Togame berusaha memejamkan mata di sofa ruang TV, tetapi pikirannya terus berkelana kembali kepada Sakura. Dia berbalik, mencoba berbagai posisi untuk tidur, tetapi setiap kali dia hampir tertidur, kekhawatiran tentang Sakura kembali menghantuinya.
Tiba-tiba, di tengah kesunyian malam, dia mendengar suara pelan dari kamar Sakura. Suara itu tidak jelas, namun cukup untuk membuat Togame duduk tegak, telinganya menangkap suara Sakura yang tampak tidak tenang dalam tidurnya.
Dengan cepat, Togame bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar tempat Sakura beristirahat. Dia membuka pintu dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara berlebihan. Di bawah cahaya lampu malam yang lembut, dia melihat Sakura gelisah, bergerak-gerak di tempat tidur. Wajahnya terlihat tidak nyaman, seolah-olah sedang mengalami mimpi buruk.
"Dek?" panggil Togame dengan lembut, mendekati tempat tidur. Dia meletakkan tangannya dengan hati-hati di bahu Sakura, berharap bisa menenangkannya. "Dek, kamu baik-baik saja?"
Sakura membuka matanya perlahan, masih terlihat bingung dan sedikit ketakutan. Ketika pandangannya bertemu dengan Togame, dia merasa lega dan perlahan tenang.
"Mas..." kata Sakura dengan suara pelan.
Saat Togame menyentuh rambut Sakura untuk menenangkannya, dia merasakan suhu tubuh yang panas. Kekhawatiran langsung menghampirinya. "Dek, badanmu panas sekali!" ucap Togame, nada suaranya penuh kekhawatiran.
Sakura membuka matanya setengah, merasa lemah dan sedikit bingung. "Aku merasa tidak enak badan," katanya pelan.
Togame segera beraksi. "Sebentar, aku akan mengambilkan obat dan kompres," katanya sambil berdiri dan keluar dari kamar. Dia dengan cepat menuju dapur, mengambil kain bersih, mencelupkannya ke dalam air dingin, dan memerasnya. Dia juga mencari kotak obat untuk menemukan obat penurun panas.
Dengan kompres dingin dan obat di tangan, Togame kembali ke kamar Sakura. Dia duduk di samping tempat tidur dan dengan lembut meletakkan kompres di dahi Sakura. "Ini akan membantu menurunkan panas," ujarnya, mencoba memberikan rasa nyaman.
Sakura mengangguk lemah, merasakan sedikit kelegaan dari kompres dingin di dahinya. Togame kemudian mengambil obat penurun demam dan segelas air. "Minumlah obat ini, Sakura. Ini akan membantu menurunkan demam."
Sakura perlahan bangun sedikit untuk minum obat yang diberikan oleh Togame. Setelah itu, dia berbaring kembali, merasa sedikit lebih baik dengan perhatian dan perawatan yang diberikan oleh Togame.
"Terima kasih Mas," ucap Sakura dengan suara lemah namun tulus.
Saat Togame mengganti kompres dingin di dahi Sakura dan memastikan obat penurun demam sudah bekerja, dia melihat Sakura menggigil kedinginan. Meskipun suhu tubuhnya panas, tubuhnya tampak bergetar karena demam.
"Dek, kamu masih merasa tidak nyaman?" tanya Togame dengan nada penuh perhatian.
Sakura membuka mata setengah, menatap Togame dengan ekspresi lemah. "Aku... kedinginan. Bisakah... bisakah kamu tidur di sebelahku?"
Togame terdiam sejenak, entah sadar atau tidak Sakura mengucapkan itu. Ia merasa canggung dengan permintaan itu, namun dia tidak bisa mengabaikan permintaan Sakura yang jelas-jelas merasa sangat tidak nyaman. "Baiklah, jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik," kata Togame akhirnya, suaranya lembut namun tegas.
Dia mematikan lampu utama, meninggalkan hanya lampu malam yang menyala, lalu berbaring di sebelah Sakura di tempat tidur. Meskipun dia berusaha untuk tidak terlalu dekat, dia bisa merasakan getaran dingin dari tubuh Sakura.
Sakura menggeser sedikit lebih dekat, mencari kehangatan. "Maaf... aku hanya sangat kedinginan," bisiknya.
Togame tanpa berpikir panjang, merespons dengan refleks. Dia merangkul Sakura dengan lembut, memberikan kehangatan yang sangat dibutuhkan. "Tidak apa-apa, Dek. Mas di sini..." bisik Togame, suaranya lembut dan menenangkan.
Dalam pelukan Togame, Sakura merasa lebih nyaman dan aman. Panas tubuhnya yang tinggi perlahan mulai mereda dengan bantuan obat dan kompres, tetapi kehangatan fisik dari Togame memberikan kenyamanan emosional yang sama pentingnya.
Keduanya berbaring dalam keheningan, hanya terdengar napas lembut mereka. Togame merasakan detak jantungnya yang awalnya berdebar kencang mulai tenang, merasakan perasaan tenang yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Sakura, dalam pelukan hangat Togame, merasa terlindungi dan mulai tertidur dengan lebih tenang. Meskipun keadaan ini mungkin canggung, ada perasaan ketulusan dan kedekatan yang membuat mereka berdua merasa lebih terhubung dari sebelumnya.
Malam itu, di tengah keheningan dan dinginnya malam, mereka menemukan kenyamanan dan kehangatan dalam kebersamaan. Togame menjaga Sakura sepanjang malam, memastikan dia tetap hangat dan nyaman, sementara Sakura akhirnya bisa tidur dengan lebih baik, tahu bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangan melawan demamnya.
***
Keesokan paginya, Sakura terbangun dan mendapati bahwa tempat tidur di sebelahnya sudah kosong. Matahari pagi menerobos masuk melalui jendela, memberikan kehangatan yang lembut ke dalam ruangan. Dia merasakan tubuhnya lebih baik, demamnya sudah turun dan tubuhnya tidak lagi menggigil.
Sakura mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling kamar. Rasa malu memenuhi hatinya ketika mengingat bagaimana Togame telah merawatnya sepanjang malam. Ia menutupi wajah merahnya menggunakan kedua tangannya. Namun itu tak berlangsung lama karena pintu kamar terbuka menampilkan ibu dari Togame.
Sakura baru saja duduk ketika pintu kamar terbuka perlahan, dan Ibu Togame masuk membawa nampan berisi sarapan dan vitamin. Wanita itu tersenyum hangat kepada Sakura, meletakkan nampan di meja samping tempat tidur.
"Pagi, Sakura. Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Ibu Togame dengan lembut.
Sakura tersenyum dan mengangguk. "Pagi, Bu. Saya merasa jauh lebih baik. Terima kasih banyak untuk perhatian Anda."
Ibu Togame tersenyum lebih lebar. "Syukurlah. Togame bilang kamu demam tadi malam. Dia sangat khawatir padamu."
Sakura salah tingkah mendengar itu. "Iya, Pak Togame sangat baik merawat saya. Emm dimana dia sekarang?"
Ibu Togame duduk di tepi tempat tidur, mengeluarkan vitamin dari botol dan memberikannya kepada Sakura. "Togame sedang bersama tim KKN, mereka punya tugas pagi ini. Dia bilang dia akan kembali untuk memeriksa kondisimu nanti."
Sakura merasa terharu mendengar itu. "Terima kasih banyak, Bu. Saya sangat menghargai semua ini."
Ibu Togame mengangguk. "Tidak perlu berterima kasih, sayang. Kami senang kamu merasa lebih baik. Sekarang, makan sarapanmu dan minum vitamin ini. Kamu butuh tenaga untuk pulih sepenuhnya."
Sakura mengikuti saran Ibu Togame, mulai menikmati sarapan hangat yang disiapkan dengan penuh kasih. Dia merasa beruntung berada di tempat yang penuh perhatian dan kebaikan, terutama saat dia jauh dari rumah.
Saat makan, pikirannya terus memikirkan Togame dan tim KKN. Dia bertekad untuk pulih sepenuhnya dan bergabung kembali dengan mereka secepat mungkin. Dengan dukungan dari Togame dan keluarganya, Sakura merasa yakin bahwa dia akan segera pulih dan siap menghadapi tantangan berikutnya bersama teman-temannya di desa ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku, Kamu dan Desa [✔️]
Fanfiction⚠️YAOI⚠️ - Karakter milik Satoru Nii-sensei - Out of Character - BL/bxb/yaoi - Fanfiction - R13+ Summary: Togame mengingat setiap momen indah yang mereka habiskan bersama dan merindukan kehadirannya setiap detik. Setiap malam, Togame menghabiskan...