereka sebentar untuk minum teh dan makan kue jahe ini." Tutur Granger.

The New KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang