20. Don't give up on me

85 10 0
                                    

*Terdapat adegan yang tidak boleh dibaca oleh anak di bawah umur!, aku harap kalian bijak dalam membaca. Kalo yang belom cukup umur masih mau baca awas yaaa, aku aduin Doyoung.

 Kalo yang belom cukup umur masih mau baca awas yaaa, aku aduin Doyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

((Adegan tipis" aja sihhhh😬))
(gue ga berani nulis yang agak gila)



























Dia menjelaskan semua hal kehadapanku sekarang, aku mendengarkan dengan menahan air mata agar tidak kembali jatuh, juga rasa sesak yang semakin membuat hati ku remuk.

"iya dia lebih dulu tau aku sakit, sebelum kamu" katanya yang saat ini bertumpu kepada dua lututnya, tangannya ngga berhenti mengusap punggung tanganku dari tadi, sementara aku yang duduk di salah satu kursi di kamar Arga hanya bisa memandang wajahnya dengan ekspresi kecewa yang ku rasa.

Benar apa yang di bilang Jeno waktu itu, hampir 5 tahun bersama Arga ngga membuat aku bisa tau semua hal tentang dia, mungkin perhatian juga cinta yang selama ini aku berikan kepadanya ngga membuat rasa percaya dia jatuh sepenuhnya kepadaku.

Mungkin dia ragu, sedangkan aku sudah bersungguh-sungguh.

Aku kembali menangis atas pernyataan yang dia berikan, begitu menyesakkan untuk aku dengar lebih jauh, "kamu selama ini anggap aku sebagai siapa kamu ga?" lirihku bertanya dengan sesak, tangannya bergerak untuk mengusap air mata yang membasahi wajahku sekarang.

"syaa kamu sudah tau jawabannya"

"susah buat kamu jujur soal semuanya ke aku? sementara dengan mudah untuk karin tau semua hal tentang kamu?"

Dia diam menatapku dengan pandangan bersalah, "aku benci sama diri aku sendiri ga, ngga bisa jadi orang yang kamu percaya" ucapku, Arga langsung mendekap tubuhku dengan erat, "kenapa orang lain yang lebih dulu tau dari aku?" aku masih meracau dan mengucapkan segala yang aku pikirkan dari tadi kepadanya, dia masih diam dan pelukannya semakin erat, tangannya ngga berhenti mengusap punggungku berharap memberikan ketenangan.

"apa susahnya kasih tau ke aku kalau kamu sakit? kamu tau betapa sakitnya hati aku saat tau ternyata selama ini kamu sakit parah sementara aku ngga tau apa-apa?"

"aku gak mau kamu khawatir" jawabnya setelah dari tadi diam tidak bersuara.

"tapi kamu buat aku hancur dengan cara kamu yang begini argafian" aku terisak dengan keras sekarang, menumpahkan segala sesak yang aku rasa dari kemarin sejak dia menyatakan yang sebenarnya.

Dia mengangkat wajahku untuk menatapnya, menghapus air mata di pipi lalu mengecup keningku lama.

"kita berhenti sampai sini aja ya?" ucapku yang membuat Argafian langsung menangkup wajahku memaksa agar bibir kami bertemu.

"kamu bikin aku marah sya" katanya setelah melepaskan tautan antara kami berdua, aku terengah karena tindakannya yang tiba-tiba.

"sya aku minta maaf, aku ngga sanggup untuk lihat kamu dengan keadaan begini yang, maaf dari awal aku ngga bisa jujur, tapi soal karin itu semua ngga sengaja, tahun lalu dia ngga sengaja liat aku pingsan di depan pintu apart, dari sana dia baru tau kalo aku sakit, ngga ada niat sedikitpun dari aku untuk beri tahu dia lebih dulu soal penyakit aku sya, maafin aku"

[2] Day After Day|Sungchan ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang