12. Makasih, Zha

8 2 0
                                    

"Fasla, 'kan? Boleh aku duduk?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fasla, 'kan? Boleh aku duduk?"

Gadis yang kiranya seumuran dengan Fasla itu meminta izin untuk menempati sisa tempat duduk di sebelah Fasla.

Fasla sedikit mengerutkan dahinya, gadis itu tiba-tiba datang lalu ingin duduk di sebelahnya, bahkan dia mengenali namanya.

"Boleh?" tanya ulang gadis itu menunjuk ruang kosong di sisi kanan Fasla.

Fasla sedikit menggeser duduknya, menyisakan lebih luas lagi untuk gadis itu. "Duduk aja."

Gadis itu memberi seulas senyum hangat sebelum mendudukkan dirinya di sebelah Fasla. Pandangan mereka bertemu, gadis berhijab hitam itu menyeletuk, "Kenal aku?"

Fasla menggeleng. "Siapa?"

Dia mengulurkan tangan kanannya. Perlahan Fasla menyambut uluran gadis sebayanya.

"Azha. Kita pernah sempet ketemu lho," ucapnya memberi tahu.

"Kapan?" tanya Fasla. Ia mulai melepas tautan tangannya dengan gadis bernama Azha itu.

"Di tikungan koridor kelas sepuluh, waktu itu kita nggak sengaja tabrakan. Inget?"

Fasla mengangguk, ia mengingatnya, saat tak sengaja menabrak bahu gadis itu hingga keduanya sama-sama jatuh terduduk di lantai. "Iya gue inget."

Azha mengangguk. Ia menunjuk tempat yang sedang ia duduki, "Beneran nggak papa 'kan aku duduk sini? Pengen ngobrol sedikit sama kamu."

"Nggak masalah."

Azha memperhatikan wajah Fasla, sedikit berantakan dengan rambut yang tak teratur. "Tadi aku nggak sengaja liat kamu duduk sendiri di sini, sempet denger suara tangis juga. Kamu habis nangis?"

"Nggak," kilah Fasla.

Azha tersenyum sejenak, ia menatap wajah Fasla dari samping. "Keluarga kamu ada yang sakit di sini?"

"Ayah," jawabnya singkat.

Sebelah tangan Azha memegang tangan Fasla yang berada di dekatnya, sedikit menggenggamnya, seolah menyalurkan dukungan. "Semoga cepet sembuh, ya, sakit itu nggak enak."

Pandangannya Fasla lurus ke depan, hanya menatap pohon pucuk merah di sana. "Gue kasian liat bokap gue yang harus rebahan buat istirahat, dia jarang banget sakit. Biasanya selalu aktif dan tegas."

Genggaman dari Azha sedikit mengerat, seakan-akan ia ingin menyalurkan lebih banyak dukungan untuk gadis di sebelahnya. "Kamu harus yakin, kalo Ayah kamu bakalan sembuh, Insyaa Allah."

"Iya, gue cuma nggak tega."

Azha menatap pelupuk mata Fasla yang sedikit berair. "Kamu jangan nangis, segala sesuatu pasti ada hikmahnya."

Fasla tertawa tipis mendengar penuturan Azha. "Nggak ada hikmah di setiap keadaan gue."

Azha mengikuti arah pandang Fasla ke depan, kakinya sedikit terayun-ayun. Senyum sepertinya tak pernah luput dari wajahnya. "Ada pasti, mungkin kalo orang tua sakit, kamu bisa punya waktu lebih lama di deketnya karena harus ngerawatnya. Aku selalu mikir gitu kalau orang tuaku sakit. Benar 'kan?"

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang