Chapter-5

3.8K 760 3
                                    

Malam harinya, setelah sehari yang panjang dengan berbagai kegiatan, anggota kelompok KKN berkumpul di ruang tamu untuk beristirahat. Mereka duduk melingkar, bercerita dan berbagi pengalaman hari itu.

Nirei, yang dikenal sebagai anggota yang ceria, tiba-tiba memberitahu teman-temannya dengan penuh semangat. "Kalian tahu tidak, tadi siang Pak Togame mengajak kita ke pantai besok!"

Teman-temannya, termasuk Sakura terkejut mendengar kabar tersebut. "Serius? Pantai? Itu pasti akan menyenangkan," kata Kotoha dengan senyum.

Hiragi, sebagai ketua kelompok, menambahkan dengan antusias, "Ini kesempatan bagus untuk bersantai sejenak setelah kerja keras kita. Terima kasih, Pak Togame!"

Sakura diam dalam lingkaran yang terbentuk di ruang tamu, membiarkan kabar tentang perjalanan ke pantai mengalir tanpa menambahkan komentar. Ekspresinya mencerminkan campuran antara kegembiraan dan sedikit kekhawatiran, seperti berpikir tentang persiapan apa yang diperlukan atau mungkin memikirkan hal-hal lain yang ada dalam pikirannya.

Teman-temannya yang biasanya aktif dan penuh tanya, mulai merasa penasaran dengan reaksi Sakura yang lebih diam dari biasanya. Nirei, yang tidak tahan dengan keheningan, akhirnya memutuskan untuk menanyakan langsung.

"Sakura, kamu kelihatan agak cemas. Apa yang kamu pikirkan tentang perjalanan ke pantai besok?" tanyanya dengan ramah.
Sakura tersadar dari lamunannya dan tersenyum tipis. "Oh, bukan apa-apa. Aku hanya berpikir tentang apa yang perlu dipersiapkan untuk besok. Ini pertama kalinya kita akan pergi ke pantai bersama-sama."

Hiragi mengangguk mengerti. "Iya, memang perlu mempersiapkan beberapa hal. Tapi jangan terlalu khawatir, kita pasti akan menyenangkan."

Sakura masih terdiam. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu membuat gerombolan itu menoleh termasuk Sakura. Seorang pemuda cantik yang membawa rantang makanan dan beberapa bungkus makanan ringan.
"E-eh bukankah kamu adik kedua dari pak Togame ya?" tanya Nirei lalu diangguki anak itu.

"Ibu memberi makanan ini untuk kalian. Dia bilang sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras kalian." meskipun kalimatnya terdengar panjang, ia mengatakan tersebut dengan menunduk malu-malu. Nirei menerimanya dengan antusias. Mereka sangat berterimakasih lalu pemuda cantik itu pergi.

"Kamu sepertinya sudah kenal keluarga kepala desa ya?" tanya Suo sambil membantu Nirei membuka bungkusan. "Tidak juga. Aku hanya tahu bahwa kepala desa adalah anak sulung dan memiliki dua adik laki-laki,"
"Yang datang tadi namanya Sako, sedangkan yang bungsu namanya Choji.'' lanjutnya. Mendengar nama bocah itu, Sakura langsung kesal.

"Choji sangat manis. Dia tadi datang ke posko sebentar untuk mengukur tingginya. Hahaha, dia anak yang baik." Kotoha menceritakan kejadian tadi dengan yakin dan diangguki yang lain. Sakura mengernyitkan keningnya tak paham dengan teman-temannya. Jelas-jelas bocah itu sangat nakal dan menjengkelkan. "Apaan, dia bocah nakal, manis dari mana?"

Teman-temannya berhenti tertawa lalu menatap Sakura bingung. "Kalian tahu, aku diganggu bocah nakal itu tahu. Kalian bilang dia manis, mungkin ada yang salah dengan kalian." jawab Sakura kembali mengundang tawa temannya. "Hahahah anak itu baik Sakura. Bahkan dia membantu kami menghibur bayi agar mereka tidak menangis. Mungkin anak itu jahil hanya padamu Sakura."

Pipi Sakura memerah dan langsung memakan sate dengan lahap. Teman-temannya tertawa lagi melihat tingkah Sakura yang lucu.

***

Disinilah Sakura, duduk di tepi pantai yang dulu pernah ia patenkan bersama Togame. Ia menatap lurus ke depan dimana hamparan pasir putih dan deburan ombak mengalun indah diterpa angin sore. Awalnya teman-temannya ingin berangkat ke pantai pagi tadi, namun karena ada sedikit masalah, jadilah mereka pergi saat sore hari. Lagipula, besok tidak ada kegiatan, jadi mereka bisa beristirahat penuh untuk menjalankan kegiatan KKN berikutnya.

Sakura hanya melihat teman-temannya yang asyik bermain pasir dari kejauhan. Dia hanya ingin sendiri dengan alasan ingin berteduh. Ia malah keasyikan menikmati terpaan angin sore yang begitu hangat menyapu kulit putihnya. Tak menyadari seseorang sudah duduk di sebelahnya.

"Dek..." Sakura menoleh mendapati Togame yang sudah duduk di sebelahnya. "Kenapa nggak ikut main sama teman-temannya?" tanya Togame.

"Aku disini aja Mas, malas gerak hehe," Togame masih setia mendengarkan."Lagipula dari sini bisa melihat semua keindahan yang ada di tepi pantai. Sepertinya, ini akan menjadi tempat favoritku. Mungkin sesekali aku akan bermain disini. "

Togame mengikuti arah pandang Sakura dimana teman-temannya berada. Bahkan disana juga ada kedua adik Togame yang bermain pasir sedikit menjauh dari teman-teman Sakura.

"Desa ini memang punya banyak cerita menarik," kata Togame sambil tersenyum. "Aku senang kalian bisa datang dan memberikan kontribusi yang begitu besar."

Sakura mengangguk. "Kami juga senang bisa membantu dan belajar banyak hal disini. Terima kasih Mas, atas semua dukungan dan bimbingannya."

Togame tersenyum hangat. "Kalian sudah seperti keluarga bagi kami di desa ini. Dan kamu Dek, selalu menunjukkan semangat dan dedikasi yang luar biasa."

Obrolan mereka semakin mendalam, dan mereka mulai berbicara tentang kehidupan pribadi dan mimpi-mimpi mereka. Teman-teman Sakura yang melihat mereka dari kejauhan tersenyum, merasa senang melihat keakraban tersebut.

Saat malam semakin larut, Sakura dan Togame tetap duduk bersama, berbincang dengan hangat. Togame yang memiliki selera humor yang baik, mulai menggoda Sakura dengan lelucon-lelucon ringan.
"Dek, kamu tahu tidak, setiap kali kamu tersenyum, seluruh desa jadi lebih cerah," katanya sambil tersenyum jahil.
Sakura tersipu malu, wajahnya sedikit memerah. "Ah, Mas, jangan menggoda ku seperti itu."

Togame tertawa kecil. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Warga desa sangat senang dengan kehadiran kalian, terutama dengan semangatmu yang selalu positif."

Sakura tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Mas. Kami juga senang bisa berada di sini dan membantu."

Togame terus menggoda Sakura dengan cara yang lucu membuat suasana semakin ceria. "Kamu tahu, Dek, jika kamu tidak ada di sini, siapa yang akan aku goda setiap malam?"

Sakura menutupi wajahnya dengan tangan, merasa semakin malu namun juga merasa terhibur. "Mas, sudah cukup, aku jadi malu."

Teman-teman Sakura, yang memperhatikan dari kejauhan, saling tersenyum dan tertawa kecil melihat interaksi mereka. Nirei tidak bisa menahan diri dan berkomentar kepada Hiragi, "Pak Togame benar-benar tahu cara membuat Sakura tersipu malu, ya?"

Hiragi mengangguk sambil tersenyum. "Iya, tapi aku rasa Sakura juga menikmatinya. Dia terlihat lebih rileks dan bahagia."

Malam itu, Sakura merasakan campuran antara malu dan bahagia karena perhatian dan godaan ringan dari Togame. Kehangatan dan kedekatan yang terjalin antara mereka. Sampai Nirei melambaikan tangan kearah keduanya untuk makan malam. Togame mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Sakura. Mereka berjalan ke arah teman-temannya sambil terus bergandengan.

'Perasaan apa ini?'

Malam hari pun tiba.

Bintang-bintang bertaburan di atas langit malam itu. Mereka duduk melingkar tak terkecuali Togame dan Sakura. Mereka tertawa lepas mendengar cerita lucu dari salah satu anak-anak. Suasana malam itu begitu hangat walau udara semakin dingin menusuk kulit. Kehangatan itulah yang semakin mempererat hubungan antara kelompok KKN dan desa ini, menciptakan suasana yang penuh keakraban dan kebahagiaan.


TBC

Antara Aku, Kamu dan Desa [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang