08. Awal Suasana Baru

8 2 0
                                        

Hari ketiga di bulan ramadhan, sekolah kembali beraktivitas seperti biasa setelah diliburkan selama dua hari dalam rangka menyambut bulan suci untuk kaum muslim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketiga di bulan ramadhan, sekolah kembali beraktivitas seperti biasa setelah diliburkan selama dua hari dalam rangka menyambut bulan suci untuk kaum muslim.

Fasla turun dari ojek yang dinaikinya. Mengembalikan helm yang tadi ia kenakan pada tukang ojek itu. Langkahnya terayun memasuki sekolah. Sedikit terburu-buru karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh, bahkan lewat beberapa menit, tapi untung saja gerbang belum sempat terkunci.

Koridor-koridor sedikit sepi, mungkin karena bel pelajaran pertama sudah berbunyi. Fasla tetap berjalan, sesekali berlari kecil agar lebih cepat. Namun, di tikungan koridor kelas sepuluh, Fasla tanpa sengaja menabrak bahu seseorang hingga keduanya jatuh terduduk di lantai. Buru-buru ia bangkit dan mengambil sebuah buku milik gadis yang jatuh karena kecerobohannya.

Fasla mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Setelah orang itu berhasil berdiri, Fasla menyerahkan buku yang tadi terjatuh pada pemiliknya yang tengah membersihkan rok belakangnya yang kotor.

"Sorry, Kak, gue nggak sengaja. Lo nggak papa 'kan?" ucap Fasla meminta maaf. Ia menatap siswi berhijab itu.

"Nggak papa," jawabnya ramah.

"Gue duluan, ya," pamit Fasla meninggalkan orang itu. Ia buru-buru menuju kelas sebelum didahului guru.

Gadis itu tersenyum singkat ketika Fasla berpamitan terlebih dahulu. Ia kembali meneruskan jalannya yang sempat terhambat.

Fasla memelankan langkahnya ketika melihat pintu kelasnya tertutup. Sudah tentu ia akan dihukum karena terlambat memasuki kelas.

Fasla memegang knop pintu, menariknya perlahan ke arah bawah hingga pintu itu terbuka. Dirinya dihadiahi berbagai tatapan dari teman-teman sekelasnya, semua temannya duduk tertib di meja masing-masing. Namun, kelas mendadak rame, padahal tadi sangat hening sebelum ia masuk ke kelas.

"Ternyata elo, Fa. Gue kira Bu Jeini," ucap salah satu temannya.

"Ngagetin aja lo, Fa."

Teman-teman yang lain turut menimpali, ternyata mereka mengira yang datang adalah Bu Jeini, guru yang akan mengajar di jam pertama. Guru yang terkenal dengan kedisiplinannya sampai-sampai tidak mau ada siswa yang terlambat di kelasnya. Tetapi ingin seperti apa pun Bu Jeini, ia adalah wali kelas XI IPA 2.

Fasla tertawa sejenak, masih di posisi awalnya yaitu di dekat pintu. "Kaget, ya? Gue juga kaget kali, gue pikir kelas udah mulai."

[][][]

Sekitar pukul sepuluh, bel istirahat menggema ke seluruh penjuru sekolah. Namun, berbeda dari biasanya, mereka tak berbondong-bondong ke kantin untuk memperebutkan makanan dan jajanan di kantin mbak Sum.

Sama halnya dengan Fasla dan Yasna, mereka tak beranjak dari tempat duduknya sedari tadi. Yasna sebenarnya bosan menatap berbagai penjelasan yang ada pada bukunya, ingin membaca novel tetapi lupa membawanya. Lain hal dengan Fasla yang tampak menikmati waktunya membaca buku, terlebih yang dibaca adalah buku mata pelajaran kimia. Sudahlah, Yasna menyerah jika memperbincangkan perihal belajar dengan Fasla.

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang