09. Saatnya Kembali

2.3K 240 5
                                    

Waktu cuti ke bumi yang diberikan Laksamana Tarung telah usai, hari ini Boboiboy dan yang lain akan segera kembali ke stasiun luar angkasa TAPOPS. Pagi-pagi sekali Boboiboy dan Fang sudah membantu Tok Aba untuk menyiapkan warung karena siang nanti mereka harus pergi. Mungkin butuh waktu lama untuk berjumpa lagi.

"Di luar angkasa nanti jangan lupa sering hubungi atok, ya, Boboiboy," Tok Aba yang tengah mencuci gelas berpesan, sementara Boboiboy tampak kelelahan karena baru saja berpecah menjadi tiga untuk melayani para pelanggan yang semakin ramai berdatangan.

Tiga orang saja tidak cukup, ditambah lagi LassBot dan Ochobot harus mengisi energi di kapal angkasa membuat tenaga kerja di warung cokelat Tok Aba kekurangan. Walau sudah berpecah tiga, Fang tetap kewalahan, ditambah lagi energi yang terbatas. Boboiboy sendiri terlihat lesu, sesekali dia duduk karena tubuhnya lemas.

Melihat cucunya duduk sambil menyandarkan kepalanya pada meja, Tok Aba menggeleng pelan. "Sudah atok bilang, kalau belum sembuh diam saja di rumah. Dasar keras kepala."

"Bosan duduk di rumah terus, Tok. Tak ada yang bisa dilakukan. Fang dan atok ada di sini, Ochobot, SmokeBot, dan LassBot di pesawat angkasa. Lalu, aku akan melakukan apa? Diam saja?" Boboiboy berubah posisi, menopang dagu dengan tangan kirinya.

Bertepatan dengan itu, Fang yang baru selesai melayani pelanggan datang, duduk di samping Boboiboy. Sejenak menoleh ke arah Boboiboy, tangannya menyentuh kening laki-laki berwajah menggemaskan itu. "Kau masih panas, memang dasar keras kepala."

"Aku tidak apa-apa. Oh, iya, kau sudah bersiap-siap, Fang? Siang ini kita kembali ke stasiun."

Mengangguk sekali, Fang meneguk es cokelat yang Tok Aba sajikan. "Sudah. Terima kasih karena sudah menerimaku dengan baik. Terima kasih juga sudah mengajakku tinggal di rumahmu."

"Alah, santai saja, Fang. Baguslah kalau begitu. Artinya kita ha---"

Belum sempat Boboiboy menyelesaikan kata-katanya, jam kekuatannya berbunyi, menampilkan panggilan dari Komandan Ko Koci.

"Iya, ada apa, Komandan?" Boboiboy menatap hologram kecil yang menampakkan Komandan Ko Koci di sana, sementara Fang turut masuk, menampilkan wajahnya di layar besar Ko Koci di seberang sana.

"Hari ini cuti kalian usai. Ingat?" Komandan Ko Koci yang mengenakan kacamata hitam tampak menatap penuh wibawa ke arah dua anak buahnya. Alien berkepala kotak dengan kulit hijau---sejenis dengan Adu Du---itu menghela napas. "Kalian tak perlu ke Stasiun TAPOPS terlebih dahulu, langsung menuju ke planet ini untuk menjalankan misi."

Di jam Boboiboy, hologram Komandan Ko Koci berubah menampilkan sebuah planet yang tampak gelap, gersang, dan menyeramkan. Ada aura tak sedap yang menguar dari sana.

"Planet Darkha?" Fang membelalak, matanya yang berbingkai kacamata langsung melebar, keringat bercucuran di pelipisnya.

"Ya. Kalian harus menjalankan misi di sana, ada bola kekuatan di sana yang harus kalian selamatkan. Cari bola kekuatan itu, jangan kembali ke stasiun sebelum dapat! Berangkat sekarang!" Komandan Ko Koci menoleh ke sampingnya, tampak Laksamana Tarung yang sangat gagah berdiri dengan kulit memerah.

Menatap anak buahnya bergantian, Laksamana Tarung bersiap mengamuk. "Tunggu apa lagi? Matikan sambungan dan berangkat ke sana sekarang!"

Berada di luar angkasa, tetapi hologram yang berteriak di depan wajah Fang dan Boboiboy terasa sangat nyata, membuat keduanya gelagapan setengah mati.

"Ba-baik, Laksamana!" Fang dan Boboiboy memberi hormat ala TAPOPS, langsung memutuskan panggilan sebelum akhirnya menghubungi yang lain untuk segera bersiap menuju Planet Darkha.

***

Seluruh teman Boboiboy telah berkumpul, juga Papa Zola yang siap mengemudikan pesawat antariksanya. Boboiboy menyalami tangan Tok Aba, disusul Fang di sampingnya. "Boboiboy pergi dulu, Tok."

"Iya, hati-hati."

"Saya juga pergi dulu, Tok. Terima kasih sudah menyediakan makanan untuk saya selama di sini."

Tok Aba memeluk Fang, memperlakukan laki-laki pecinta ungu itu seperti cucu sendiri. Boboiboy yang melihat itu hanya tersenyum. Entah mengapa, sejak mereka masih bersekolah SD di Pulau Rintis, Tok Aba memang menyayangi Fang layaknya cucu sendiri.

Boboiboy dapat merasakannya. Saat di mana Tok Aba memiliki hubungan akrab dengan kawannya yang satu ini. Perlakuan Tok Aba pada Fang pun sedikit berbeda daripada ke teman-teman Boboiboy lainnya. Jika Fang tak tampak, Tok Aba akan menanyakannya. Bahkan, saat Boboiboy masih bersaing dahulu, Tok Aba tetap bersikap baik pada Fang.

"Kita berangkat, Tok. Ochobot, buka teleportasi sekarang!"

"Baik!" Ochobot membuka teleportasi, di langit tampak seperti cermin bulat yang menampilkan angkasa lepas.

Melangkah cepat ke dalam pesawat antariksa, Boboiboy dan Fang langsung menuju ke ruang kendali, di mana Papa Zola dan yang lain sudah bersiap. Papa Zola yang memegang kemudi langsung melajukan pesawat memasuki portal yang Ochobot buka.

Sejak mendengar Planet Darkha tadi, Fang tampak gelisah. Pandangannya mengedar ke mana-mana, sementara raut mukanya terlihat gelisah.

"Fang, kau kenapa? Kenapa kau tampak gelisah semenjak mendengar Planet Darkha? Apa yang ada di sana?" Boboiboy yang berdiri di sebelahnya menoleh, menatap Fang penuh tanda tanya.

Menoleh ke arah Boboiboy, Fang hanya menggeleng pelan. "Tak ada apa-apa."

Tangan Boboiboy memegang pundak Fang seperti biasa saat Fang enggan membuka diri. "Beri tahu saja, Fang, daripada kau memendamnya sendiri. Aku juga ingin tahu supaya bisa bersiap sedia. Apakah di sana tak bisa bernapas? Atau ada hantu?"

Lagi-lagi menepis tangan Boboiboy saat memegang pundaknya, tetapi kali ini Fang tak melepaskan genggaman tangannya pada lengan Boboiboy. "Ish, bukan! Menurut informasi yang kudapatkan, Planet Darkha merupakan tempat kegelapan berkumpul. Penghuni aslinya bersikap aneh, mereka tak akan segan-segan menghabisi siapa pun yang mereka anggap mengusik."

"Kenapa bisa seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Menurut informasi, hal itu terjadi sejak lima puluh tahun lalu. Aku tidak tahu pasti apa penyebabnya karena pada masa itu aku belum dilahirkan. Aku hanya mendengar informasi dari alien-alien lain yang sedang berbincang dan dari guruku."

Boboiboy terdiam, tangan kanannya menyentuh dagu seperti sedang memikirkan sesuatu, tangan kirinya digenggam Fang yang sama-sama belum menyadari, sementara yang lain hanya menatap Fang dengan tatapan berbeda-beda.

"Lalu, kalau memang begitu, artinya kita tidak boleh meremehkan misi ini. Kita belum tahu apa yang akan terjadi di sana," Yaya yang pertama kali merespons, menatap temannya satu per satu.

Ying, si pemanipulasi waktu langsung menimpali dengan cepat, "Betul oo. Kita belum tahu apa yang nanti ada di sana. Bisa saja mereka menyerang tiba-tiba, jadi kita harus bersiap sedia kapan saja."

"Siap sedia, sih, siap sedia, tapi tak perlu pegangan tangan juga." Gopal menunjuk tangan Fang yang menggenggam tangan Boboiboy membuat keduanya sama-sama terbelalak.

Melepaskan pegangan tangannya dengan perasaan canggung, Fang dan Boboiboy sesekali melirik, lalu memalingkan wajah. Si pengendali bayangan itu langsung melangkah ke dekat kemudi, tepat di dekat Papa Zola yang menyetir dengan santai sambil sesekali bernyanyi lagu aneh. Setidaknya mendengarkan lagu aneh Papa Zola lebih baik daripada berdiri canggung di dekat Boboiboy.

"Bersiap untuk mendarat!" Papa Zola langsung mencari tempat pendaratan, mendaratkan pesawat angkasa dengan terampil.

Partner (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang