22. Kebenaran yang terungkap

88 8 0
                                    

Arsyakila yang ada di hadapan saya sekarang sama dengan Arsyakila yang saya lihat beberapa tahun yang lalu, Arsya yang hilang arah karena kepergiaan kepala keluarga nya secara tragis dan tepat di hadapan dia.

Saya ingat jelas perkataan Jeno saat pertama kali saya melihat Arsya, dia berada di halaman belakang rumah Jeno dengan mengenggam segelas coklat panas dan menghadap ke arah langit. Jeno bilang, "teh Arsya 4 kali ngelakuin percobaan bunuh diri, dan kemarin malam yang ke 4", "opa di tembak di hadapan dia, setahun yang lalu".

Saat itu saya masih berada di semester akhir SMP, sama seperti Arsya.

Saya bersyukur menjadi salah satu dari banyak orang yang turut membantu Arsya bangkit dari trauma yang dia punya, namun trauma Arsya bisa saja kembali jika saja kejadian yang sama kembali terulang.

Karena itu menjadi satu alasan saya untuk tidak mengatakan kepada Arsya bahwa saya mengidap penyakit dan bisa kapan saja mati meninggalkan dia selamanya, dan membuat Arsya kembali kalut pada Trauma nya dulu.

Saya ingat dengan perkataan bang Tian waktu itu "lo cuman punya dua pilihan, pilihan pertama jujur ke Arsya, kedua, putusin adek gue sekarang!" saya hanya diam tidak membuka suara yang membuat satu pukulan mendarat ke pipi kiri saya karena nya.

Saya paham dia marah, namun pilihan yang dia beri seakan meminta saya untuk mati bunuh diri atau mati karena dibunuh.

Arsyakila adalah gadis yang saya cinta, dia yang menerima saya apa adanya, bahkan saat hampir semua orang yang ada dalam hidupnya meminta dia untuk pergi meninggalkan saya karena keputusan saya yang enggan memilih untuk kuliah, Arsya tetap pada keputusannya untuk tetap bersama saya, tanpa peduli resiko apa yang akan terjadi kepadanya atas keputusan yang dia ambil.

"terserah, kamu cuman ngga kuliah bukan bunuh orang, dan ngga ada satupun alasan aku untuk ninggalin kamu", katanya.

Yang membuat saya kembali jatuh cinta.

Arsya, saya paham dengan apa yang dia rasakan setelah pernyataan yang saya berikan, dia kembali hilang arah, dia kembali berjalan kepada Arsya yang saya temui pertama kali, dia kembali kacau, namun dia tetap bertingkah seolah dia masih baik-baik saja, dia bukan membohongi saya, dia bohong kepada dirinya sendiri.




Tadi malam saya mendapatkan pesan masuk dari Mark yang mengatakan,

Dan benar saat saya membuka tas nya malam ini saya menemukan satu kotak dengan isi yang hampir habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan benar saat saya membuka tas nya malam ini saya menemukan satu kotak dengan isi yang hampir habis.

"maksud lo apa?" saya tanya kepadanya yang sekarang merunduk dan meremat jari jemarinya.

"Arsya gue tanya, maksud lo apa?" namun Arsya masih diam, saya marah, jelas.

Saya menangkup wajahnya dengan kasar untuk memaksa agar dia menatap saya, dia menangis, namun kali ini yang saya lakukan bukan menghapus air mata yang membasahi wajahnya, saya justru menatap matanya dengan tajam karena apa yang dia perbuat sama dengan membunuh dirinya sendiri.

[2] Day After Day|Sungchan ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang