Suara mesin mobil merasuk indera pendengaran Fasla. Ia melirik sekilas jam yang tertera pada ponselnya, masih pukul enam kurang beberapa menit. Gadis dengan rambut terikat rapi dan parasnya yang terpoles sedikit bedak itu meninggalkan kegiatannya memakai dasi. Langkahnya beranjak meninggalkan ruang keluarga menuju teras rumah.
"Tumben banget Ayah udah nyalain mobil, padahal masih pagi."
Fasla membuka pintu utama rumahnya, wajahnya hampir saja bertubrukan dengan Johan yang akan memasuki rumah. Fasla beringsut mundur, memberi sedikit ruang agar Johan dapat melintas masuk.
Fasla baru menyadari di dekat meja ruang tamu terdapat sebuah koper saat Johan mengambilnya.
"Ayah bawa koper? Mau ke mana?"
"Ada urusan," jawabnya sembari berlalu keluar rumah. Fasla turut mengekor di belakangnya.
"Ke mana? Tapi nanti Ayah pulang ke sini lagi 'kan?"
"Semarang, tiga hari."
Fasla mengangguk. "Oh, hati-hati, Yah." Fasla membantu Johan membuka bagasi mobil untuk meletakkan koper itu.
Johan hanya menanggapinya dengan gumaman. Selepas itu, ia mengarah ke kursi kemudi. Perlahan mobil itu bergerak maju, melewati gerbang yang sudah dibuka lebar sebelumnya, sampai akhirnya kendaraan beroda empat itu tak lagi terjangkau oleh pandangan Fasla.
[][][]
Turun dari bus setelah hampir dua minggu tak menaikinya, Fasla sedikit berjalan untuk sampai di sekolah, hanya berjarak beberapa meter saja. Bukan karena bosan menjadi penumpang bus mini yang tiap pagi melintas bak angkutan, melainkan Fasla yang sering tertinggal dan berakhir menumpangi ojek pangkalan.
Suara klakson motor mengejutkan gadis manis itu, ia reflek menepi sebelum menoleh ke belakang dan terlihat Kian tengah tertawa pelan di atas motornya hingga menampilkan sedikit lesung pipinya.
"Kaget, ya? Sorry."
Fasla diam tak menanggapi, memang benar tadi ia terkejut karena lelaki itu.
"Naik, yuk, ke parkiran buat parkir motor, biar ke kelasnya barengan."
Fasla menurut, ia menaiki jok belakang motor pria itu hingga ke parkiran. Fasla turun terlebih dulu dan disusul Kian. Keduanya berjalan beriringan, sesekali membalas sapaan dari adik atau kakak kelas yang berpapasan.
Oh iya, hari ini kan kafe masih tutup, Ayah juga lagi luar kota. Apa hari ini aja ya belajar barengnya?
Fasla mendongak, menatap lelaki yang kiranya dua puluh lima sentimeter lebih tinggi darinya. "Ki, kayaknya hari ini jadi belajar di rumah gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Story
Teen FictionBukankah kebahagiaan adalah milik semua orang? Lantas mengapa masih ada saja orang yang mengharapkan kebahagiaan? Ini bukan tentang siapa yang tak pandai bersyukur, tetapi rasa ingin bahagia layaknya orang lain selalu datang menghampiri. Takdir tak...