13. Janji

2.1K 221 14
                                    

"Eh? Fang? Kau belum tidur?" Boboiboy yang baru saja hendak kembali masuk ke kamarnya tanpa sengaja berpapasan dengan Fang yang datang dari ruang istirahat.

Menoleh ke arah Boboiboy, Fang menjawab, "Iya, aku baru selesai berbincang dengan Kapten Kaizo. Kau sendiri kenapa tidak tidur?"

"Tidak ada. Aku hanya mencari makanan sebentar tadi. Kalau kau mau, ayo, ke kamarku dan Gopal. Gopal sedang tidur, mungkin kita bisa berbincang sedikit untuk menghilangkan raut masammu itu." Boboiboy memegang pundak Fang, kali ini Fang tak menepisnya. Mungkin dia sudah terbiasa.

Berpikir sejenak, Fang rasa bukan pilihan yang salah. Dia memang sulit untuk tidur, matanya enggan terpejam. Terlebih, saat melihat tingkah Kapten Kaizo yang tergesa-gesa menuju dek utama. Firasatnya mengatakan ini bukan hal baik.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, Fang mengangguk. "Boleh juga. Ayo!"

Memasuki kamar Boboiboy, Fang langsung duduk di ranjang Boboiboy, bersandar pada tembok, sementara Boboiboy meraih bantal, bersandar pada penyangga sembari memeluk bantal tidurnya.

Fang tampak mengamati seisi ruangan, ini pertama kalinya dia kemari. Selama beberapa tahun satu tim di TAPOPS dengan Boboiboy, dia tak pernah memasuki kamar laki-laki manis itu. Ternyata keadaan kamarnya sangat jauh dari kamar milik Fang.

Selain ruangan yang kalah luas dari kamar Fang, perabotan yang ada di sini terbilang tidak selengkap di kamarnya. Selain itu, Fang tidak yakin menyebut ruangan ini kamar.

Menatap Boboiboy yang tengah terpaku menatap ke arahnya, Fang berdeham sekali untuk menghilangkan kecanggungan. "Ini ... apa kau betah tinggal di kamar ini?"

Mendengar pertanyaan Fang, Boboiboy ikut memperhatikan setiap sisi kamar. "Setidaknya ada tempat untukku istirahat. Lagi pula, tempat ini tidak seburuk yang kau kira. Coba rasakan, kasurnya empuk juga, 'kan?"

"Ya ... sedikit, tapi kau harus sering-sering membersihkan kamarmu. Lihat! Ada debu di mana-mana." Fang mengusap salah satu bagian menggunakan jari telunjuknya membuat debu menempel. Setelahnya, dia mengusapkannya pada pipi tembam Boboiboy.

"Hei, apa yang kau lakukan, Fang?"

"Maka dari itu, bersihkan kamarmu sebelum debu-debu ini menutupimu. Hahahah." Seperti biasa, tawa Fang selalu terdengar hambar. Boboiboy hanya mengusap debu yang Fang usapkan ke pipinya menggunakan baju yang dia kenakan sambil sesekali melirik Fang kesal.

Berani-beraninya dia mengusapkan debu pada pipinya. Lihat saja nanti, Boboiboy akan membalasnya dengan yang lebih parah.

Sementara kedua laki-laki itu berbincang, tertawa keras, saling bertukar cerita, Gopal tampak tidur nyenyak, tak terusik sedikit pun dengan suara-suara di bawahnya. Laki-laki gempal berkulit cokelat itu juga mendengkur keras, air liur mengalir di pipinya tak dia usap.

Entah mengapa hari ini rasanya sulit untuk tidur. Fang merasa matanya tampak segar, dia menikmati momen-momen langka di mana bisa bercanda dengan Boboiboy sambil tertawa lepas. Sudah lama dia tidak melakukan ini. Biasanya jika bersama Boboiboy dia hanya akan bertengkar, mempermasalahkan hal-hal sepele, seperti kepopuleran dan kekuatan.

"Boboiboy, tadi abangku bilang aku harus berhati-hati, kalian juga. Aku merasakan ada hal yang besar di depan sana." Fang menatap ke lantai, raut wajahnya mulai serius, tidak sesantai beberapa menit lalu.

Mendengar hal itu, Boboiboy semakin mengeratkan pelukan pada bantal, wajahnya dia benamkan sebagian, hanya menampilkan mata bulatnya yang menatap Fang penasaran.

Menghela napas sekali, Fang melanjutkan ucapannya, "Ya, abangku bisa merasakan hal itu juga, bahkan aku yakin abangku tahu apa yang akan terjadi. Dia hanya memperingatiku, meminta untuk selalu waspada, menjaga diri dan teman-temanku. Maka dari itu, aku akan melindungimu."

Kalimat terakhir Fang terdengar aneh. Wajah imut Boboiboy sampai mengerut, tak paham apa maksud ucapan Fang. "Kenapa begitu?"

"Karena aku lebih kuat darimu hahaha." Fang bangkit dari duduknya, berdiri sambil tertawa hambar. Kedua tangannya berkacak pinggang, menatap Boboiboy dengan wajah sombong.

Merasa tidak terima karena Fang asal meng-klaim kehebatannya, Boboiboy ikut bangkit, meletakkan kembali bantal di tempatnya. "Mana bisa begitu? Aku yang akan melindungimu! Aku yang lebih kuat darimu. Aku akan melindungimu dan yang lain."

Tangan bersedekap, kepalanya melengos, membuang muka ke sembarang arah. Ke mana pun, asal tak melihat wajah menyebalkan Fang. Bibirnya dia manyunkan, pipinya yang tembam lebih dia gembungkan membuat Fang terkekeh melihatnya. Sangat gemas.

"Hei, jangan seperti itu. Memangnya kau ingin pipimu ini meletus seperti balon?" Fang menusuk-nusuk pelan pipi Boboiboy. Si pengendali elemental itu langsung menepisnya kasar, tak ingin Fang menyentuhnya barang sedikit saja.

"Sudahlah, aku akan kembali ke kamar, tapi ingat baik-baik. Aku akan melindungimu dalam keadaan apa pun. Itu janjiku. Sampai jumpa besok, cute boy." Fang menepuk-nepuk pelan kepala Boboiboy. Detik berikutnya, mata Boboiboy membulat saat sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya beberapa detik.

Menoleh ke arah punggung Fang yang mulai menjauh, Boboiboy menyentuh bibirnya. Fang sialan! Boboiboy langsung masuk ke kamar mandi, menggosok gigi, mencuci muka, tak lupa mengusap bibirnya yang baru saja dicium Fang. Berani-beraninya dia melakukan ini!

Jujur saja, Boboiboy tidak keberatan Fang melakukannya, tetapi ini terlalu tiba-tiba. Sialan sekali!

Partner (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang