Tempat ini keren. Serius. Seumur-umur, Jisung belum pernah melihat pulau melayang seperti ini, kecuali kota Sokovia yang terbang di film Avengers Age of Ultron. Film itu keren sekali, aku menontonnya bersama pacar temanku saat kami kelas dua SMA. Kisah yang lucu, tapi sebaiknya tak perlu dibahas.
Jisung terus berdecak sembari mendongak menatap gugusan pulau terapung itu. pulau yang berjumlah puluhan itu melayang mengelilingi sebuah pulau yang berukuran lima kali lebih besar dari pulau-pulai di sekitarnya. Kuduga pulau itu merupakan jantung dari Negeri Antari, Negeri yang Minho, si manusia bersayap, sebut-sebut sebagai negeri atas awan. Masing-masing pulau dihubungkan dengan jembatan gantung yang terbuat dari baja murni. Para arsitek yang membangun jembatan-jembatan itu pasti sangat ahli. Konstruksi jembatan yang panjangnya bermil-mil itu tampak masih sangat kokoh, meski terlihat tua. Ya, walaupun Jisung masih tak mengerti, untuk apa orang-orang bersayap ini memerlukan jembatan? Mereka kan bisa terbang.
Oh iya, ngomong-ngomong soal tiga lelaki yang menolong mereka tadi, mereka adalah bagian dari penjaga pusaka Jagaddhita. Ya! Mereka juga memiliki batu sakti, diserang monster, dan tiba-tiba memiliki kekuatan super. Hanya saja, bedanya mereka telah berkumpul lebih lama dan sudah lebih terlatih. Seungmin sudah menjelaskan sedikit dan ketiga lelaki tiu juga sudah memperkenalkan diri.
Chris dari klan pemburu, dengan kemampuan berkomunikasi dengan binatang dan mengubah bentuk menjadi binatang—sesuai apapun yang diinginkannya.
Ada Changbin dengan kekuatan bayangan. Ia bisa mengendalikan bayangan, membentuknya sesuai keinginan. Oh! Satu lagi. Ia bisa melihat dalam gelap, jadi takkan ada kejadian tersandung atau apalah itu saat tidak ada penerangan sama sekali.
Dan yang ketiga, Minho. Si manusia bersayap. Sayapnya sendiri sebetulnya sudah sangat keren. Putih cemerlang dan kokoh. Hanya saja sayap itu permanen, tak bisa dihilangkan lalu dimunculkan kembali—atau mungkin Minho belum bisa melakukan itu. ia memiliki kekuatan angin, badai, petir, segala hal yang berhubungan dengan langit. Kerajaan atas awan yang akan ketujuh pemuda itu datangi adalah kerajaannya.
“Lalu bagaimana cara kita kesana?” tanya Jeongin.
Pertanyaan bagus. Itu juga sekaligus menjawab pertanyaan dalam kepala Jisung tadi, untuk apa jembatan-jembatan itu dibangun. Dugaan sementaranya ialah untuk memberikan fasilitas bagi para pelancong yang tak bisa terbang seperti kami, agar bisa jalan-jalan keliling. Kalau saja negeri ini dijadikan objek pariwisata, untungnya pasti sangat besar.
Minho melirik ke arah Jeongin sejenak, kemudian membunyikan semacam terompet kecil yang dikalungkannya. “Sebentar lagi kendaraan kalian datang.”
Jisung mengerutkan kening. “Kendaraan apa yang kau maksud? Apa kita akan menaiki permadani terbang?” tanyanya. Permadani terbang itu tak buruk kan? Baiklah, ia tahu ini sudah tak jaman. Tapi gara-gara demam film Aladdin beberapa waktu lalu, lagu A Whole New World masih saja terngiang-ngiang di telinga. Dan Jisung bahkan memasukkan ‘naik permadani terbang’ dalam daftar-yang-harus-dilakukan-saat-berkencan.
Minho tampak tersenyum singkat. “Bahkan lebih baik dari itu,” jawabnya.
Dan tak lama setelah Minho mengucapkan lima kata itu, empat ekor pegasus terbang mendatangi mereka.Ya! Pegasus, kuda bersayap dalam mitologi Yunani. Jisung tak tahu bagaimana caranya kuda-kuda itu kesini. Apa pemimpin negeri ini mengimpornya langsung dari Istana Olympus milik Zeus atau kuda-kuda ini menjadi Tenaga Kerja Asing disini. Apa pun itu, Jisung tak sabar menungganginya. Pasti akan seru.
Jisung terpanah. Dari kejauhan, pegasus-pegasus itu terbang keren sekali, apalagi yang berwarna coklat dengan tanda putih berbentuk wajik di keningnya itu. Jisung bahkan sudah menandainya untuk menjadi tunggangan. Dan saat kuda-kuda itu datang, aku langsung menghampiri pegasus coklat idaman hati itu. Namun saat ia mengusap kepala kuda bersayap itu, si kuda justru meringkik dan menyeruduk Jisung hingga terjungkal.