Chapter-18

2.5K 468 12
                                    

Hari ini, tim KKN disibukkan oleh persiapan untuk acara perpisahan mereka karena besok pagi mereka akan kembali ke kota. Semua anggota tim bekerja sama dengan penuh semangat, memastikan setiap detail tersusun dengan rapi untuk memberikan kenangan manis bagi warga desa.

Anak perempuan terlihat sibuk di dapur, membantu ibu-ibu desa menyiapkan hidangan khas yang akan disajikan malam nanti. Aroma masakan yang lezat menyebar di seluruh area, menambah semangat dan kebersamaan di antara mereka.

Sedangkan laki-laki bersama warga desa lainnya, sedang mendirikan tenda dan memasang lampu-lampu hias di sekitar balai desa. Mereka tertawa dan bercanda di tengah kesibukan, mencoba mengurangi rasa sedih karena harus berpisah esok hari.

Di sudut lain, beberapa anggota tim sedang berlatih penampilan yang akan mereka sajikan nanti malam. Ada yang bermain musik, ada yang menyiapkan tarian, dan ada pula yang sedang mempersiapkan pidato perpisahan.

Di tengah kesibukan persiapan acara perpisahan, terdengar suara Hiragi, ketua tim mereka yang sedang mencari keberadaan Sakura. Suaranya terdengar jelas di antara keramaian.

"Hiragi, ada apa?" tanya Nirei saat melihat Hiragi mendekat dengan wajah sedikit cemas.

"Aku mencari Sakura. Ada beberapa hal yang perlu kita selesaikan bersama sebelum acara dimulai," jawab Hiragi, suaranya menunjukkan urgensi.

Nirei mengangguk mengerti. "Aku melihat Sakura pergi bersama Pak Togame. Mungkin mereka sedang ada urusan yang lebih penting. Tenang saja, ketua." Nirei menepuk pundak Hiragi lalu pergi.

***

Disinilah Togame dan Sakura berada. Di tepi pantai yang sudah mereka patenkan sebelumnya. Air laut yang begitu tenang menimbulkan cahaya kristal akibat sinar matahari. Sinar matahari yang begitu terik tak membuat keduanya mengeluh. Malah semakin mengeratkan pelukan satu sama lain.

"Sudah lama kita tidak kesini," gumam Sakura. Togame terkekeh mendengarnya. Padahal mereka baru beberapa hari yang lalu mengunjunginya. "Iya, kita sangat sibuk dengan urusan masing-masing." jawab Togame. Keduanya kembali terdiam menyisakan suara gempuran ombak yang mengalun indah di depan mereka. Menikmati keindahan ciptaan Tuhan.

Cukup lama mereka saling diam, akhirnya Sakura bersuara. "Aku tidak percaya aku akan meninggalkan desa ini besok," ujar Sakura dengan suara sedikit sendu.

"Iya, waktu rasanya berlalu begitu cepat," balas Togame sambil tersenyum. "Tapi, setidaknya kita bisa mengakhiri perjalanan ini dengan momen yang indah bersama mereka."

"Dimana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan." gumam Sakura sambil terkekeh, namun satu isakan berhasil lolos dari bibirnya. Ia dengan cepat mengusap air matanya sebelum Togame menyadarinya. Namun Togame sudah melihatnya sedari tadi. Hati kepala desa itu semakin teriris melihat kesedihan di hati Sakura. Ia semakin merapatkan pelukannya pada tubuh Sakura. Ia hanya bisa berteriak dalam hati agar Sakura jangan pergi. Namun ia bisa apa, tugas Sakura sudah selesai, dan pengabdian kepada masyarakat telah usai. Apalagi yang diharapkan Togame sekarang.

"Mas, aku merasa sangat berat meninggalkan desa ini," katanya, suaranya sedikit gemetar. "Mereka telah menjadi bagian penting dari hidup aku selama KKN. Aku merasa seperti meninggalkan rumah."

Togame menatap Sakura dengan penuh pengertian. "Aku mengerti, Dek. Mereka telah memberi segalanya, begitu banyak kenangan indah."

Sakura menghela nafas panjang, mencoba menenangkan perasaannya. "Aku hanya berharap kami bisa terus menjaga hubungan dengan mereka, meskipun kami harus kembali ke kota. Aku tidak ingin kenangan ini hanya menjadi masa lalu."

Togame mengangguk, setuju dengan perasaan Sakura. "Kita bisa tetap berhubungan dengan mereka. Teknologi memudahkan kita untuk tetap terhubung, dan kalian bisa berkunjung kembali suatu hari nanti." Sakura mengeratkan pelukannya pada Togame lalu melepasnya.

Antara Aku, Kamu dan Desa [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang