02. Gebetan (?)

43 10 89
                                    

"Apa yang kita suka, belum tentu disukai orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kita suka, belum tentu disukai orang lain."

.

Rupanya semesta sedang tidak bersahabat hari ini, ia memancarkan sinar begitu terik seakan-akan berada lebih dekat dari biasanya hingga UKS terlihat lebih ramai karena banyak siswa yang daya tahan tubuhnya tidak begitu kuat. Selepas upacara selesai, Fasla dan teman-teman lainnya yang terlambat tetap diberi hukuman, ia mendapati perintah membersihkan koridor belakang beserta toiletnya bersama dengan Azmi--siswa kelas sepuluh.

Setelah merampungkan pekerjaannya, Fasla bersemayam di atas kursi panjang yang berada di dekatnya untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang terasa remuk redam. Masih ada sisa sepuluh menit di jam pertama --bahasa Indonesia-- ia akan masuk di jam kedua saja. Ia melirik Azmi ternyata anak itu masih mencuci tangannya.

Fasla teringat sesuatu, tasnya masih berada di Pak Manta, gadis berambut panjang kocoklatan yang terikat rapi menengok ke arah Azmi sekali lagi sambil bangkit dari duduknya. "Azmi, gue duluan, ya." Lawan bicaranya hanya mengangguk mengiyakan. Setelah itu Fasla berjalan menuju gerbang depan, meninggalkan laki-laki itu.

"Pak," panggil Fasla sembari mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan tasnya, biasanya diletakkan di samping meja Pak Manta.

"Kenapa, Neng?" tanya Pak Manta.

Fasla menatap Pak Manta yang tingginya hampir semampai dengannya. "Tas, Fasla mau ambil tas," ucapnya memberi tahu.

"Oh, itu di atas kursi panjang." Telunjuk Pak Manta mengarah ke kursi yang berada di depan ruang tata usaha.

Fasla mengangguk lalu segera mengambilnya dan mengucapkan terima kasih pada pak Manta. Sambil berjalan ia membuka tasnya untuk mengambil sebungkus permen kopi yang biasa dijual 2 biji dengan harga 500 perak, kembalian dari apotek saat ia membeli obat flu kemarin.

[][][]

Bel istirahat telah menggema seantero SMA Buana. Semua siswa tampak berbarengan meninggalkan kelas, bersiap memenuhi kantin, tak terkecuali Fasla dan temannya--Yasna, si gadis berambut panjang dengan warna hitam pekat yang selalu ia gerai.

Mereka duduk di salah satu meja paling pojok, supaya tidak terlalu dekat dengan siswa lain yang berlalu-lalang. Sengaja tidak memesan makanan terlebih dahulu karena masih terlalu ramai, mereka memilih menunggu sedikit lapang, sesekali diisi obrolan singkat keduanya.

"Oi," panggil seseorang seraya menepuk bahu keduanya lantas duduk di sebelah Yasna.

"Loh, kok meja masih kosong? Kalian gak pesen makanan?" tanyanya lagi.

Yasna mengedikan bahunya acuh, sedangkan lelaki itu beralih menatap Fasla heran, pasalnya gadis itu menatapnya tajam dengan mulut terkunci rapat sejak kedatangan dirinya. "Apa, nih? Tatapan lo kayak mau makan gue."

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang