Chapter 2

873 113 35
                                    

Happy Reading

"Aku harus bertahan sebentar lagi."

"Aku harus membuat keluargaku bangga terhadapku terlebih dahulu."

"Aku tidak lemah, aku kuat, aku pasti bisa."

Alwi pun bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan kearah balkon kamarnya. Seperti yang ia lakukan sebelumnya, ia duduk di depan balkon sembari melihat para bintang.

Cklek

Pintu terbuka menampakan dua orang remaja, satu laki-laki dan satu perempuan.

"Wi," panggil mereka.

Alwi pun menoleh kearah belakang lalu tersenyum "eh, Kak Tammy sama Kak Ridho."

Mereka berdua hanya membalas senyuman Alwi. Oh ya nama kedua Kakak Alwi adalah Ahmad Ridho Hakim Dekantara dan Rientammy Osava Adamy.

"Ada apa, kak?" tanya Alwi.

"Enggak papa, kita hanya mau main bareng sama Alwi aja, boleh?" tanya Kak Ridho balik dan dianggukan kepala oleh Kak Tammy.

"Hm ... boleh enggak, ya?" kata Alwi berpura-pura berpikir.

"Bolehlah," sahut Kak Tammy.

"Yaudah deh boleh," putus Alwi.

"Yes!" sorak kedua kakaknya.

"Yaudah main apa nih?"

"Hm ... gimana kalau main tebak-tebakan aja?" saran Kak Tammy.

"Setuju." kompak Alwi dan Kak Ridho.

"Oke, kebetulan kakak bawa bedak kakak, jadi yang kalah dicoret dari kartu keluarga eh salah maksudnya pake bedak, gimana setuju?" kata Kak Tammy.

"Eh, tapi sebelum mulai, kakak mau tanya kamu boleh, Wi?" sela Kak Ridho.

"Boleh, mau tanya apa?"

"Kamu udah dapat puisi buat lomba bulan depan?"

"Udah kok," ujar Alwi.

"Serius?" Alwi mengangguk.

"Wah! Adek Kakak memang jago dalam buat puisi," puji Kak Tammy.

"He'em, kakak bangga sama kamu," sahut Kak Ridho.

Alwi yang mendengarkan itu menampakkan senyum bahagianya, tapi disisi lain ia juga merasa sedih. Kenapa? Sebab, ia berharap orang tuanya lah yang mengatakannya. Dia sudah terlalu sering mendengar kata 'Bangga' dari kedua Kakaknya. Walau begitu Alwi tetap bersyukur karena masih ada yang peduli, sayang, dan mengucapkan kata 'Bangga' buatnya.

"Yaudah, kita mulai sekarang aja," kata Kak Ridho.

"Iya," jawab adik-adiknya.

"Satu orang dua nyawa, apa itu?" Kak Ridho memulai permainan.

"Apaan tuh yang satu orang tapi dua nyawa?" heran Kak Tammy.

"Kamu tahu enggak, Wi?"

"Hm ... tunggu Alwi mikir dulu."

"Aha! Alwi tahu jawabannya, pasti ibu hamil?" tebak Alwi.

"Pintar," puji Kak Ridho memberikan dua jempolnya.

"Iya dong, oh ya berarti yang di coret pake bedak adalah Kak Tammy, yey!" ejek Alwi.

"Yah ... kenapa harus Tammy yang duluan sih," ujar Kak Tammy dramatis.

Bertahan Lalu Pergi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang