Hyunjin punya cerita lucu. Ia pernah hampir bergabung dalam sekte sesat saat di sekolah menengah dulu.
Sumpah, ia tadinya sama sekali tak menyadari hal itu. Hyunjin bersama beberapa teman tadinya hanya ingin melakukan kegiatan sosial untuk tugas sekolah, bergabung dalam kelompok masyarakat dan mempelajari budaya dan kebiasaan mereka. Dan karena ada yang menawari mereka bergabung dalam klub keagamaan, jadi ya sudah. Awalnya semua berjalan normal, sampai ketika malam tiba dan mereka diminta berkumpuk di lapangan terbuka, Hyunjin merasakan banyak keanehan.
Semacam ... banyak roh berdatangan—karena ia memang memliki kemampuan benda tak kasat mata—dan suasana jadi mencekam dalam waktu singkat.
Oh! Ada satu sosok lagi yang datang. Wujudnya seperti monster bertubuh manusia berkepala domba dengan bulu hitam.
Sosok yang Hyunjin lihat saat hampir terjebak dalam sekte sesat dulu, sama persis dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Paling tidak, dari belakang mereka mirip. Hyunjin belum melihat wajahnya karena sosok itu sedari tadi masih memunggunginya.
Oke, apa saat ini Hyunjin sedang berhadapan dengan raja neraka? Penguasa kegelapan? Bisa jadi, bukan?
Lalu, apa yang harus Hyunjin lakukan sekarang? Membungkuk dan mengucap salam? Mencium tangannya? Menanyakan kabar? Atau apa? Ia tak tahu apa ynag harus dilakukannya sekarang, agar persilangan manusia dan domba itu tidak marah ‘rumah’nya didatangi tanpa ijin.
“Akhirnya kau datang juga.” Sosok itu bersuara. “Aku sudah lama menunggumu.”
“Siapa? Aku?” Hyunjin menggumam sambil menunjuk dirinya sendiri. Keningnya mengernyit bingung. “Dia menungguku? Serius?”
Hyunjin meneguk saliva dengan susah payah. Gawat. Kalau yang memanggil begitu adalah orang penting atau selebriti, Hyunjin pasti akan memamerkan itu dengan bangga pada teman-temannya. Tapi kalau raja neraka yang menunggunya? Kembali dari sini dalam keadaan hidup-hidup sepertinya akan mustahil.
“A-aku sungguh tak ingin macam-macam disini.” Hyunjin sedikit terbata. “Hanya ingin mengembalikan sesuatu yang berasal dari sini.”
Terdengar sosok itu terkekeh. “Asalmu juga dari sini, nak.”
Sepasang alis Hyunjin tertaut. Darisini? Maksudnya? Hyunjin berasal dari neraka?
Sosok itu kini berbalik, wujudnya berubah. Bukan lagi manusia setengah domba, tapi sudah menjelma jadi manusia seutuhnya. Seorang pria bertubuh atletis berwajah tampan dan berkharisma. Dan bisa-bisanya, WAJAH PRIA ITU MIRIP DENGANNYA?!
Bukan mirip seratus persen seperti saudara kembar. Tentu usia mereka terpaut jauh. Mirip yang dimaksud Hyunjin disini adalah Hyunjin merasa akan terlihat mirip seperti itu saat usianya mencapai setengah abad nanti.
“Apa kau sudah melupakan ayahmu ini?” ucap pria itu.
“Ayah?” kaget Hyunjin. Ia menggeleng. “Tidak. Tidak. Ayahku sudah tiada dari sejak aku belum lahir. Jangan mengada-ada.”
“Ibumu berbohong.”
“Tidak. Ibu tidak berbohong,” debat Hyunjin. Tak terima ada yang mengatai ibunya. “Kau yang mengada-ada.”
“Aku ayahmu dan aku tidak mati,” balas pria itu. “Lagipula, aku ini penguasa dunia bawah tempat orang-orang mati, mana mungkin penguasa kematian mati?”
‘Bisa tidak, kalian tidak berdebat?’ Kkami yang ini berwujud naga api menengahi pembicaraan. ‘Sakit telingaku mendengarnya.’
“Tidak. Kau diam dulu.” Hyunjin menuding ke arah naga api itu. “Ini urusanku dengan persilangan domba ini.”