Happy Reading
"Baik, itu saja hasil presentasi dari kelompok Kami. Kami sekelompok mengucapkan terima kasih sebanyak-banyak atas waktu dan perhatian kalian semua. Bila ada kekurangan dan salah kata, mohon dimaafkan. Sekian terima kasih, Wassalamu'alaikum," ucap Alwi menuntup presentasi dari kelompoknya setelah melalui proses tanya jawab tadi.
Suara tepuk tangan terdengar jelas setelahnya. Itu sebagai tanda apresiasi mereka terhadap kelompok Alwi. Setelahnya, Alwi dan anggota kelompoknya yang lain, turun dari panggung kelas dan mulai menduduki bangku mereka yang telah disusun dengan pola melingkar.
Sebenarnya sedari tadi, kepalanya sangat pusing. Tapi, bukan Alwi namanya jika tak keras kepala. Kedua sahabatnya sudah menyuruhnya duduk saja, tapi lagi-lagi Alwi menolak.
"Baik, ibu ucapkan terima kasih untuk kerja keras Alwi dan kelompoknya. Berakhirnya presentasi hari ini, berakhir pula pelajaran ibu untuk hari ini. Ibu ucapakan selamat buat kalian yang sudah menampilkan hasil kerja kalian dengan semaksimal mungkin. Semoga kalian bisa menjadi anak-anak yang sukses kedepannya, aamiin," kata sang guru menutup pembelajaran.
"Silahkan kalian beberes untuk pulang, Ibu keluar duluan. Assalamu'alaikum." sang guru pun keluar setelah mengucap salam.
Setelah menjawab salam dari sang guru, mereka langsung beberes untuk pulang. Begitupun, Alwi dan kedua sahabatnya.
"Wi, mau langsung pulang?" tanya Suheil tanpa melihat orang yang ditanya, karena masih sibuk membersihkan buku-bukunya.
"Hm, iya deh kayaknya. Emang kenapa?" tanya Alwi balik
"Enggak papa sih. Nanya doang, heheh," cengirnya dan dibalas gelengan kepala Alwi. Sudah tidak heran dengan kelakuan kedua sahabatnya.
"Udah belum?"
"Udah."
Mereka pun mulai keluar dari kelas, ketika diambang pintu mereka berpapasan dengan Kak Tammy, yang ternyata ingin menjemput Alwi dikelasnya.
"Loh! Kak Tammy?"
"Eh kalian udah keluar ternyata," ujar Kak Tammy.
"Kakak ngapain kekelas kami?" tanya Alwi heran.
"Ya enggak apa-apa. Hanya pengen jemput adek kesayangan Kakak aja, emang salah?" tanya Kak Tammy balik.
"Ya enggak sih. Tapi heran aja gitu, enggak biasanya." balas Alwi.
"Ya, Kakak khawatir aja sama kamu. Apalagi tadi pagi kepala kamu panas banget ...,"
"Terus tadi juga enggak kelihatan dikantin." ucap sang Kakak.
"Kepala Alwi tadi cuma pusing dikit kok, Kak." ungkap Alwi.
"Eleh, bohong tuh, Kak," hardik kedua sahabatnya.
"Diem!" sahut Alwi.
"Udah-udah, ayok kita pulang," sela Kak Tammy.
"Oke."
Mereka pun berjalan menuju tempat parkir. Sesampainya disana, mereka mulai berpisah menuju mobil masing-masing.
***
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab seseorang.
"Eh, Bunda," kata Alwi dan ketiganya.
"Alwi," panggil Bundanya dengan senyuman.
Degh
'Ada apa dengan, Bunda?' batin kak Ridho terheran-heran.
'Bunda kesambet 'kah?' batin Kak Tammy.
'Alwi enggak mimpi 'kan?' batin Alwi.
"Loh, kok malah pada bengong?" tanya Bunda heran.
"E-enggak, Bun. Hanya sedikit heran aja, hehe," ungkap Kak Tammy jujur.
Bunda yang mendengar ungkapan putrinya, hanya tersenyum. Setelah itu, ia menatap Alwi dengan lekat.
"Wi, Bunda mau minta maaf sama kamu."
"B--bunda, banyak salah sama kamu. Bunda menyesal. Tidak seharusnya, Bunda bersikap seperti ini sama anak Bunda. Bunda nyesel, sayang," ungkap Bunda sambil memegang pundak Alwi dan air matanya pun tak dapat dibendung lagi.
"B--bunda, serius? Enggak bohong?" tutur Alwi dengan suara bergetar, menahan tangisnya.
"Bunda enggak bohong, sayang," ujar Bunda sekali lagi dan langsung memeluk tubuh Alwi dengan erat.
Mendengar ujaran Bundanya, Alwi tak lagi dapat menahan tangisnya. Tangisnya langsung pecah begitu saja. Kak Tammy dan Kak Ridho pun ikut menangis dan terharu melihat itu semua.
"Hiks, Bunda enggak benci lagi sama Alwi," tangis Alwi.
"Iya sayang, iya. Bunda enggak benci Alwi lagi."
"Udah ya, kamu enggak boleh nangis lagi," tutur Bunda.
Flashback
Kini, ia sedang berada di suatu restoran. Matanya menangkap sosok anak dan ibu yang terlihat akrab. Dengan anaknya yang terlihat sedih dan menunduk.
"Udah, sayang. Enggak papa kok. Bunda enggak marah, kamu 'kan udah berusaha semaksimal mungkin," tutur sang ibu.
"Tapi, Aku udah ngecewain Bunda lagi. Seharusnya, aku kemarin belajarnya lebih giat lagi biar dapat juara satu dikelas. Maafin aku, Bun," ujar sang anak.
Dengan senyuman sang ibu berkata "sayang, dengerin Bunda. Kamu enggak sama sekali ngecewain Bunda kok. Karena, Bunda tahu kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Bunda malah bangga punya anak kayak kamu. Karena, Kamu udah berusaha untuk membanggakan, Bunda."
"Apa aku terlalu keras dengannya?" tutur seseorang yang sedari tadi memperhatikan interaksi ibu dan anak itu.
"Seharusnya, aku tak segitu kerasnya sama dia. Bagaimana pun, dia sudah berusaha untuk membuatku bangga. Lagian 'kan, baru hasil lapornya yang kemarin yang jelek."
"Aku memang tak pantas disebut seorang Ibu."
"Bunda minta maaf, Wi. Bunda benar-benar menyesal." Ya, seseorang itu adalah Inne, Bunda dari Alwi. Dia sepertinya benar-benar menyesal setelah melihat interaksi ibu dan anak itu, yang membuatnya sadar akan semua kesalahannya terhadap anaknya. Ia berjanji sepulangnya, dia akan meminta maaf kepada putranya itu.
"Jadi, kata-kata itu yang buat Bunda sadar?" tanya Kak Ridho, setelah mendengar penjelasan sang Bunda.
"Iya. Bunda, benar-benar dibuat menyesal. Allah udah beri Bunda hidayah sekarang," kata Bundanya dengan senyuman.
"Alhamdulillah. Akhirnya Bunda benar-benar menyesal," ucap syukur Kak Tammy.
"Alwi seneng dengernya. Akhirnya setelah sekian lama, permintaan Alwi terkabul juga," tutur Alwi sangat senang. Sedangkan, mereka yang mendengarnya ikut tersenyum.
"Kita seneng lihat kamu senang, Wi," ungkap semuanya dan dibalas senyuman oleh Alwi.
Tbc
Kendari, 12 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Lalu Pergi✓
FanfictionBook 1🍂 [End] ✓ [Revisi] ✓ Jika kalian diminta memilih antara BERTAHAN atau PERGI manakah yang akan kalian pilih?? Atau kalian akan memilih keduanya?? Semua orang pasti memiliki pilihan masing-masing yang tentunya berbeda-beda. Ada yang memilih BER...