Sementara di tempat lain.
Angin pantai yang hangat nan menyenangkan menerpa lembut kulit wajah, sebagai sambutan ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota kecil yang terletak di sepanjang pesisir pantai ini. Jisung berkendara dengan mobil jeep yang barusan ia sewa menuju pantai terdekat, menemui pujaan hati.
Ya. Pujaan hati.
Jisung menghentikan mobil, kemudian bersiul sambil menggerakkan wajah ke sisi kiri, ke arah pantai dengan ombak ganasnya yang saling bersautan. "Cantik sekali."
Hari sudah sore, badai akan datang, dan ... Jisung sangat ingin berselancar.
Gila? Oh, kasar sekali mengatainya gila. Jisung lebih suka disebut 'berambisi'. Ambisi terbesarnya ialah menaklukkan ombak, setidaknya untuk saat ini. Jisung menggemari selancar lebih dari apapun. Alasannya, karena ia merasa bebas, lepas, dan keren pastinya. Dan yang paling penting, ombak liar sangat menantang, membuat lelaki itu sangat bersemangat untuk menaklukkannya.
Ia merasakan adrenalinnya terpacu dua kali lipat saat bermanuver di atas ombak.
Baiklah, kalian juga boleh menyebutnya penggila adrenalin.
Jisung bergegas mengambil papan selancar kesayangannya dan berlari ke laut, memburu ombak.
Baru beberapa meter, sebuah ombak cukup besar menerpa, membuat baju lelaki berambut sedikit ikal itu basah kuyup. Segar sekali. Jisung merasakan hasrat tak terbendung untuk menaklukkannya. Tanpa perlu berlama-lama, tepat setelah ombak itu mencapai tepian dan muka air kembali tenang, ia langsung naik ke atas papan selancar dan menantikan ombak ganas lain yang akan datang. Ia mengayuh papan selancarnya sedikit ke tengah, mencondongkan berat badan dengan menumpukannya ke arah gelombang, dan saat gelombang itu datang,
BOOM!!
Apa? Kalian pikir ia akan terhantam ombak dan jatuh gelagapan seperti kucing yang tercebur kolam? Ah, yang benar saja. Jangan panggil ia Han Jisung jika berselancar di atas ombak seperti itu saja tak bisa. Jisung tidak sombong, tapi memang begitulah kenyataannya.
Ia bermanuver di atas papan selancar, berkelok ke kiri-kanan mengendarai ombak. Ia merentangkan tangan ke depan dan belakang guna menjaga keseimbangan. Tak lupa juga menjaga lutut tertekuk sedikit guna menurunkan pusat gravitasi. Ombak bergelung dengan cepat, hampir secepat motor bergigi empat yang digas penuh. Adrenalin Jisung membuncah, rasanya puas dan menyenangkan sekali. Ia semakin berhasrat melakukannya lagi dan lagi.
Ombak ganas yang Jisung kendarai kini telah mereda, membawanya kembali ke bibir pantai. Ia pun berbalik dan kembali mengayuh papan selancar ke tengah, sembari menantikan gelombang. Terlihat ada gelombang lain yang ukurannya dua kali lebih besar dari gelombang yang tadi, ombak yang ditimbulkan pasti besar dan cantik sekali. Jisung tak sabar menunggu, ia pun semakin mempercepat kayuhan menuju gelombang itu.
Ketika gelombang itu bergerak dan pecah tepat di depannya, Jisung langsung mengambil ancang-ancang dan berdiri. Seru sekali. Namun sialnya, ia hanya mampu bertahan di atas papan selancar dalam waktu tak kurang dari lima puluh detik. Dan setelahnya, pijakan lelaki itu oleng dan ia tercebur ke laut.
Jisung langsung berenang ke permukaan setelahnya. Namun karena gelombang besar, sulit untuk mencapai permukaan. Ditambah, ia merasakan ada sesuatu yang menarik kakinya ke bawah. Ia pun berenang lebih dalam, guna memeriksa benda apa yang menjerat itu. Rupanya ada ganggang laut yang membelit, pantas saja.
Jisung melepaskan ganggang yang membelit kakinya itu, namun belitannya kencang sekali dan akan memerlukan waktu lama untuk memburainya.
Lilitan ganggang itu terburai, dan tanpa berlama-lama, ia pun bergegas berenang ke permukaan. Tampak papan selancarnya mengambang tak jauh dari lelaki itu, ia pun berenang ke arahnya dan menggunakannya sebagai pelampung.