Hari semakin gelap, Lolita yang tengah asik bersama kedua sahabatnya di kejutkan dengan kabar Revan jatuh sakit.
Brak
Pintu kamar Revan di buka secara kasar, membuat pemilik kamar terperanjat kaget alhasil Revan yang tengah terbaring pun menggeliat pelan. Lolita menghampiri Revan dengan perasaan bersalah, Lolita duduk di tepi tempat tidur king size milik Revan dan menggenggam tangan kanannya Revan.
"Loli" parau Revan.
"Udah Van, lo istirahat aja dulu" Lolita beralih menatap Dito dan Bara tatapan tajam seolah meminta penjelasan, Dito yang paham itu menghembuskan napas gusar.
"Revan nyariin lo sampai dia kaya orang gila, enggak sengaja kakinya terpeleset jatuh ditangga"
Lolita terkejut matanya membola kenapa bisa hal ini terjadi "kok bisa"
"Revan lari larian pas dia tau lo enggak ada di kamarnya, bahkan dia sampe lupa kalo ada tangga di apartemen nya" sahut Bara.
"Hargai perjuangan Revan, dia sayang banget sama lo" ucap Dito sembari melenggang pergi.
"Lo udah berhasil luluhin hati es dan otak batu, jangan sia sia in" sahut Bara dan melenggang pergi.
Lolita tampak memikir kan perkataan dari sahabat Revan yang ada benarnya. Tiba tiba ia merasakan ada tautan jemari nya semakin kuat Lolita pun menoleh mendapati Revan yang tengah setengah sadar.
"Maaf" lirih Revan, tangannya bergerak memegang pundak Lolita yang di tertutup kain yang terluka itu
"Maaf" Lolita mengalihkan pandangannya, entah mengapa hati berdesir ada rasa kalut di pikirannya, mata itu mampu membuat seorang Lolita luluh.
"Beri aku kesempatan! Aku akan berusaha berubah" Lolita menoleh netranya bertemu dengan netra Revan.
"Aku akan berusaha" seketika air mata Lolita lolos di pipi nya.
"Kamu mau kan bantu aku?" Lolita mengangguk, membuat senyum indah di wajah mereka. Lalu Lolita menghambur ke pelukan Revan yang tengah terbaring itu.
"Aku akan bantu kamu Revan" hati Revan terasa hangat saat Lolita mengubah kosakata nya dengan 'aku kamu'.
"I love you" ucap Revan sembari mengecup puncak kepala Lolita dengan sayang.
"I love you too"
***
Pagi cerah, secercah cahaya menyinari kelopak mata indah seorang gadis, ia menggeliat pelan, dan menoleh sayu sayu matanya terbuka lalu tersenyum lebar.
"Morning boo" ucap Lolita sembari mengelus rahang tegas Revan.
Revan yang masih menggeliat dalam dekapan Lolita samar samar mendengar suara gadis mungil miliknya.
"Hy, sayang bangun" ucap Lolita mengelus tangan kekar Revan yang masih melekat di perut rata Lolita.
"Sebentar lagi sayang"
"Heh, bangun hari ini kita sekolah!"
"Libur dulu boleh"
"Enggak!"
"Say___"
"Enggk sayang, kamu aja"
"Boo" Lolita diam, saat nada bicara Revan seperti menggeram kesal.
"Tapi kan aku__"
"Nanti kita izin!" Putus Revan.
Lolita menghela napas panjang "oke" final Lolita.
"Lepas dulu___ih aku mau mandi" bukannya melepas Revan malah mengerat kan pelukannya.
"Revan...."
"Bentar sayang, kaya gini lebih enak"
"Apaan sih, kok kamu jadi kaya gini sih?"
Revan tak menjawab, ia malah beralih mencium kening gadisnya, membuat sang empu memejam kan mata menikmati setiap kenyamanan yang ada.
"Revan" lirih Lolita
Brak
"ASTAGFIRULLAH" reflek Lolita mendorong tubuh Revan.
"Sshh..." Desah Revan saat tubuhnya di dorong oleh Lolita.
"Geblek lo Lol, cowo lo masih sakit, lo main dorong dorong aja" ucap Mila, seketika mendapatkan tatapan tajam dari Revan, Kay yang melihat itu menghentikan pergerakan sahabatnya agar tidak ada masalah lagi.
"Ciee kemarin bilang Revan Mon.......mmmmhhhhh" Kay langsung mendekap mulut Mila.
Terlihat Bara dan Dito cengar cengir di sudut pintu, "ngapain lo semua" ucap Revan datar pada keempat remaja yang baru saja merusak suasana pagi nya.
"Jenguk Loli lah...masa jenguk Mons...mmmhpphh" lagi lagi Kay harus membekap mulut Mila.
"Dit, bawa gih cewe lo, kalo enggak mau dia jadi santapan singa" mndengar itu Dito langsung menarik Mila menuju ruang tamu.
"Loli, kita berangkat sekolah dulu ya" ucap Kay dan langsung pergi bersama dengan Bara.
Setelah kepergian mereka, Revan kembali menjalankan aksinya.
"Loli" panggilan itu membuat Loli terkesiap, bulu kuduk nya berdiri, ia menatap horor Revan.
"Ada yang enggak beres," gumam Lolita namun masih bisa di dengar Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Psikopat
Teen FictionRevan pria berusia 17 tahun memiliki gangguan psikolog. hasrat nya yang ingin membunuh seseorang menjadikan dirinya seorang psikopat hingga suatu hari dia di pertemukan oleh seorang gadis cantik pintar dan baik Lolita. namun sayang nya cinta revan b...