Boboiboy yang baru selesai membantu Tok Aba membereskan meja makan langsung membuka pintu kamarnya. Wajah imut itu langsung mengerut tatkala mendapati laki-laki berwajah tampan tengah termangu di jendela menatap langit malam. Senyumnya langsung terukir, perlahan mendekat ke arah sang kawan yang tampak memikirkan sesuatu.
"Kupikir kau sudah tidur. Kenapa melamun?" Boboiboy duduk di ranjangnya, memandang Fang yang duduk di kursi tak jauh darinya sambil menatap ke luar jendela. Bahkan, saat Boboiboy berbicara Fang tak menoleh, hanya menghela napas sambil menurunkan tangan yang menopang dagu.
Detik berikutnya, Fang bangkit, melepas jaket tanpa lengannya, meletakkan di dekat baju Boboiboy yang kotor. "Aku tidak melamun," sahutnya tiba-tiba sambil berjalan ke arah Boboiboy.
Wajah imut yang semula memperhatikan segala pergerakan Fang langsung mengerut seketika. "Lalu?"
Menghela napas sekali, Fang duduk di samping Boboiboy, di atas ranjang bertema tata surya itu juga. "Aku hanya menatap bintang."
"Sejak kapan kau suka menatap bintang? Setahuku, kau selalu menatap langit saat berada di Bumi."
Fang terdiam, wajahnya yang semula menunduk langsung mendongak, menatap Boboiboy sambil tersenyum miring. "Kau memperhatikanku rupanya."
Sontak, mata Boboiboy membulat seketika. Bibirnya terkatup rapat, kehabisan kata-kata. Alih-alih menyangkal, Boboiboy lebih memilih merapikan tempat tidurnya.
"Sudahlah, lebih baik kita tidur. Besok harus ke pantai, 'kan? Nanti terlambat bagaimana?" Boboiboy merebahkan tubuhnya, menarik selimut sebatas dada, berharap Fang tak mengungkit hal yang tadi lagi.
"Kau yang sering terlambat. Lalu, aku tidur di mana?"
"Di sini." Si pengendali elemental itu menepuk-nepuk ruang kosong di dekatnya membuat Fang sedikit menganga sambil menggaruk pipinya canggung.
"Di sini? Satu kasur denganmu?"
Mata Boboiboy yang sudah menutup terbuka kembali, menatap Fang sambil menghela napas. Setelahnya, dia berbalik badan, memeluk bantal gulingnya erat. "Kalau kau tak mau, tidur di lantai tidak apa-apa. Itu lebih baik, aku tak perlu berbagi ranjang denganmu."
Tak berselang lama, Boboiboy merasakan ruangnya semakin sempit. Fang yang tidak suka kotor itu langsung tidur di sampingnya, walau dia tahu si pengendali bayangan itu enggan melakukan ini.
Lagi pula, di mana lagi Fang bisa tidur? Tidak mungkin di kamar Tok Aba. Jika ingin yang lebih luas, tentu saja tidak ada pilihan lain, selain lantai. Rumah Tok Aba hanya memiliki dua kamar. Di lantai atas kamar Boboiboy, sementara kamar Tok Aba di lantai bawah.
Baru kali ini Fang tidur berhimpitan setelah jauh dari kakaknya. Satu ranjang berdua dengan Boboiboy yang tubuhnya lebih lebar sedikit darinya. Kasur Boboiboy tidak terlalu lebar untuk digunakan dua orang.
Mata Fang tak kunjung tertutup, dia menatap kosong ke arah Ochobot yang tengah mengisi daya. Ingatannya memutar pada beberapa tahun silam, saat di mana dia dan Kapten Kaizo sangat akrab. Kapten Kaizo tak sedingin sekarang, dia sangat perhatian dan menyayanginya, sampai berbagi tempat tidur setiap hari karena dia tak bisa lepas dari kakaknya. Namun, itu dulu.
Sekarang sebenarnya sama saja. Fang tahu kakaknya masih menjaganya, selalu memberi perhatian, tetapi tidak terlalu menunjukkan saat dia masih kecil dahulu. Hal ini bermula sejak dia mengkhianati kakaknya demi Boboiboy beberapa tahun lalu.
*yang lihat episode Boboiboy musim 3 pertempuran terakhir pasti tau.
Sejak saat itu, Kapten Kaizo yang masih memiliki sedikit rasa kasihan padanya sirna seketika. Setiap tutur katanya berubah kasar, dan tak berperasaan.
Mengingat kilas balik tentang masa lalunya, Fang menghela napas. Dia masih memandangi Ochobot, lalu beralih pada lantai kayu kamar Boboiboy. Posisinya yang menyamping membelakangi Boboiboy membuat Fang tak sadar apa yang temannya lakukan. Dia hanya mendengar dengkuran Boboiboy yang cukup mengusik kesunyian malamnya.
Dia kembali menegakkan tubuhnya, duduk di sisi ranjang, menatap Boboiboy yang tidur membelakangi sambil memeluk bantal guling. Dilepaskannya kacamata yang selalu dia kenakan, meletakkan di atas meja, disusul mematikan pendingin ruangan, juga menutup tirai jendela. Setelahnya, dia mematikan lampu, kembali ke ranjang berharap bisa tidur dengan nyenyak kali ini.
Baru saja memejamkan mata, kelopak mata Fang terbuka lagi, menampilkan iris ungu agak merah muda. Matanya langsung membulat kala merasakan sesuatu melilit perutnya. Dia menunduk, menatap ke perutnya yang ditindih tangan Boboiboy.
Entah sejak kapan, Boboiboy sudah berbalik, melepaskan bantal gulingnya, beralih memeluk Fang dari belakang. Si pengendali bayangan itu langsung memegang tangan Boboiboy, menyingkirkan dari perutnya.
Huh, merepotkan sekali.
Fang langsung memejamkan mata, sedikit bergeser lebih ke pinggir ranjang, tak ingin Boboiboy kembali memeluknya. Jantungnya tidak aman jika terus begini. Walau tahu, dia berusaha mengelak pada kenyataan bahwa dia mulai menyukai si pemilik paras imut itu sejak lama.
Hatinya terus berkata dia suka, tetapi otaknya berusaha menolak dengan alasan mereka sama-sama pria.
Tak ingin terus berpikir aneh-aneh, Fang langsung memejamkan mata, walau sulit dia paksa untuk terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner (FangBoy)
RandomBL [Completed] _____________________________ Ini tentang Boboiboy dan Fang, dua pahlawan super yang merupakan partner dalam segala hal. FangBoy FanFiction ______________________________ PS: Jangan berharap Fang bersikap mesum dan Boboiboy bersikap p...