4. Strategi Penyerangan

874 65 2
                                    

Keadaan markas Alegra cukup ramai, walaupun keadaan markas sebelumnya sudah cukup ramai akan tetapi wakil ketua Alegra pun langsung mengabarkan kepada semua pasukan untuk datang ke markas untuk membahas penyerangan Hells. Geovano selaku ketua dari Alegra pun mengatur strategi yang cukup kuat dan matang. Walaupun Geovano terkesan dingin tak tersentuh, Geovano tidak mau sampai salah satu anggotanya ada yang terjadi hal yang tidak-tidak atau terjadi serangan tiba-tiba yang dilakukan Hells. Makanya Geovano, menyusun strategi ini cukup kuat agar mereka tidak lengah menghadapi pasukan Hells.

"Gue mau nanti pas penyerangan, kalian semua dilarang membawa senjata tajam. Gue mau penyerangan kali ini dilakukan tanpa adanya senjata tajam." Ujar Geovano dingin sambil menatap anggota nya dengan tajam.

"Tapi bos, kalau misalnya si Hells bawa senjata tajam gimana bos? Kita nggak ada pegangan sama sekali." Balas Bagas yang langsung di anggukan oleh semua anggota.

"Nah betul tuh kata si Bagas. Kalau misalnya si Hells nya tiba tiba nyerang kita pake senjata tajam gimana bos?," Timpal Denza.

Geovano hanya menyimak sambil memikirkan perkataan Bagas dan Denza sebelum akhirnya dia bersuara, "Hm. Gue tau masalah itu. Kita bawa senjata buat jaga-jaga kalau misalnya Hells nyerang kita. Tapi nanti pas penyerangan, gue harap kalian nggak ada yang pake senjata tajam." Ucapnya dingin.

Seluruh anggotapun mengangguk mengerti atas perkataan Geovano barusan. Geovano harus mencari cara untuk mengalahkan Hells. Geovano tahu Hells cukup kuat dan licik. Mereka tak segan-segan menyerang lawan yang lengah. Geovano menganggap nya cukup lemah karena menyerang lawan yang tengah lengah.

"Besok kita tempur jam berapa?," Tanya Aidan.

"Gue nggak tau pasti. Soalnya bisa jadi si Hells tiba tiba dateng ke markas kita." Balas Bagas.

"Gue heran sama si Draco. Udaa tau kalah masih aja nggak terima kalau dirinya kalah," Kata Gaza tak habis pikir sama ketua Hells---Draco.

"Inget bro, Draco tuh licik. Dia bisa nyerang kita, kalau kitanya lengah. Jadi kita harus waspada," Ucap Denza.

"Ah iya anjir. Pengecut banget, beraninya lawan yang lemah." Timpal Gaza sambil menggelengkan kepalanya.

"Yaelah, kenapa sih anjir si Draco nggak mau ngakuin kalau dia kalah?," Tanya Mars.

"Iya juga ya anjir. Gue gedek banget anjir ngeliat muka si Draco. Rasanya pengen gue tonjok tuh muka," Ujar Dhika kesal.

"Heh bego! Emang lo doang yang gedek sama tuh bocah?! Gue juga gedek anjir. Belagu banget jadi orang, beh rasanya pengen gue tonjok kalau ngeliat muka songong tuh bocah," Timpal Aidan emosi.

"Udalah, orang kayak gitu emang nggak becus anjir jadi ketua, cari masalah muluu tuh anak sama kita. Mau nya apa kali dih," Tutur Bagas kesal.

"Ck, sekarang kita buat rencana yang matang buat nyerang si Draco. Jangan sampe kita kalah atau bahkan tunduk dari dia," Lerai Geovano dingin yang langsung di anggukkin oleh anggota nya.

"Kalian nggak lupa kan sama kejadian 3 tahun yang lalu?," Tanya Denza tiba tiba yang membuat semuanya terdiam termasuk Geovano yang memikirkan pertanyaan Denza tersebut.

******
"KANIAAAAA, YUHUUU KANIAAAA. LO DIMANA?," Teriak Shelva sambil masuk kedalam rumah Kania.

"Berisik banget sih," Ucap Azzora sambil menutup telinga nya.

"Heheh maap maap Zora gue terlalu excited," Balas Shelva sambil cengengesan

"Anjir rumah Kania gede banget," Gumam Shelva sambil melihat-lihat isi rumah Kania.

"Norak," Kata Azzora yang mendengar gumaman Shelva sambil memutar bola matanya malas.

"Bukan norak anjir. Lo liat tuh sendiri rumahnya gede banget," Balas Shelva.

𝘼𝙇𝙀𝙂𝙍𝘼 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang