[08]

69 13 0
                                    

Jeongin tak bisa berhenti menghitung dalam hati. Ini sudah ke-delapan kalinya ia dan ketiga temannya melewati pohon yang sama dalam perjalanan menyusuri hutan ini. Yang itu berarti satu, mereka hanya berputar-putar sedari tadi. Ditambah, tidak ada sinyal disini, GPS takkan berguna, kompas mereka tiba-tiba saja tidak berfungsi.

“Bisa kita istirahat sebentar? Aku lelah sekali.” Hyunjin bersuara dari arah belakang.

“Dan lapar.” Jisung menanggapi. Ia mencebikkan bibir sembari mengusap perutnya. “Lagipula, ide siapa sih repot-repot ke hutan seperti ini? Kenapa tidak naik kereta saja? Atau mobil?”

“Apa kau mau semua orang melihat pertarungan kita bersama monster?” sahut Seungmin.

“Pasti akan keren. Aku bisa jadi pahlawan super terkenal,” celoteh Jisung.

‘Tidak mungkin. Orang-orang pasti akan mengasihani mu nanti karena nyalimu ciut menghadapi monster-monster itu.’ Batu cincin Jisung bersuara.

“Bisa tidak, biarkan aku senang sedikit?” kesal Jisung. “Sudahlah. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu, batu akik. Perutku lapar sekali.”

“Apa kau masih punya makanan?” tanya Jeongin. “Perbekalan kita sudah habis tadi.”

“Kau, kan, bisa menumbuhkan tumbuhan dengan cepat. Gunakan saja kekuatanmu itu,” balas Seungmin.

Jeongin mengedarkan pandangan ke sekitar. “Tapi, disini tidak ada tumbuhan yang bisa dimakan. Kalau ada pun hanya beri kecil dan tidak mengenyangkan.”

Seungmin mengambil kantung dari dalam tas, lantas menunjukkan isinya. Lima butir kentang kecil yang sudah ditumbuhi tunas. Diambilnya satu dan diberikannya pada Jeongin. “Tumbuhkan ini.”

“Wah! Kenapa tidak terpikir olehku untuk membawa benih tanaman saja tadi?” ucap Jeongin.

“Kalau kau gunakan otakmu, pasti akan terpikir.”

Jeongin tersenyum kecut. “Iya. Iya. Lain kali akan kugunakan otakku ini,” ketusnya. Ia kemudian mengarahkan pandang pada dua temannya yang lain. “Akan butuh waktu sedikit lama sampai benih kentang ini siap dipanen. Jadi, sabarlah sedikit, ya?”

“Tenang saja.” Jisung tampak menyeringai. “Aku ada ide untuk mengganjal perut,” ucapnya, ia lalu mengeluarkan gelas berbahan logam dari dalam ransel dan mengisinya dengan air. “Panaskan ini.” Lelaki itu memberikan mug tersebut pada Hyunjin.

Hyunjin tampak menerima gelas tersebut dengan mengerutkan kening. Tak paham. “Untuk apa?” tanyanya.

“Merebus ini.” Jisung tersenyum sambil memamerkan empat butir telur yang ada dalam genggamannya. “Untuk makan malam kita.”

“Darimana kau mendapatkan telur-telur ini?” tanya Hyunjin.

“Aku menemukan sarang ayam hutan tadi. Jadi ya sudah, kuambil saja. Sekarang berguna kan? Untuk mengganjal perut.”

Seungmin memutar kedua bola mata. “Ya, tapi kan-”

“Sstt....” Jisung menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, memberi isyarat agar diam. “Sudahlah, diam saja. Nanti pasti kubagi kok.”  Ia lalu memasukkan dua butir telur  pada gelas yang dipegang Hyunjin. “Ayo panaskan airnya.”

Hyunjin berkonsentrasi mengeluarkan energi panas dari telapak tangannya.

“Kenapa pula kau menuruti orang ini.” Kkami berkomentar.

Seungmin melirik anjing yang kini tampak meregangkan otot. “Sudahlah, biarkan saja mereka.”

Air dalam mug yang tengah digenggam Hyunjin sudah mendidih. Yang itu berarti,

JAGADDHITA || Stray Kids Fantasy FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang