Chapter 17

379 69 8
                                    

Happy Reading






Kantin, disinilah ketiga pemuda tampan yang telah bersahabat sejak orok itu. Kini mereka bertiga menikmati makanan mereka masing-masing dengan hikmat dan hening. Karna kata Alwi 'Enggak baik makan sambil bicara, nanti keselek.'

Selepas makan kini, Suheil mulai membuka suara.

"Eh Wi, aku mau nanya 'kan tinggal satu bulan lagi Alwi bakal lomba puisi, gimana puisinya dah jadi?" tanya Suheil.

"Alhamdulillah udah, Heil. Udah dari lama malah," jawab Alwi.

"Oh ya? Wow keren! Aku mau denger dong," antusias Suheil.

"Eh janganlah nanti aja. Nanti enggak seru lagi kalau kamu denger duluan."

"Eh iya juga ya, yaudahlah nunggu aja kalau gitu."

"Udahlah, Heil. Yakin aja kalau puisinya Alwi enggak bakal ngecewain."

"Eh iya sih. Alwi 'kan jago kalau soal puisi, iyakan Cell?" tanya Suhiel dan dibalas anggukan Cello.

"Apaan sih kalian, berlebihan deh," malu Alwi.

"Hahaha, cieee malu."

"Kiww Alwi malu Kiw," goda kedua sahabatnya itu.

"Lihat, Heil. Mukanya Alwi merah hahahah."

"Iya, Cell. Dah kayak kepiting rebus hahaha."

Suheil dan Cello tak henti-hentinya mengoda Alwi. Alwi yang digoda hanya berusaha agar tak menjitak kedua sahabatnya itu. Hingga tak terasa bell telah berbunyi beberapa detik yang lalu.

"Udah ah acara ngegodanya, sekarang mending kita ke kelas. Nanti diamuk Bu Risma loh," ucap Alwi.


"Iya iya ayok!"

Dalam hati Alwi mengucap syukur, karena bell sekolah menyelamatkan dia dari godaan-godaan Suheil dan cello.

"Makasih, Ya Allah," cicit Alwi agar tak terdengar oleh kedua sahabatnya.

***

Kring!

Yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi juga. Kini seluruh siswa dan siswi berbondong-bondong untuk pulang kerumah masing-masing. Padahal rumah mereka enggak bakal lari kalau mereka pulang telat.

Tapi satu yang membuat mereka ingin cepat-cepat pulang yaitu, rebahan. Betul apa betul? Udah enggak usah bohong, kata guru biologiku 'Janganlah ada dusta diantara kita.'

Oke back to story ....

"Eh Wi pulang dijemput?"

"Iya deh keknya, Heil."

"Kenapa emangnya?"

"Hehehe, mau nebeng," cengir Suheil.

"Lah kamu enggak di jemput, Heil?" tanya Cello dan dibalas gelengan kepala.

"Yaudah ayok kalau mau nebeng," ajak Alwi.

"Boleh?"

"Boleh kok."

Bertahan Lalu Pergi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang