7

47 6 0
                                    

"Oh iya, Guin. Kebetulan aku memang ingin bicara sesuatu padamu. Duduk lah di sofa itu. Aku akan membawakan minuman dingin." Ucap Lance. Guin mengangguk dan duduk di salah satu sofa sementara Lance kembali lima menit kemudian dengan dua gelas sirup dingin.

"Apa kau ingin melihat beberapa foto keluargaku dulu?" Tanya Lancelot. Ia mengangkat satu buah album foto berlapis emas. Guin mengangguk antusias.

"Tentu, ayo perlihatkan padaku." Ucap Guin. Lance mengambil album tersebut dan duduk di samping Guin. Lancelot mengusap kerangka luar dari album foto tersebut.

"Hanya ini yang bisa kubawa saat semua harta benda rumah paman disita." Ucap Lance seraya tersenyum sendu. Guin mengusap lengan Lancelot, berusaha menenangkannya.

"Kalau kau tidak kuat, lebih baik jangan dibuka." Ucap Guin ikut sedih. Lance menggeleng.

"Kau sudah memberiku kepercayaan memimpin kerajaan ini, aku pun harus menceritakan semua kisah hidupku padamu." Ujar Lance. Ia mulai membuka halaman pertama album.

Foto pertama adalah foto raja dan ratu Kerajaan Baroque di singgasana mereka. Di belakangnya, terdapat kain besar berlambangkan kerajaan Baroque. Raja dan ratu tampak tersenyum cerah ke arah kamera.

"Ibumu cantik." Ucap Guin. Lance tersenyum.

"Ya, ibuku memang wanita yang paling cantik. Ayahku juga, dia adalah laki-laki yang gagah dan berani, aku ingin menjadi seperti dirinya kelak." Lance kembali mengusap foto mendiang ayah dan ibunya.

Lembaran demi lembaran mereka perhatikan dengan teliti. Lancelot juga sedikit menceritakan karakter mendiang ayah dan ibunya. Guin ikut menikmati cerita yang Lance tuturkan.

Hingga pada saat hendak membalik halaman terakhir, tangan Lancelot terhenti. Ia langsung mengurungkan niatnya dan menutup album tersebut.

"Ada apa, Lance?" Tanya Guin penasaran.

"Tidak, aku baru ingat kalau kau tadi baru saja pulang dari perjalanan jauh. Sebaiknya kau istirahat, bukan? Aku khawatir kau sakit." Ucap Lance.

"Ah, iya kau benar. Baiklah, aku istirahat dulu, ya. Terima kasih atas cerita yang menarik. Lain kali, ceritakan hal menarik lagi ya." Ucap Guin. Ia bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan.

Saat Guin telah menutup pintu dari luar, tinggal lah Lance seorang diri. Ia kembali membuka halaman terakhir album tersebut.

"Maaf, Guin. Belum waktunya kamu mendengar keseluruhan dari cerita ini. Aku akan menjelaskannya suatu saat nanti, setelah aku berhasil mengurus surat itu."

°°°

Guin berjalan menuju kamarnya dengan senang. Ia merasa bahwa Lance semakin akrab dengannya. Dengan begitu, hatinya semakin yakin bahwa Lance adalah orang yang tepat untuk memegang alih kerajaan Cyrrus. Guin menghela napas seraya mengusap dadanya. Namun, gerakannya terhenti saat ia merasakan bahwa tidak terdapat liontin di kalung yang ia pakai.

"Ah, dimana liontinku?" Batin Guin sedikit panik. Ia bergegas menujh kamarnya dan membuka meja rias miliknya. Ia membuka kotak perhiasan dan menemukan barang yang ia cari. Guin pun kembali bernapas lega.

"Di sini kau rupanya." Gumam Guin seraya tersenyum. Ia menatap kaca dan kembali memasang liontin tersebut di kalungnya. Setelah berhasil terpasang, mata Guin menangkap sesuatu yang familiar. Ia memegang kembali liontinnya dan menatapnya lekat-lekat lewat kaca.

"T-tunggu, ini kan lambang Kerajaan Baroque. K-kenapa bentuknya sama dengan liontinku?"

The New KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang