15. Misi [Part 2]

1.9K 190 13
                                    

Kapal antariksa kebenaran mendarat dengan sangat tidak mulus di atas permukaan Planet Modrya. Gopal yang tertidur sampai jatuh terbalik, begitu juga yang lain yang turut mencium lantai pesawat.

Planet ini benar-benar memukau. Jika Planet Darkha pepohonannya kering, di sini pohon sangat jarang. Di depan rumah penduduk pun tak ada satu pun pohon. Pohon atau tanaman hanya ada di sawah dan ladang---setidaknya tanah lapang lebar yang ditumbuhi pohon buah-buahan dan bahan pokok aneh yang sempat mereka lihat di dekat tempat pendaratan pesawat itu mirip sawah.

Entah sudah berapa lama berkeliling di tempat ini, Fang yang sebagai penunjuk jalan hanya berjalan lurus, sesekali menatap jam kekuatannya. Mata lavendernya sudah terbuka lebar setelah mencuci muka tadi.

Di dekatnya, Boboiboy berjalan sambil sesekali menoleh ke arah Fang, sementara yang lain menyusul di belakang. Seperti biasa, Papa Zola bersama Cattus dan Ochobot berada di pesawat, menjaga pesawat jika ada alien yang lancang, juga untuk menjaga-jaga jika mereka mengirim sinyal bahaya, Papa Zola bisa menjemput, lalu Ochobot akan meneleportasi ke tempat yang aman.

"Fang? Ke mana setelah ini?" Boboiboy menatap jalanan yang bercabang di depannya. Di sekeliling, alien-alien yang serupa dengan manusia---hanya saja kulitnya berwarna biru langit dan berambut putih---menaiki kendaraan canggih, seperti motor yang rodanya mengambang, pesawat mini pribadi, dan lain sebagainya.

Menatap jam kekuatannya, Fang mendapat sinyal sebagai penunjuk arah. "Belok kiri."

Fang berjalan lebih dulu, meninggalkan teman-temannya yang masih kebingungan. Perubahan sikap Fang cukup mengganggu, tetapi tidak bagi Gopal. Gopal hanya mengambil bagian mengeluh karena tidak membawa kendaraan luar angkasa yang diberikan MotoBot. Jika membawa kendaraan, mereka lebih mudah, tidak perlu berjalan kaki cukup jauh.

Jalanan di sini cukup lebar, lalu lintasnya juga tidak terlalu padat. Ada beberapa alien yang berjalan kaki, mungkin dari kalangan bawah. Terdapat sebuah jembatan layang sebagai akses penyeberangan. Pejalan kaki sendiri berjalan di trotoar yang sangat lebar, tepat di depan toko-toko besar yang seluruh dindingnya dari kaca. Sepertinya batu bata tidak berlaku di sini.

Trotoar terlihat sangat bersih, beralas batako. Sama seperti kota-kota besar di bumi. Bedanya, di tengah-tengah jalan tidak ada tempat khusus pepohonan yang ditanam berjarak. Di sini pepohonan memiliki jarak yang sangat jauh, tumbuh di pinggir jalan. Hampir satu jam Boboiboy dan kawan-kawannya berjalan, kalau tidak salah ingat, mereka hanya menemukan tidak lebih dari lima pohon.

"Fang ...." Boboiboy yang baru bisa menyamai langkahnya dengan Fang langsung memegang pundak temannya pelan, berusaha menarik perhatian si pengendali bayangan dari jalanan atau jam kekuatan.

Menoleh ke arah Boboiboy, Fang menyahut, "Apa?"

"Kau kenapa? Kau baik-baik saja?" Mata bulat Boboiboy menatap lurus ke arah iris lavender Fang yang berbingkai kacamata.

Iris mata Fang tampak mengedar tak tenang, melirik ke sana-sini, tak berani menatap balik Boboiboy. "Aku tidak apa-apa, kenapa kau bertanya?"

"Tak, kau terlihat aneh. Sikapmu berubah beberapa hari ini." Sambil kembali berjalan---yang lain masih tertinggal di belakang karena Fang berjalan cukup cepat, sementara yang lain perlahan---Boboiboy sesekali menoleh, menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya.

Menggeleng sekali, Fang menghela napas. "Aku tidak apa-apa, Boboiboy. Aku ... hanya sedikit lelah tadi. Ya, kau tahu kalau akhir-akhir ini Kapten Kaizo selalu memanggilku, 'kan? Bahkan, Komandan dan Laksamana pun sering memanggilku, membuatku ke sana kemari, setelahnya Kapten akan memanggilku lagi. Letih."

Mendengar curahan hati Fang, Boboiboy tersenyum tipis. Tangannya langsung merangkul bahu Fang, walau dia sedikit kesusahan karena perbedaan tinggi badan. "Tak apa, Fang. Aku paham, tapi kau hebat. Kalau aku, mungkin sudah mengeluh berkali-kali. Aku senang kau hanya mengeluh padaku."

Fang menunduk, menatap kakinya yang terus melangkah berbalut sepatu. Dia tak menyingkirkan tangan Boboiboy seperti biasa. Dia nyaman dengan posisi ini. Dia suka dengan perlakuan Boboiboy. Dan dia semakin menyayangi Boboiboy.

Menoleh ke arah Boboiboy yang pipinya sangat dekat dengan wajahnya, Fang tersenyum. "Akhirnya kau tahu kalau aku lebih hebat."

Sontak, mata Boboiboy membulat. Apa-apaan ini? Tadi sudah dihibur, tiba-tiba meledek. "Apa kau bilang? Aku lebih hebat darimu!"

"Hei! Kau tadi bilang aku hebat, tidak mengeluh, tidak sepertimu."

"Tapi, aku tidak bilang kau lebih hebat dari aku."

"Kau mengatakannya secara tidak langsung!" Fang bersedekap, menatap Boboiboy remeh. Dia suka memandang Boboiboy remeh. Laki-laki berwajah imut itu akan berkacak pinggang lalu menatapnya sebal.

"Sudah-sudah. Masalah rumah tangga itu bahas di rumah, sekarang kita harus mencari di mana letak bola kekuatan yang disalahgunakan," Yaya yang melihat teman-temannya bertengkar lagi langsung mendekat bersama Ying dan Gopal, memberi nasihat agar lebih fokus pada misi.

Mendengar teguran Yaya, Boboiboy dan Fang saling memalingkan muka. Bersamaan dengan itu, sekelebat bayangan muncul, membuat lima remaja itu mendongak, mencari sesuatu yang baru saja lewat. Alih-alih mendapat yang dicari, secara tiba-tiba semua lampu di sana mati. Tidak ada lagi lampu jalan, lampu toko, atau lampu kelap-kelip. Satu-satunya lampu yang menyala hanya lampu lalu lintas.

______________________________________

Kemarin gue sibuk buat review dan interview buat kerja, jadi nggak sempat update. Apalagi gue baru aja sembuh.

Partner (FangBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang