[18]

54 7 0
                                    

Mata Hyunjin terfokuskan pada pendar merah yang hanya bisa ia lihat ini. Pendar ini lebih terlihat seperti kunang-kunang baginya, tapi kunang-kunang tak mungkin terbang dalam keadaan terbakar, kan? Entah apa itu, yang jelas percikan-percikan api terlihat mencuat darinya di mata Hyunjin.

Satu jam lebih Hyunjin, Minho, dan Felix terbang menunggangi naga dengan mengandalkan kunang-kunang api ini sebagai penunjuk jalan.

“Kau membawa kami kemana?” tanya Felix. “Apa tempatnya masih jauh? Kita hanya terbang sedari tadi.”

Hyunjin yang naganya berada di posisi paling depan menoleh. “Entahlah. Aku hanya mengikuti kunang-kunang ini.”

Sibuk mengobrol dengan Felix, pendar di hadapan Hyunjin kini menghilang. “Loh, kunang-kunangnya—”

‘Kita sudah sampai,’ naga api milik Hyunjin bersuara. Ia kemudian terbang turun, disusul kedua naga milik Minho dan Felix.

Ketiga naga ini secara teknis bersaudara—berasa dari induk yang sama—jadi mungkin mereka memiliki ikatan batin tersendiri, atau apalah itu menyebutnya. Jadi kalau salah satu naga melakukan sesuatu, yang lain juga biasanya akan langsung mengerti.

“Jangan lupa, sama halnya dengan di daerah milik batu hijau, kalian juga tak boleh lebih menonjol dari si pemilik daerah di sini.” Naga api itu kini kembali merubah wujud menjadi  anjing. Ia berbalik untuk memberitahu Felix dan Minho.

Hyunjin memperhatikan daerah sekitar dan menemukan sebuah lubang yang letaknya lima langkah di depan mereka, cukup besar untuk dimasuki sebuah mobil. Ia menoleh kearah Minho dan Felix yang mengikuti di belakang.

“Biar aku cek dulu.” Minho memunculkan sepasang sayap putih di punggungnya. 

Minho turun ke dasar lubang itu, sepertinya cukup dalam karena setelah masuk, lelaki itu seperti dilahap kegelapan di bawah sana, menghilang. Satu menit kemudian, bunyi berdebum terdengar.

“Minho!” Felix meneriakkan namanya. 

“Tak apa, aku hanya terbentur sedikit. Aku menemukan lubang lainnya di bawah sini. Seperti terowongan.” Suara Minho terdengar bergema dari bawah sana.

“Bagus. Sekarang, bagaimana cara kita turun?” Hyunjin menoleh pada naga apinya—yang kini berganti wujud jadi anjing. “Kkami,” 

Terdengar decihan dari anjing itu. “Baiklah.”

Sesampainya di dasar, Hyunjin dan Felix turun dari naga itu. 

“Aku meraba sekitar dan tak sengaja menemukan ini.” Minho berkata. 

Hyunjin berderap mendekat sembari menjentikkan jari, menyalakan api kecil dari tangannya. 

“Apa ini?”

Yang Minho temukan bukan lubang, hanya sebuah cekungan yang cukup dalam. Tingginya juga melebihi tinggi badan mereka. Setelah diperhatikan lagi, pinggiran cekungan ini diukir.

“Apa mungkin ini pintu masuknya?” Felix menoleh ke bawah sembari bertanya pada Hyunjin.

Belum sempat menjawab, tiba-tiba api di telapak tangan Hyunjin membesar lalu menghilang diserap masuk oleh ukiran-ukiran di pinggir cekungan itu. Sebuah cermin tiba-tiba menutupi cekungan itu.

‘Apa cermin ini ... adalah portal?” 

Minho mengedikkan bahu. “Tidak ada salahnya diperika,” ucapnya. “Ikuti saja instingmu itu.”

Hyunjin menghembuskan napas dari mulut, menatap sekilas bagian ukiran cermin itu kemudian dengan ragu-ragu melangkahkan kaki melewatinya.

~~~

JAGADDHITA || Stray Kids Fantasy FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang