[16]

52 9 0
                                    

"Aku benci padamu." Hyunjin menyusut hidungnya yang berair, kemudian mengusap bekas air mata di pipinya. "Air mataku terbuang percuma."

Sementara, Felix yang masih kebingungan hanya bisa terdiam menatap kosong jasad lelaki di depannya. Ia lantas menoleh pada Minho. "Kalau ini betulan dirimu dan kau masih hidup, lalu jasad ini siapa? Kenapa wajah dan perawakannya sama persis denganmu?" tanyanya. "Dan ... baju yang laki-laki pakai juga sama persis seperti bajumu sebelum kita terlempar ke sini. Malahan, kau kini malah memakai baju kerajaan kuno."

"Kalian berdua juga memakai baju kerajaan," balas Minho sembari menunjuk pakaian yang dikenakan Hyunjin dan Felix. Pakaian kedua lelaki itu sama sepertinya, hanya saja milik Hyunjin berwarna merah tua dan pakaian Felix berwarna biru.

"Tunggu sebentar." Hyunjin buru-buru mengecek. "ASTAGA BENAR JUGA! Kenapa aku baru sadar?"

"Aku semakin bingung," jujur Felix.

Minho mendekati 'jasad dirinya' dan meraih tangan kanan jasad itu. Helaan napas terdengar darinya. Ia tak mengerti harus bagaimana merespon ini. Rasanya seperti ... melihat kematiannya sendiri.

"Apa menurutmu, tidak sebaiknya kita kubur saja dia? Atau tutupi dengan sesuatu?" tanya Felix. "Aku tidak tega melihatnya."

Kening Minho berkerut merasakan sesuatu yang digenggam jasad itu. Matanya membulat ketika mndapati batu sakti miliknya masih ada di sini.  

Minho ingat betul ia sudah meletakkan batu ini di kening sang naga. "Kenapa batu ini masih ada disini?" bingungnya. 

"Aku juga tak mengerti," balas Hyunjin. Ia mulai terlihat panik. "Tak ada satu pun dari semua ini yang aku mengerti! Dan, kenapa disini ada banyak sekali roh prajurit berlalu lalang? Mereka—"

"Teman-teman," sela Felix. Ia menujuk ke suatu arah. Tak jauh dari mereka ada dua jasad lagi yang sama persis seperti Hyunjin dan dirinya.

Ketiga jasad itu kini sayup-sayup bersinar dan perlahan terbuyarkan menjadi partikel kecil, sebelum sepenuhnya lesap dari pandangan.

"Apa yang barusan kulihat?" 

"Apa ketiga jasad itu—"

"Lenyap begitu saja?"

"Yang terjadi barusan benar-benar membingungkan, tapi bisakah kita tidak membahas itu dulu?" ucap Minho. "Lihat di sana." Ia menunjuk ke arah matahari terbit. Di sana ada puluhan prajurit yang tewas bersimbah darah.

"Pantas saja aku melihat banyak sekali roh prajurit bergentayangan disini," gumam Hyunjin. "Rupanya—" Perkataannya terhenti ketika sesosok roh prajurit bergerak mendekatinya.

Hyunjin sudah bersiap, kalau-kalau roh ini ingin menyerangnya. Namun alih-alih menyerang, roh ini malah bersimpuh di hadapannya.

"Serius?" tanya Hyunjin sambil mengerutkan kening.

"Ada apa? Kau melihat apa?" tanya Minho.

"Apa roh-roh prajurit yang kau bilang tadi melakukan sesuatu?" sahut Felix.

Diantara mereka bertiga, hanya Hyunjin yang memiliki kemampuan melihat roh dan makhluk tak kasat mata lainnya. Jadi wajar saja kalau Minho dan Felix kebingungan sekarang.

Hyunjin mengangguk. "Salah satu dari mereka bersimpuh di hadapan ku." 

"Sungguh?"

"Sekarang, roh itu malah pergi." Hyunjin menoleh pada dua temannya. "Haruskah kita mengikutinya? Gelagatnya seperti ingin menunjukkan sesuatu."

"Kita tak mungkin selamanya diam disini, kan?" balas Minho. "Jadi lebih baik mengikutinya. Mungkin saja roh itu ingin menunjukkan sesuatu."

"Yang bisa kita jadikan petunjuk." Felix menimpali.

JAGADDHITA || Stray Kids Fantasy FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang