“Belum tidur?”Minho terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Aku tak bisa tidur,” jujurnya. Sebetulnya ia mengantuk tadi, tapi ketika mimpi aneh tiba-tiba datang begitu ia menutup mata, membuatnya langsung terjaga kembali. Masalahnya, mimpi Minho bukan hanya aneh, tapi juga mengerikan.
Di mimpinya tadi, ia melihat sepasukan tentara mati terbakar oleh sesuatu yang menyemburkan api dari langit. Entah benda atau makhluk apa itu. Minho juga memimpikan dua kejadian lain. Satu pasukan lagi mati membeku karena semburan es, sementara yang lain terhempas badai tornado. Dan anehnya, semua itu terjadi di tempat yang sama.
Entah apa arti mimpi itu.
“Duduklah.” Felix menggeser tempat duduknya guna memberi ruang pada Minho. “Wajahmu terlihat bingung.”
“Apa kau baik-baik saja?” sahut Hyunjin.
Minho tampak menghela napas, kemudian mengambil duduk di antara kedua orang itu. Felix dan Hyunjin tidak tidur, atau lebih tepatnya belum tidur. Mereka kedapatan giliran berjaga kalau-kalau ada yang menyerang atau terjadi situasi yang tak terduga di hutan ini. Sementara, yang lain tidur.
“Aku baik-baik saja, hanya sering berminpi aneh akhir-akhir ini,” ucap Minho.
“Apa mungkin itu visimu?” terka Hyunjin. “ Diantara kita berdelapan, Seungmin yang paling tahu seala hal, kan? Visi yang dilihat Seungmin kebanyakan berasal dari mimpinya, atau sekelebat bayangan ketika dia melamun. Tapi, anak itu memang sering melamun sih. Ya, begitulah. Intinya, karena ini adalah wilayah pusakamu, jadi kekuatanmu yang paling bekerja disini. Sementara yang lain tidak.”
“Tidak semua,” sanggah Felix.
“Tapi hampir semua.” Hyunjin mengarahkan pandangan pada tulang dan kepala ikan sisa makan malam mereka. “Cumi bakar pasti enak sekali. Sayang, Jisung tak bisa mendapatkannya. Kekuatannya hampir tak bekerja setelah kita masuk hutan ini. Ikan ini saja harus kita tangkap dengan susah payah.”
“Rasanya jadi lebih enak, bukan, karena ada keringat perjuanganmu di sana?” goda Felix.
“Hei. Keringatku tidak lebih asin dari air laut.” Hyunjin mencebikkan bibir. Lagipula bukan hanya Jisung yang kesusahan dengan kekuatannya. Jeongin juga tak bisa menumbuhkan tanaman apapun padahal tanah hutan itu subur, Chris tak bisa bicara dengan binatang yang ada disini, kekuatan Seungmin dan Changbin juga tidak bekerja.”
“Tapi kekuatanmu bisa.” Felix melemparkan ranting kecil ke api unggun yang ada di depannya. “Api unggun ini contohnya.”
“Syukurlah,” ucap Hyunjin. “Kalau tidak, kita pasti harus repo-repot menggesek batu dulu untuk membuat api.”
Felix menengadahkan tangan kanannya. Dari sana, muncul pusaran salju kecil. “Aku juga masih bisa menciptakan es disini.”
“Tidakkah menurut kalian ini aneh?” tanya Minho. “Maksudku, kalau memang benar hanya kekuatanku yang berfungsi karena ini wilayah pusaka leluhurku, harusnya kekuatan kalian juga tidak bekerja. Tapi anehnya, kekuatan kalian masih bisa digunakan.”
Hyunjin tampak berpikir. “Oh, atau jangan-jangan pusaka milikku dan Felix juga ada disni?”
“Jangan ngawur,” balas Minho.
“Ya, mungkin saja—”
Perkataan Hyunjin terhenti ketika terdapat siluet benda besar—seperti sayap raksasa—terbang melintasi mereka. Hyunjin tak yakin makhluk apa itu, tapi bentuknya mirip seperti ...
“Apa yang lewat barusan itu seekor naga?” tanya Minho. Ia menoleh pada dua orang di sebelahnya. “Apa itu salah satu naga milik kalian?”
Felix dan Hyunjin kompak menggeleng.