05. Fireflies

3.7K 350 7
                                    

"Kejar dia! Jangan sampai lolos!" Pesawat angkasa berbentuk kapal bajak laut terlihat tengah menembaki laser ke arah benda bulat yang melayang.

Di dalam benda bulat itu, sebuah bola kekuatan bulat berpendar oranye tengah mengetik sesuatu pada layar kecil di depannya. "Ayolah, kumohon. Tolong aku, Boboiboy!"

Laser yang para perompak angkasa luncurkan itu mengenai bagian belakang kendaraan bulat yang bola kekuatan itu naiki membuatnya hilang kendali, meluncur sangat cepat menembus atmosfer bumi.

"Kita kehilangan jejak, Bos. Sepertinya bola kekuatan itu jatuh ke sebuah planet."

"Cari tahu ke planet mana dia jatuh! Alat pelacakku yang berada di bola kekuatan itu masih aktif." Perompak luar angkasa yang tampak menyeramkan itu menatap tajam layar besar di hadapannya yang menampilkan tentang informasi tempat terakhir dilihatnya bola kekuatan yang dia incar.

Anak buahnya yang tampak seperti kotak diberi sepasang tangan dan kaki mengutak atik keyboard di depannya. "Bola kekuatan itu jatuh ke Bumi, Bos."

"Melaju ke sana sekarang!" Suaranya menggelegar, membuat seluruh bagian pesawat angkasa bergetar. Salah satu anak buahnya langsung menentukan titik koordinat mengikuti sinyal pelacak yang bosnya berikan.

Sinyalnya tampak lemah, mungkin karena terbentur di sana-sini.

***

Laki-laki dengan pakaian serba ungu tengah menoleh ke sana kemari, menatap bergantian lantai atas dan lantai bawah. Di kamar lampu sangat terang, mengapa di lantai bawah gelap? Tidak mungkin mati listrik setengah rumah, bukan?

Sekali lagi mendongak ke kamar, dia tidak salah lihat. Memang benar lampu di kamar masih menyala. Baru saja kakinya memijak anak tangga terakhir, lampu tiba-tiba menyala, sinar lampu yang menembus cermin kacamatanya.
membuat ia memicing.

"Selamat ulang tahun, Fang!"

"Eh?" Fang langsung mengecek tanggal di jam kekuatannya. Di sana menunjukkan sekarang tanggal 13 April. Terlalu sibuk dengan ini-itu membuat dia lupa dengan hari ulang tahunnya sendiri.

Fang tersenyum tipis, menatap Boboiboy yang membawa kue ulang tahun putih dengan hiasan wortel di atasnya. "Terima kasih, semua."

"Sama-sama." Yaya, Ying, Gopal, Ochobot, Tok Aba, Cattus, dan Papa Zola ikut tersenyum.

Sementara itu, Boboiboy menyodorkan kuenya. "Tiup lilinnya, jangan lupa kuenya dimakan. Ini aku yang membuat bersama bantuan Tok Aba."

Mengangguk sekali, Fang meniup lilin yang mengelilingi sisi kue. Kue diletakkan di atas meja, sementara mereka bersiap untuk makan bersama.

Seperti biasa, Yaya paling antusias menyumbang makanan. "Aku bawa biskuit buatanku. Ayo, jangan malu-malu. Silakan dimakan." Gadis itu tersenyum, menyodorkan biskuit yang dia bawa.

Sontak, hal itu membuat yang lain meringis. Fang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, potongan wortel yang dia makan langsung ditelan. "A ... aku ... astaga, ada pesan. Aku ke luar sebentar."

Fang berlalu pergi, berpura-pura ada yang mengirim pesan, padahal nyatanya tidak ada. Bunyi dari jam kekuatannya hanya bunyi alarm yang lupa dia matikan. Fang selalu menyetel alarm pukul tujuh pagi, waktu istirahat, dan pukul tujuh malam untuk memberi isyarat jam Laksamana Tarung akan mengamuk.

Dia yang sudah hafal dengan jam Laksamana Tarung mengamuk langsung mengatur waktu agar dapat menghindari amukan yang membuat Laksamana Tarung terlihat seperti orang kerasukan.

Di luar, Fang hanya duduk di teras, menatap langit malam yang bertabur bintang. Sekarang hari ulang tahunnya, dia tak akan ingat jika yang lain tidak merayakan. Dirinya saja lupa, apalagi Kapten Kaizo yang tengah menjalankan misi penting di kejauhan sana?

Kakaknya itu tak akan memiliki waktu sekadar memikirkan hari ulang tahun sang adik. Dia menghela napas sekali, lagi pula, apa yang dia harapkan? Kakaknya akan memberi ucapan selamat ulang tahun, memberikan hadiah yang menarik, lalu menyempatkan waktu datang kemari? Itu mustahil.

"Hey, Fang, kau kenapa?" Boboiboy duduk di samping Fang sambil membawa sepotong kue di tangannya. Wajah imutnya menatap Fang penuh tanya, berharap sang kawan mau bercerita.

Kakinya dia luruskan, ikut menatap langit seperti Fang. "Kau tak suka kejutan kita, kah?"

Sontak, Fang langsung menoleh, menatap laki-laki berpipi tembam di sampingnya. "Tidak, bukan begitu. Aku suka kejutan dari kalian. Ini ... luar biasa."

"Lalu, kenapa kau terlihat murung?"

"Aku ... aku hanya ...."

Mengangguk sekali, Boboiboy merangkul pundak Fang, menariknya agar lebih dekat. "Sudahlah, Fang. Kau tahu Kapten Kaizo sedang menjalankan misi penting, 'kan? Lebih baik kau nikmati saja malam ini, Kapten Kaizo tak akan lupa akan hari ulang tahunmu."

Fang masih diam, kepalanya menunduk menatap tanah yang dia injak. Hal itu membuat Boboiboy menyodorkan kue ke arahnya. "Bagaimana kalau kau makan kue saja? Kuenya enak, ini aku dan Tok Aba yang membuat. Aku yakin kau suka karena ada wortelnya."

Tangan Boboiboy mengacungkan satu sendok kue, mirip seperti hendak menyuapi. Fang memegang tangan Boboiboy, menariknya agar lebih dekat, lalu memasukkan satu sendok kue ke mulutnya.

Mata berbingkai kacamata itu berbinar seketika, detik berikutnya kue di tangan Boboiboy sudah berpindah tangan. Fang merebutnya, menikmati tanpa menawarkan pada Boboiboy yang tersenyum melihat dia lahap memakan kue buatannya.

Melihat Fang mulai mengacuhkan keberadaannya, Boboiboy mengedarkan pandangan, menatap langit malam yang tampak indah. Bulan bulat sempurna membuat bumi terlihat lebih bersinar.

Saat tengah asyik menatap langit, seekor hewan terbang ke arahnya. Boboiboy yang memang menyukai hewan---mungkin efek dari kekuatan elemental Boboiboy Duri---langsung berbinar seketika. "Wah, lihat itu, Fang! Ada kunang-kunang."

Boboiboy bangkit, tangannya terulur hendak menggapai binatang kecil yang terbang lebih tinggi darinya.

"Ayo, Fang! Kejar kunang-kunang itu. Ini mungkin bisa menghilangkan raut masammu." Tanpa aba-aba, Boboiboy menarik Fang yang baru saja meletakkan piring dan sendok bekas kue di sampingnya.

Tadinya Fang berniat hendak masuk ke dalam untuk minum, tetapi si pengendali elemental ini sudah menariknya terlebih dahulu. Apa lagi yang bisa Fang lakukan selain ikut? Lagi pula, bila sikap kekanakan Boboiboy sudah muncul, dia tak tega menolak permintaannya.

Sementara itu, setelah kepergian Boboiboy dan Fang, di langit terlihat sekelebat cahaya layaknya bintang jatuh, meluncur dengan cepat ke arah yang sama dengan mereka.


_______________________________________

Sekadar mengingatkan, di cerita ini nggak bakal ada scene 21+. Bagi kalian yang harapin scene 21+ di sini, mending pikir-pikir lagi. Gue ada beberapa alasan kuat nggak kasih scene 21+.

1. Gue nggak tau cara buatnya.
2. Nggak berpengaruh ke alur.
3. Gue belum cukup umur.
4. Kalau ada scene 21+, di sini bakal jadi plot hole.

Sorry, gue baru update karena tadi harus selesaikan naskah yang gue edit. Iya, gue editor, buat nambah-nambah uang jajan.

Partner (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang