Happy Reading
Dimalam yang sunyi ini, Alwi memilih berdiam diri di balkon kamarnya. Seperti yang sering ia lakukan, hampir tiap malamnya. Ia hanya menatap bintang-bintang yang menyebar, menghiasi langit malam.
"Huft!" helaian napasnya terdengar.
"Kapan ya, Alwi punya keluarga yang harmonis dan saling menyayangi."
"Alwi, pengen banget habisin waktu bersama keluarga sebelum waktuku habis."
"Tapi kapan?"
"Bulan depan, Alwi bakal lomba. Kira-kira Ayah dan Bunda bisa datang enggak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Tapi ... mana mungkin mereka sudi datang, makan malam bareng Alwi aja mereka hindari."
"Apa harapanku memiliki keluarga yang harmonis dan saling menyayangi itu cuma sekedar harapan?" tanyanya lagi entah kepada siapa.
Alwi terus memandangi langit malam, hingga tak terasa ia menutup matanya. Sepertinya ia kelelahan, hingga ia tak kuasa menahan kantuknya.
Padahal ia masih berada di balkon kamarnya.
Apa ia tak masuk angin esoknya? Semoga saja ada yang menemukannya tertidur dibalkon.Allahuakbar Allahuakbar
Alwi mengucek matanya, setelah nyawanya terkumpul dan penglihatannya juga sudah normal, ia dikagetkan dengan pandangan didepannya.
"Astagfirullah kok aku disini?" tanyanya binggung.
Bukankah ini dibalkon kamarnya? Apa dia tertidur disini semalaman? Aissh, kalau benar adanya sudah dipastikan nanti dia bakal demam.
Sudahlah lebih baik ia melaksanakan shalat subuh sekarang. Urusan demam tidaknya itu bisa diatur nanti. Semoga saja ia tak sakit nantinya, agar tak membuat repot kedua kakaknya lagi.
"Hatsyi! Hastyi!"
"Aish, aku flu 'kan," gerutu Alwi.
"Enggak lagi deh, aku kalau ngantuk kebalkon."
"Kapok udah akunya," gerutu Alwi tak ada habisnya.
Tok ... Tok ... Tok
"Wi." itu suara kakak perempuannya.
"Iya, Kak?" jawab Alwi sembari berteriak.
"Ayok turun sarapan!" ajaknya.
"Iya, Kak. Ini Alwi mau turun," jawabnya sembari membuka pintu.
Cklek!
Saat membuka pintu, ia mendapati wajah sang Kakak perempuan sudah tersenyum manis, ia pun membalas senyum itu.
"Yok, Kak," ajaknya.
"Yok."
Mereka berdua pun turun kebawah, untuk melaksanakan sarapan pagi mereka terlebih dahulu.
"Pagi, Kak," sapa Alwi dan Tammy.
"Pagi," balas Kak Ridho.
"Ayah, Bunda, udah pergi, Kak?" tanya Kak Tammy.
"Ya, seperti biasa."
"Udah, duduk sini makan. Nanti telat ke sekolahnya."
"Iya, Kak."
Mereka pun memakan sarapannya masing-masing. Tentunya tanpa orang tua mereka, seperti biasa.
Sedangkan Alwi kini sedang menahan bersinnya agar tak ketahuan kedua kakaknya, bahwa ia sedang demam sekarang.
"Hatsyi! Hatsyi! Hatsyi!"
Oke, sepertinya ia tak berhasil menahan bersinnya. Dan lihatlah kedua kakaknya kini menatapnya khawatir. Entah apa yang akan ia jadikan alasannya.
"Kamu sakit, Wi?" tanya Kak Ridho khawatir.
Sedangkan, Kak Tammy kini sudah menyentuh dahi Alwi.
"Astagfirullah, Wi. Badan kamu panas," kaget Kak Tammy ketika merasakan dahi Alwi panas.
"Kok enggak bilang sih?" lanjutnya.
"Hm ... Alwi enggak papa kok, Kak. Cuma demam biasa," jawab Alwi.
"Jadi, engak usah kha--Hatsyi!"
"Nah 'kan, gimana Kakak enggak khawatir," ucap Kak Ridho.
"Udah pokoknya kamu jangan sekolah dulu hari ini," putusnya.
"Eh ... jangan dong, Kak. Alwi ada tugas presentasi hari ini. Alwi enggak mau, kalau Alwi enggak dapat nilai lagi. Kakak 'kan tahu Alwi akhir-akhir ini suka izin, karena harus check up," jelas Alwi memohon.
"Tapi ...,"
"Please, kak," mohonnya lagi.
"Huft ... Oke kalau gitu," pasrahnya.
"Loh, Kak. Kok gitu? Kalau Alwi kenapa-napa gimana?" balas Kak Tammy tak terima.
"Udahlah, Tam. Biarin aja, lagi pun bener yang dikata, Alwi. Kalau nilai dia jelek lagi nanti, pasti bakal dimarah sama Ayah dan Bunda lagi," jelas Kak Ridho.
"Oke kalau gitu, asal kalau kamu sudah enggak kuat, panggil kakak, ya," kata Kak Tammy.
"Siap, Kak."
***
"Wi, tugas bahasa Inggrismu udah belom?" tanya Suheil.
"Udah," jawab Alwi.
"Emang ken--Hatsyi!"
"Loh, Wi. Kamu sakit?" tanya kedua sahabatnya khawatir.
"Aku hanya flu aja kok. Jangan khawatir," dusta Alwi.
"Tapi, bener enggak papa 'kan?"
"Kalau enggak kuat maunya jangan sekolah"
"Udah, kalian jangan khawatir."
"Bener?" ucap keduanya memastikan.
"Iya," jawab Alwi.
"Oh ya, kenapa tadi kalian nanya tugas bahasa Inggrisku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Eh iya, tadi kita mau lihat," balas keduanya nyengir.
"Udah ku duga sih."
Kring!
"Oke, sampai sini dulu pembelajaran hari ini. Sebelum keluar kelas mari kita baca do'a terlebih dahulu. Doa dimulai ...,"
"Doa selesai," ucap Pak Fahri menutup pembelajaran, setelah itu beliau melenggang pergi.
"Wi, yok kekantin," ajak Cello.
"Aku dikelas aja deh. Kepalaku pusing," kata Alwi sembari menelungkupkan kepalanya dimeja.
"Loh, kalau gitu kamu ke UKS aja, Wi. Atau enggak pulang aja," usul Cello khawatir.
"Enggak. Sebentar lagi kita mau presentasi," tolak Alwi.
"Tapi, Wi ...," ucapan Suheil terpotong.
"Udah kalian beliin aku makanan aja. Aku lapar."
"Oke deh terserah kamu."
Mereka berdua pun pergi ke kantin. Sekalian beli makanan Alwi. Sepertinya mereka akan makan dikelas sama-sama.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertahan Lalu Pergi✓
FanfictionBook 1🍂 [End] ✓ [Revisi] ✓ Jika kalian diminta memilih antara BERTAHAN atau PERGI manakah yang akan kalian pilih?? Atau kalian akan memilih keduanya?? Semua orang pasti memiliki pilihan masing-masing yang tentunya berbeda-beda. Ada yang memilih BER...