05. Makan Malam

17 4 18
                                    

Jemari Fasla tengah giat menorehkan tinta pada selembar kertas, menjawab satu persatu soal ulangan bahasa Inggris yang diujikan oleh guru saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari Fasla tengah giat menorehkan tinta pada selembar kertas, menjawab satu persatu soal ulangan bahasa Inggris yang diujikan oleh guru saat ini. Di tengah-tengah kesibukannya, Fasla merasakan ponsel dalam saku roknya bergetar. Gadis berbulu mata lentik itu tak mengindahkannya, ia menyelesaikan satu soal yang tersisa.

Rampung dengan kegiatannya, Fasla mengumpulkan lembar jawab itu ke depan, pada seorang lelaki paruh baya yang mengampu mata pelajaran tersebut. Langkah Fasla bergerak keluar dari ruang kelas XI IPA 2, karena memang yang telah menyelesaikan diperbolehkan meninggalkan kelas terlebih dahulu sembari menunggu bel istirahat. Hampir semua penghuni kelas XI IPA 2 masih berkutat dengan soal-soal itu. Hanya Fasla dan dua orang lainnya.

Seraya menanti Yasna yang masih berada dalam ruangan, Fasla menyempatkan membuka ponselnya yang tadi sempat bergetar. Ibu jarinya menekan ikon warna hijau berbentuk telepon. Tertera nama Pandu di tampilan daftar obrolan paling atas dalam aplikasi tersebut, Fasla bergerak membukanya.

          Pandu

|Fasla|
|Ntar malem jangan lupa|

|Lupa paan|

Fasla tidak tahu maksud sepupunya itu, lupa apa? Ia merasa tak pernah membuat janji apa pun dengan lelaki dua puluh lima tahun itu. Apa Fasla yang benar-benar lupa?

|Acara dinner di rumah Om Johan|

Balasan dari Pandu membuat Fasla mengerutkan dahinya. Makan malam?

|Masa?|

|Emang Om Johan ga ngasih tau?|

Ayahnya memberi tahu? Rasanya tidak mungkin, bahkan sekadar menjawab perkataan yang luruh dari mulutnya pun seakan Johan membisu seketika. Mungkin Johan memang tak menginginkan Fasla ada di acara tersebut, sebab itu ia tak diberitahu.

|Ngga|

|Ya udah intinya makan malem kali ini lo harus ikut|

|Ngapain|
|Ga penting juga kan gue di situ?|

|Kok lo gitu si|

|Apa?|
|Gue tuh udah kaya simulasi jadi patung pas kumpul bareng kalian|
|Gak cuma sekali dua kali, dari dulu|
|Omah? Mamah lo? Mana pernah mau baik-baik sama gue|

|Ga ada salahnya kan lo coba malam ini?|
|Buat perbaiki hubungan lo sama mereka|

|Salah|
|Mereka yang ga akan bisa|
|Kalo mereka bisa, gue sih oke-oke aja|

|Lagipula ini acara keluarga|

|Lo ngapain maksa gue banget si|
|Mau permaluin gue di depan mereka kaya waktu itu?|

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang