10. Demam

11 2 0
                                    

Hampir tengah malam, tetapi Fasla tak kunjung kembali ke rumahnya, ia masih berada di kafe bersama Zayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir tengah malam, tetapi Fasla tak kunjung kembali ke rumahnya, ia masih berada di kafe bersama Zayyan. Duduk di kursi pelataran kafe sembari menunggu Zayyan yang tengah mengunci pintu.

Lelaki itu menghampirinya. "Fa, Kakak antar aja, ya? Udah malem banget, maaf tadi gara-gara bantuin Kakak kamu malah jadi pulang telat," tutur Zayyan setelah mengunci rapat pintu kafe.

Fasla menggeleng. "Nggak papa, Kak, lagian nggak perlu, aku bisa pulang sendiri kok," tolaknya halus.

Zayyan merogoh saku celana yang ia kenakan untuk mencari kunci motor miliknya. Ia duduk di atas kendaraan beroda dua itu, menyalakan mesinnya dan berkata pada Fasla, "Ayo, naik! Nggak perlu alesan ini itu, udah malem."

Fasla sedikit mengerucutkan bibirnya, tetapi tetap mengiyakan perkataan lelaki itu, ia menempati jok belakang motor Zayyan. Tubuhnya terbalut jaket milik lelaki itu, sedangkan pemiliknya mengenakan jaket milik Jurdy yang tak sengaja tertinggal. Transportasi bak kuda besi itu melesat jauh, membelah sebagian jalan Kota Jakarta yang tak terlalu ramai.

"Fa, kamu risih sama sifat Kakak yang mungkin berlebihan nggak?" tanya Zayyan di tengah aktivitasnya mengendari motor.

"Kadang, sih," jawab Fasla diakhiri dengan tawa.

Zayyan sedikit menoleh ke samping, agar Fasla sedikit lebih jelas mendengar suaranya. "Maaf kalo Kakak bikin kamu nggak nyaman."

Asal Kak Zayyan tau, aku sering ngerasa aman kalo di deket Kakak. Jawab Fasla dalam hati.

Fasla menepuk pundak Zayyan, meminta pria itu untuk menghentikan laju motornya. "Udah, Kak, sampe sini aja," pinta Fasla.

Zayyan mengurangi laju motornya hingga berhenti tepat di depan rumah Fasla. "Kan emang udah sampe, Fasla."

Fasla bergerak turun, mengembalikan jaket yang ia kenakan, tak luput berucap terima kasih lalu menatap kepergian Zayyan. Fasla membuka pagar rumahnya, mobil Johan yang terparkir di pekarangan rumah yang pertama kali menarik perhatian Fasla.

"Ayah udah pulang ternyata."

Tangannya kembali bergerak menarik pintu gerbang bercat hitam itu hingga tertutup rapat lantas menguncinya. Fasla beralih membuka pintu rumahnya, berjalan melewati ruang tamu hingga sampai di ruang tengah. Netranya menangkap Johan yang tengah merebahkan raganya di atas sofa masih dengan kemeja dan sepatu yang melekat di tubuhnya.

Fasla memberanikan diri menepuk pelan lengan Johan. "Ayah."

"Ayah, istirahatnya jangan di sini, ya?" ucap Fasla menatap Johan yang enggan membuka matanya.

"Ayah, bangun sebentar, Yah. Istirahat di kamar aja, nanti badan Ayah bisa pegel kalo di sini."

Johan menggeliat, kelopak matanya perlahan terbuka, mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya. Johan mengubah posisinya menjadi duduk, menatap sejenak Fasla yang berada di hadapannya lantas beranjak meninggalkan ruangan itu.

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang