"Selamat pagi, Tok Aba, Ochobot, Cattus, Fang," Boboiboy yang baru saja selesai bersiap-siap menyapa. Topi oranye yang sedikit miring dia perbaiki, menutupi rambut putihnya secara penuh.
"Pagi. Itulah, tidur lagi habis subuh. Kan, sudah terlambat." Tok Aba yang tengah duduk menonton televisi melirik sebentar ke arah cucunya.
Di samping Tok Aba, Fang ikut duduk, mengenakan kemeja pantai berwarna ungu dan celana hitam. Seperti biasa, rambutnya tidak pernah tertata rapi, menutupi alis, lengkap dengan kacamata yang membingkai.
Boboiboy menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa kecil. "Mana ada terlambat, Tok. Masih pagi, nih."
"Tak terlambat apa? Sudah lama kita menunggumu. Ayo! Yang lain pasti sudah menunggu." Ochobot menarik tangan Boboiboy, disusul Fang yang berjalan bersama Cattus di dekatnya.
"E-eh, sabarlah. Jangan terburu-buru. Boboiboy pergi dulu, Tok."
Baru saja membuka pintu, Boboiboy berpapasan dengan Yaya. Gadis berjilbab dengan pakaian serba pink sudah berdiri di depan pintu rumahnya sambil memegang sebuah keranjang. "Astaga! Kau mengagetkanku, Yaya."
"Hihi, maaf, Boboiboy. Kau tak apa-apa? Aku baru saja hendak mengetuk." Wajah cantiknya menatap Boboiboy yang jatuh terduduk.
Melihat ada orang lain datang, Yaya mendongak, menatap laki-laki berkulit putih yang memasang raut datar seperti biasa. "Fang? Kau di sini? Tadi aku berniat menjemputmu bersama Boboiboy."
"Iya, aku tidur di sini." Tangan putih Fang terulur ke arah Boboiboy, membantu laki-laki berwajah imut itu untuk berdiri.
Bagi sebagian orang, muka Fang akan terlihat menyebalkan saat datar. Mata sipit yang menatap tajam, ditambah kacamata berteknologi canggih yang membingkai membuatnya tampak seperti orang sombong. Namun, nyatanya dia tak seperti itu. Percayalah.
"Ayo, lebih baik berangkat sekarang. Gopal dan Ying mungkin sudah menunggu di sana."
***
Hamparan pasir putih menyejukkan mata, Boboiboy yang baru saja tiba langsung memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Sudah lama dia tidak merasakan hal ini.
"Boboiboy, awas!"
"Aduh! Kepalaku." Boboiboy duduk di atas pasir sambil memegangi kepalanya yang terkena bola voli.
Gopal yang meneriakinya tadi langsung menghampiri Boboiboy sambil berkacak pinggang. "Dey! Kenapa kau tak menghindar?"
Kepalanya masih pusing, Gopal sudah menyerang dengan pertanyaan. Fang yang sejak tadi berdiri di samping Boboiboy hanya memperhatikan, sempat terkejut sebentar sebelum akhirnya kembali menatap lautan.
"Prit! Prit! Kartu kuning! Memukul terlalu keras sampai mengenai kepala orang!" Papa Zola yang melihat muridnya terkena pukulan bola langsung melayangkan pelanggaran layaknya permainan sepak bola.
Merasa tak terima karena menurut Gopal bukan kesalahannya, laki-laki gempal itu langsung meluncurkan protes, "Eh? Apa ini, Pak Guru? Bukan salah saya, Pak Guru. Boboiboy yang tak menghindar!"
"Sudah! Jangan banyak alasan! Kamu mau Kebenaran berikan kartu merah karena beralasan pada wasit? Sambung permainan sekarang!"
Gopal, Yaya, Ying, dan Boboiboy mengambil posisi masing-masing. Gopal satu tim dengan Yaya, sementara Boboiboy yang masih sedikit pusing satu tim dengan Ying. Namun, permainan belum dimulai, si topi oranye itu menoleh ke samping Papa Zola.
"Bagaimana dengan Fang? Dia tak ikut bermain, kah?"
Merasa namanya disebut, Fang yang sejak tadi hanya menatap lautan langsung tersentak. "Eh? Tak perlu. Lagi pula, tak cukup orang. Kalian main saja, aku akan ke sana sebentar."
"Tapi, Fang ...," ucapan Boboiboy belum selesai, Fang sudah berlalu pergi, menjauh sedikit dari teman-temannya yang menatap penuh tanda tanya.
"Sudah! Sambung permainan! Abaikan si Fang itu! Biarkan dia merenungi masa depannya di tepi laut! Prit prit!" Papa Zola yang merasa suasana berubah sedikit suram menengahi, menirukan suara peluit menggunakan mulutnya.
Walau masih merasa tak nyaman, Boboiboy tetap melanjutkan permainan, berusaha mengabaikan Fang yang duduk di atas batu karang sendirian. Beberapa kali Boboiboy terkena pukulan, sampai Ying yang berbicara sangat cepat memarahinya.
Sementara itu, Fang tak menoleh sedikit pun ke arah teman-temannya yang tengah bermain. Rambut ungunya yang diterbangkan angin dia abaikan, terlalu sibuk dengan pemikiran sendiri.
Kaki panjang Fang menyentuh air laut, terendam tak terlalu dalam, membuat Fang merasakan sejuknya air laut di cuaca pagi yang hangat. Senyumnya terulas, tetapi detik berikutnya dia tersentak saat ujung matanya menangkap secercah cahaya. Rambut yang menutupi mata dia singkirkan, menoleh ke balik bebatuan di tepi laut yang dia yakini memantulkan sinar tadi.
Keningnya mengerut saat melihat sesuatu bergerak. Bentuknya bulat, permukaannya seperti kaca, tetapi dia yakin itu bukan cermin. Tidak mungkin cermin bisa bergerak-gerak layaknya orang meronta, bukan?
Tunggu! Meronta? Fang memicingkan mata, menajamkan pandangannya. Ada dua hal lagi di sana selain benda bulat itu. Sosok berwarna ungu dan hijau. Mata yang awalnya memicing langsung membulat. Adu Du dan Probe!
________________________________________
Nggak usah dikomen, gue akui sendiri kalau bab ini 75% sama kayak episode Boboiboy Galaxy musim 1 episode Kekuatan Baru Adu Du (bagi yang lupa mungkin tahu episode LoopBot). But, kasus di sini beda. Power sphera-nya juga beda, kekuatan baru Adu Du pun beda.
Lagi, di sini gue modifikasi. Nggak akan 100% sama kayak di film-nya, mungkin suasana sama feel aja yang mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner (FangBoy)
AléatoireBL [Completed] _____________________________ Ini tentang Boboiboy dan Fang, dua pahlawan super yang merupakan partner dalam segala hal. FangBoy FanFiction ______________________________ PS: Jangan berharap Fang bersikap mesum dan Boboiboy bersikap p...