khawatir

116 11 0
                                    

Hallo readers, selamat hari raya idul adha.

Author mewakili keluarga besar, mohon maaf lahir dan batin.












Sudah tiga hari Lolita belum bertemu dengan Revan, bahkan pria itu tidak menanyakan kabarnya. Lolita semakin khawatir kemana perginya kekasihnya itu.

Sedangkan Kay dan Mila sudah lelah melihat Lolita yang bolak-balik kaya setrika berjalan.

"Gue bingung sama lo, kemarin Lo penge banget jauh-jauh dari Revan, sekarang tuh anak enggak ada Lo malah nyari" sahut Mila.

Kay yang tengah menyeruput susu mendongak menatap Lolita, "Lo liat nih nasib kamar gue gimana!"

Lolita langsung berhenti, ia menatap kamar Kay yang sudah berantakan karna bungkusan cemilan yang ia makan sedari tadi di buang kesembarang tempat.

Lolita menyengir kuda, sembari membersihkan sampah-sampah yang berserakan.

"Mending kita istirahat dulu, gue yakin si Revan bakal kembali lagi" ujar Mila dan Kay mengangguk.

"Kalo Revan enggak kembali?"

Percayalah Lolita sangat merindukan pria itu, ia sangat merindukan kejahilan Revan, dan sekarang kekasihnya malah hilang tanpa kabar.

"Gue yakin dia pasti kembali" ucap Kay.

"Tau apa lo soal dia?"

Kay terkejut dengan nada bicara Lolita yang sedikit sarkas, Mila pun tak kalah terkejutnya.

"Gue-"

"Hubungan lo sama Bara aja belum kelar"

"Loli!" Peringat Mila.

"Apa? Gue bener kan, udah deh Kay Lo enggak tau apa-apa soal gue sama Revan. Lo mudah ngomong kaya gini tapi gue yang ngerasain nya, GUE KAY! GUE"

Mata Kay memanas saat Lolita membentaknya, entahlah ini pertama kalinya Lolita membentaknya, Lolita sendiri juga tidak tau kenapa akhir-akhir ini susah sekali mengontrol emosi. Apa ini ada hubungannya dengan Revan, jika iya? Maka kembalikan Revan sebelum semuanya kacau.

"Gue enggak bermaksud ngom-"

"Enggak bermaksud? Kalian berdua cuma bilang tenang, Revan akan kembali. Tapi apa gue yang kalut disini" ucap Lolita penuh frustrasi.

Mila melihat itu dengan mata berkaca-kaca, ia tidak menyangka pengaruh Revan terhadap Lolita begitu besar, Mila juga tidak tega melihat kedua sahabatnya seperti ini.

"Gue antar Lo pulang" ucap Mila dan Lolita hanya diam.

Jika mereka terus bersama maka keadaan akan semakin rumit, dan berakhir lah mereka bertengkar, Mila tidak ingin jika kedua sahabatnya bertengkar apalagi masalah cowok.

"Lo tenangin diri dulu, gue bentar lagi balik"

Kay mengangguk, dan ditatapnya punggung kedua sahabatnya yang sudah keluar dari kamarnya, seketika ia menangis.

"Gue emang enggak ngerti perasaan lo, gue mungkin tau ngomong, tapi urusan gue sama Bara Lo enggak berhak libatin di masalah lo" Kay mengerang frustrasi. Ia melempar semua barang yang berada di sampingnya, lalu berlari menuju kamar mandi, untuk menyegarkan otaknya yang panas.

"Gue minta maaf Loli" lirih Kay dalam isakan dan guyuran air.

***

Diperjalanan hanya ada keheningan, Mila yang fokus menyetir mobilnya, sedangkan Lolita termenung memikirkan kejadian tadi

"Gue tau lo kepikiran soal Kay kan?" Seru Mila memecah keheningan.

Lolita menatap Mila, setelah itu menatap kedepan, "setelah ini Kay bisa enggak ya maafin gue"

Mila tersenyum, menduga kata-kata ini lah yang akan keluar, memang spesies seperti Lolita sangat sulit untuk didapatkan.

"Menurut lo?"

Lolita langsung menatap Mila yang kini tersenyum menatap kedepan, "Kay pasti marah banget sama gue" lirih Lolita sembari menunduk.

Mila menghela napas panjang, ia memberanikan diri menepuk pundak Lolita dan berkata, "percaya sama gue, Kay enggak mungkin kaygitu, dia pasti maafin lo kok"

Entah kenapa perasaan bersalah kembali menyelimuti Lolita, sungguh Lolita lepas kendali ia tidak berniat untuk berbicara kasar terhadap Kay yang notabennya sahabat nya sendiri.

"Udah jangan dipikirin, semua nya akan baik-baik aja kok lo enggak usah khawatir"

"Gimana gue enggak khawatir, pertama Revan menghilang, sekarang gue bentak Kay. Gue semakin kacau Mil, gue ngerasa jadi manusia paling bodoh di-"

"Lo enggak berhak ngomong gitu" Mila langsung memberhentikan mobilnya didepan rumah Lolita, ia langsung menatap sahabatnya itu dan berkata.

"Lo enggak bodoh Lol, Lo cuma frustrasi karna Revan yang enggak ada kabar. Gue akuin lo khawatir, banyak pikiran, tapi lo enggak boleh ngatain diri lo sendiri, lo sendiri pernah bilang sama gue. Hidup itu enggak pernah lepas dari masalah, dan kenapa sekarang saat masalah itu masuk kehidupan lo. Lo malah ngatain diri lo sendiri. Kemana Lolita yang gue kenal, Lolita yang selalu Berdiri saat dia terjatuh, Lolita yang tak pernah takut saat dia tau kematian sudah berada di ujung tanduk. Kemana Lolita sahabat Mila dan Kay"

Lolita terdiam seribu bahasa, ia jadi merasa paling bodoh dengan melakukan hal seperti ini. Benar yang di katakan Mila Lolita harus bangkit, Lolita tidak boleh terus-terusan mikirin hal yang sudah ninggalin Lolita.

Lolita menghapus air matanya dengan kasar, lalu ia menatap Mila sembari memperlihatkan senyum manisnya.

"Makasih Mila, kalian berdua adalah sahabat gue yang terbaik, gue seharusnya enggak kaya gini seharusnya gue sadar, gue enggak boleh terus-terusan kalut kaya gini"

Mila tersenyum, "good masuk gih, udah malam"

Lolita mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

"Lolita"

"Iya?"

"Lo enggak mewek habis ini, lo harus kembali kaya dulu"

Lolita hanya tersenyum, dan melambaikan tangannya, Mila pun langsung melesat pergi.

"Apa gue bisa" lirih Lolita dan gadis itu melangkah masuk ke rumahnya.

Cinta PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang