04. Spring Cafe

19 5 10
                                        

Gedung yang berada di jalan Bogares Raya nomor 05 dengan nuansa musim semi menjadi tempat Fasla turun dari ojek yang dinaikinya dari sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung yang berada di jalan Bogares Raya nomor 05 dengan nuansa musim semi menjadi tempat Fasla turun dari ojek yang dinaikinya dari sekolah. Ia membuka pintu setengah kaca hingga terdengar suara lonceng yang tergantung di belakang pintu tersebut. Selamat datang di Spring Cafe, itulah ucapan yang pertama kali Fasla lihat setelah masuk ke dalam.

"Kak," sapa Fasla pada seorang barista dengan apron hitam khas kafe itu. Lelaki yang sedari tadi sibuk mengutak-atik apa yang ada di depannya menoleh sekilas ke arah Fasla, lalu kembali pada kegiatannya.

"Eh, Fasla. Kemarin gak masuk kafe ke mana?" Lelaki itu kerap disapa Zayyan, salah satu barista di Spring Cafe. Pandangannya saat ini pun terfokus pada Latte yang tengah ia buat.

"Kurang enak badan aja." Fasla tidak berbohong, akhir dari drama berlari ke sekolahnya kemarin ya seperti itu, pegal bukan main, salah satu penyebabnya pun karena Fasla tidak suka olahraga.

Zayyan mengangguk. "Sekarang udah baikan?"

"Udah. Bang Jurdy mana? Gak di kafe?" Yang Fasla tanyakan adalah Jurdy si pengelola kafe ini. Namun, ia tidak melihat ada tanda-tanda kehidupan Jurdy dalam kafe ini.

"Katanya, sih, tugas kuliahnya lagi padat," jawab Zayyan, ia mengetahui sebab Jurdy adalah teman di kampusnya.

"Apa?"

Fasla dan Zayyan kompak menoleh. "Baru juga ditanyain, udah muncul aja," celetuk Fasla ketika Jurdy ada di belakangnya.

"Ya udah, kamu ganti seragam sekarang, ya?" pinta Zayyan. Pasalnya Fasla saat ini masih mengenakan seragam sekolahnya. Sudah menjadi rutinitasnya ketika pulang sekolah langsung berangkat ke kafe, lagipula hanya buang-buang waktu jika Fasla pulang terlebih dahulu.

"Eh, iya. Bentar."

Fasla berjalan cepat ke ruang karyawan untuk mengambil seragam miliknya, lalu beralih ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Jurdy tengah asik dengan laptopnya tanpa memedulikan ocehan Zayyan. Lagipula ia duduk di meja paling dekat dengan tempat Zayyan, pantaslah jika Zayyan lebih mudah mengajaknya berbicara. "Dy, bantuin anter pesenan, gih, sambil nunggu Fasla gitu."

Tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop, Jurdy menjawab, "Tugas gue lagi banyak, Zay."

Lima belas menit berlalu, Fasla kembali dengan seragam waiters yang ia kenakan, wajahnya tampak lebih segar setelah ia basuh tadi.

"Anter ke mana, Bim?" tanya Fasla pada Abim, barista yang usianya tak jauh darinya, hanya terpaut dua tahun.

"Meja nomor 33, Fa," jawab Abim, Fasla segera membawa nampan itu ke arah meja yang disebutkan Abim tadi.

[][][]

Johan menggebrak mejanya, wajahnya tampak menahan amarah. Wanita yang duduk di depan meja itu tampak ketakutan, ia tak berani menatap pria yang tangah kesal itu.

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang